BAB I PENDAHULUAN
Tipe-tipe organisasi saat ini sangat bervariasi dalam hal
ruang lingkup dan ukuran dan mungkin akan memiliki
beberapa praktik yang unik pada organisasi itu. Misalnya,
sebuah organisasi yang umum adalah organisasi akademik yaitu universitas. Terdapat beberapa ritual dalam perguruan tinggi, seperti
orientasi mahasiswa baru, pestafrat
ernit y (perkumpulan khusus mahasiswa di perguruan
tinggi sertasorority (perkumpulan khusus mahasiswi), serta makanan kantin. Praktik-praktik seperti
bimbingan dan magang juga memberi ciri kebanyakan institusi di perguruan tinggi
Jelaslah bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan
di dalam budayanya. Dalam hal ini, budaya tidak
mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar
belakang individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer
emosional dan psikologis. Hal ini mungkin mencakup
semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat
produktivitas. Budaya organisasi juga mencakup simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dst.) dan makna-makna yang dilekatkan orang
pada simbol- simbol ini. Makna dan pemahaman budaya
dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan dan
pihak manajemen.
Budaya
organisas yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan
praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai
budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau
sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi
organisasi
merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian
aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan
kinerja. Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya
organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman
bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan pemberian penghargaan, penanaman
kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja
dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya
organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi
memberikan
imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi
yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri
pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal
yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun
asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan
menyosialisasikan melaui contoh
BAB II
TEORI PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI
- Perilaku Organisasi
- Pengertian Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
tentang prilaku individu dan tingkat kelompok dalam organisasi serta
dampak terhadap kinerja (baik kinerja organisasi, kelompok ataupun individual).
Perilaku Organisasi merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
tentang prilaku individu dan tingkat kelompok dalam organisasi serta
dampak terhadap kinerja (baik kinerja organisasi, kelompok ataupun individual).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi
tersebut merupakan bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi,
dengan memanfaatkan metode-metode dari sosiologi, ekonomi, ilmu politik,
antropologi serta psikologi. Disiplin lain yang terkait dengan ilmu pengatahuan
tentang sumber daya manusia serta psikologi industri.
Pengetahuan oraganisasi merupakan telaah terhadap pribadi serta dinamika
kelompok dan konteks organisasi, dan sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali
orang melakukan interaksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain,
ilmu yang mempelajari oraganisasi memahami serta menyusun model-model dari
faktor-faktor tersebut
Seperti halnya pada semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk
mengontrol, menjelaskan, serta memprediksikan. Tetapi ada sejumlah kontroversi
tentang dampak etis dari pemusatan perhatian pada prilaku pekerja. Sebab itu,
prilaku organisasi (serta studi yang dekat, yaitu psikologi industri) terkadang
dituduh sudah menjadi alat ilmmiah untuk pihak yang berkuasa. Terlepas dari
tuduhan itu, Perilaku Organisasi bisa memainkan peranan penting dalam
perkembangan organisasi serta keberasilan kerja
Stephen P.Robins (2001) mengemukakan Bidang yang menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku (manusia) di dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang dapat untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
Kesimpulannya yang dapat diambil dari uraian di muka adalah bahwa
perilaku keorganisasian adalah suatu studi tentang apa yang dikerjakan oleh
orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut dapat
mempengaruhi kinerja organisasi dengan bahan kajiannya adalah sikap manusia
terhadap pekerjaan, terhadap rekan kerja, imbalan , kerjasama dan yang lainnya.
- Sejarah Perilaku Organisasi
Walaupun studi ini menelusuri akarnya pada Max Weber serta pakar
yang sebelumnya, studi organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai
disiplin akademik bersamaan dengan datangnya manajemen ilmiah pada tahun
1890-an, dengan Taylorisme yang mewakili rangkaian intruksi serta studi tentang
gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan produktivitas. Studi tentang berbagai
sistem kompensasi pun dilakukan
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada
analisis terhadap bagaimana faktor-faktor manusia serta psikologi mempengaruhi
organisasi. Ini merupakan sebuah transformasi yang didorong oleh penemuan
Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat pada tim
serta katialsasi tujuan individu di dalam organisasi
B.
Budaya Organisasi
1.
Pengertian Budaya Organisasi
Secara komprehensif budaya organisasi didefinisikan sebagai
sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar yang
ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok
tertentu untuk belajar mengatasi masalah-masalah kelompok dari adaptasi eksternal dan integra
si internal, yang telah
bekerja dengan baik ( Schein,1990) yang di
kutip oleh Susandi Prihayanto (2012;18).
. Suatu budaya akan mewarnai cara
bertindak para karyawan dalam aktifitas sehari-hari. Perusahaan yang telah mempunyai budaya yang kuat
akan mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan karyawan, dan akan menjadikan
kesadaran setiap karyawannya tentang apa yang harus diperbuat setiap waktu
ketika mereka sedang berada di bidang kerjanya.
Stepen
P Robbins (1990, 248 ) menyatakan bahwa
budaya perusahaan berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan
aspek-aspek budaya dalam perusahaannya, sehingga merupakan suatu konsep
deskriptif. Disinilah letak budaya dan iklim, karena iklim mengukur apakah
budaya tertentu cocok terhadap nilai pribadi tertentu dari karyawan.
Sedangkan
Schwartz dan Davis (1999), yang di kutip oleh Tubagus Richard Leonard (2008; II-45) mengemukakan konsep budaya organisasi sebagai:
“Budaya organisasi merupakan suatu pola
kepercayaan dan harapan yang dimiliki bersama para anggota organisasi,
kepercayaan dan harapan tersebut menghasilkan peraturan tentang perilaku, norma
yang secara kuat membentuk perilaku pribadi dan kelompok organisasi .”
Model budaya perusahaan terhadap efektifitas
organisasi ini merupakan hasil penelitian beberapa perusahaan di Amerika
Serikat. Hasil penelitian ini mnyimpulkan empat buah hipotesis utama dalam
keterkaitan antara budaya organisasi dengan efektifitas organisasi yaitu
Keterlibatan (Involvement), Misi,
Konsistensi, Adaptabilitas.
Sementara
itu, Denison dan Mishra (1995) yang di kutip Djoni Rusdianto Drs.Ec.MM (2009; 106) mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi pengukuran budaya,
yaitu involvement, consistency, adaptability, and sense of mission variabel-variabel budaya ini
merupakan perwujudan dalam bentuk praktek manajemen yang dapat dimasukkan ke dalam
klasifikasi tingkat pertama dari budaya organisasi.
Variabel-variabel tersebut didefinisikan sebagai
berikut:
1. Keterlibatan
/Involvement
Hipotesa keterlibatan
menyatakan bahwa tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi akan
menciptakan suatu rasa memiliki dan tanggung jawab. Akibat dari rasa memiliki
ini akan tumbuh suatu komitmen yang lebih besar terhadap organisasi dan
kebutuhan yang semakin sedikit akan kontrol birokrasi yang eksplisit.
Keterlibatan identik dengan
partisipasi yang didefinisikan sebagai aspek mental dan emosional yang timbul dari
dalam diri anggota kelompok sehingga merasakan semangat kebersamaan dalam
mencapai tujuan organisasi, dan juga merasakan adanya pembagian tanggung jawab
yang merata diantara anggota kelompok. Dari hasil proses ini kemudian timbul
rasa memiliki terhadap organisasi dan selanjutnya berkembang membentuk sebuah
komitmen yang cukup besar terhadap organisasi. Keterlibatan dalam kaitannya
dengan budaya perusahaan adalah bagaimana perusahaan menjalankan nilai-nilai envolvement baik dalam bentuk formal maupun informal.
a. Struktur
Formal
Struktur formal adalah
struktur yang telah direncanakan yang merupakan usaha yang disengaja guna
menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen yang dapat mencapai sasaran
secara efektif. Menurut Kast & Rosenzwig (1985) yang dikutip oleh Tubagus
Richard Leonard (2008; II-47) struktur formal biasanya merupakan hasil dari
pengambilan keputusan yang eksplisit dan bersifat menentukan dan terdapat blue print mengenai cara berbagai
kegiatan yang harus dihubungkan.
b. Proses Informal
Proses informal menunjukkan
bahwa proses manajemen yang berlangsung di dalam organisasi dapat berjalan
tanpa direncanakan, akan tetapi timbul secara spontan dari kegiatan-kegiatan
dan interaksi dari para anggota organisasi yang terlibat.
Keterlibatan yang berhubungan
dengan proses ini merupakan hal yang vital terhadap efektifitas organisasi.
Beberapa kelompok sering menerapkan keterlibatan dalam bentuk informal yang
dikembangkan secara spontan.
2. Misi
Kesetiaan yang mempengaruhi
cara bersikap dan berperilaku di dalam kegiatan perusahaan yang bertujuan agar
diperoleh pencapaian misi perusahaan.
3. Konsistensi
Konsistensi merupakan istilah
yang menerangkan adanya suatu sikap kesesuaian antara cara bertindak dengan apa
yang telah digariskan organisasi oleh aturan eksplisit maupun implisit.
Konsistensi dalam hubungannya dengan efektifitas organisasi dapat digambarkan
berupa penerapan nilai-nilai dan keyakinan sentral dalam sebuah organisasi.
Dalam hipotesa “budaya-kuat” ditegaskan
bahwa harus terdapat suatu konsistensi antara prinsip-prinsip, perilaku, dan
konformitas terhadap penerapan nilai organisasi.
4. Adaptabilitas
Kemampuan beradaptasi
(adaptabilitas) adalah kemampuan sebuah organisasi untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan dan tekanan yang datang secara eksternal (luar organisasi)
maupun secara internal (dalam organisasi). Teori yang berkaitan dengan adaptasi
organisasi adalah teori proaktif yang menjelaskan bahwa suatu individu perlu
membentuk suatu sistem dari norma dan keeyakinan tertentu yang dapat menunjang
kemampuan organisasi untuk menerima, menerjemahkan tanda-tanda dari
lingkungannya ke dalam perubahan perilaku internal yang akan memberikan
peningkatan kesempatan bagi organisasi untuk dapat bertahan, tumbuh dan
berkembang. Dalam penelitian ini aspek yang digunakan ialah aspek kemampuan
untuk memberi tanggapan terhadap lingkungan internal organisasi atau yang
disebut juga sebagai fleksibiltas internaldapat diterjemahkan sebagai kemampuan
untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap apa yang terjadi di lingkungan
internal organisasi itu sendiri.
Husein, U. (2010 : 207) mengatakan budaya organisasi adalah suatu
sistem nilai dan keyakinan bersama yang diambil dari pola kebiasaan dan
falsafah dasar pendirinya yang kemudian berinteraksi menjadi norma-norma,
dimana norma tersebut dipakai sebagai pedoman cara berpikir dan bertindak dalam
upaya mencapai tujuan bersama.
Suharsono. (2012: 190), menyatakan bahwa budaya organisasi adalah
perilaku konvensional masyarakatnya dan mempengaruhi perilaku anggotanya
meskipun sebagaian besar tidak disadarinya.
Sedangkan , Darmawan, D. (2013: 143) mengatakan
bahwa, Budaya organisasi merupakan suatu
sistem dari makna atau arti bersama yang dianut para anggotanya yang membedakan
organisasi dari organisasi lain.
Berdasarkan
beberapa pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
keyakinan dan nilai bersama yang dianut oleh anggota di dalam organisasi dan
sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan di dalam organisasi, yang mengarah
pada perilaku-perilaku yang dianggap tepat dan menjadi pembeda dari organisasi
yang satu dengan organisasi yang lainnya.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya
Organisasi
Menurut
Mondy dan Noe (1990) yang dikutip oleh Tubagus Rishard Leonard (2008;II-50 )
menyatakan bahwa budaya suatu
perusahaan berakar pada rangkaian contoh perilaku dari pemimpin perusahaan;
apa yang mereka lakukan bukan apa yang mereka katakan. Dengan kata lain,
kepemimpinan suatu perusahaan sangat mempengaruhi budaya perusahaan tersebut.
Pemimpin dapat membentuk kultur melalui 5 cara, yaitu atensi, reaksi terhadap
krisis, model peran, alokasinya terhadap penghargaan, dan kriteria terhadap
seleksi karyawan. Sedangkan dalam tindakan manajemen adalah melakukannya
melalui desain struktur organisasi, desain system dan prosedur, desain
fasilitas, pernyataan formal, serta ritual-ritual.
Selain
faktor pemimpin,juga menyebutkan pula sejumlah faktor yang berinteraksi
mempengaruhi budaya perusahaan yaitu :
1.
Komunikasi
Komunikasi yang efektif dalam organisasi mempunyai dampak positif
terhadap budaya perusahaan. Dengan
komunikasi yang efektif, pihak manajemen dapat melakukan sosialisasi tujuan dan
misi perusahaan, menyampaikan aturan perusahaan, dan memberitahukan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan./ Pola komunikasi yang diterapkan dalam
perusahaan akan menciptakan suatu pola tingkah laku karyawan dalam berhubungan
antar mereka satu sama lain, ataupun antara atasan dan bawahan.
2.
Motivasi
Upaya-upaya manajemen memotivasi karyawan juga membentuk
budaya tersendiri dalam perusahaan. Apakah karyawan selalu dimotivasi dengan
uang, bagaimana perusahaan memandang kerja keras karyawan, atau sejauh mana
perusahaan memperhatikan kondisi lingkungan kerja. Upaya perusahaan memotivasi
karyawan akan menunjukkan bagaimana perusahaan memandang sumber daya manusia
yang ada didalamnya.
3.
Karakteristik Organisasi
Ukuran dan kompleksitas organisasi akan menentukan
tingkat spesialisasi dan hubungan personal, yang selanjutnya mempengaruhi
tingkat otoritas pengambilan keputusan, kebebasan, tanggung jawab, dan proses
komunikasi yang terjadi. Selain itu,
bidang kegiatan organisasi juga mempengaruhi budaya yang berlaku di organisasi.
4.
Proses-proses Administrasi
Yang dimaksud dalam hal ini adalah pemberian penghargaan
terhadap yang berprestasi, toleransi terhadap konflik, dan kerja kelompok yang
terjadi. Proses ini akan mempengaruhi budaya karena akan menunjukkan individu
yang bagaimana yang dipandang berhasil dalam perusahaan, bagaimana perusahaan
memandang konflik, dan apakah perusahaan tersebut menekankan kerja kelompok
atau individu.
5.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi bisa saja
kaku ataupun fleksibel. Selain itu dalam setiap organisasi mungkin pula terjadi
sentralisasi dan formalisasi yang tinggi ataupun rendah. Semua ini berpengaruh
pada budaya perusahaan. Dalam struktur yang kaku dan formalisasi yang tinggi,
akan berlaku kebiasaan untuk menghindari sesuatu yang tidak pasti, dan segala
sesuatu harus dibuat aturan tertulisnya. Dalam struktur yang fleksibel dan
formalisasi yang tidak tinggi, mungkin karyawan lebih dibiasakan untuk
menghadapi ketidakpastian secara kreatif dan mandiri.
6.
Gaya
Manajemen
Berkaitan dengan kepemimpinan, gaya manajemen juga mempengaruhi budaya
perusahaan. Bagaimana proses
perencanaan, pengorganisasian, kegiatan memimpin serta pengendalian akan
mencerminkan gaya manajemen yang berlaku di perusahaan tersebut. Gaya manajemen
berkaitan erat dengan struktur organisasi, komunikasi dan upaya memotivasi
karyawan. Selain itu ketidak seragaman gaya manajemen pada tingkatan manajemen
yang berbeda dapat pula mempengaruhi budaya perusahaan. Budaya yang terjadi
pada perusahaan itu ialah tidak adanya keharusan keseragaman pandangan atas
suatu kebijaksanaan ataupun nilai-nilai tertentu.
3.
Hubungan Budaya Organisasi Dengan Efektifitas
Organisasi
Menurut
Daniel R. Denison (1990) yang dikutip oleh Tubagus Rishard Leonard (2008;II-53)
mengemukakan empat hipotesa utama tentang keterkaitan budaya organisasi dengan
efektifitas organisasi, yaitu keterlibatan, konsistensi, kemampuan beradaptasi
(adaptabilitas) dan misi. Artinya efektifitas suatu organisasi akan amat
ditentukan oleh budaya organisasi yang menekankan keterlibatan anggotanya dalam
manajemen organisasi dengan partisipasi kreatif. Budaya organisasi yang
mengutamakan konformitas, konsensus dan konsistensi, kemampuan melakukan
adaptasi dengan lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi, serta
budaya organisasi yang menekankan pencapaian misi organisasi dengan membantu
anggota untuk mencapai misi tersebut sesuai peranannya masing-masing.
3. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisasi.
Kreitner dan Kinichi dalam Wibowo (2010: 49) mengatakan bahwa, beberapa arti
penting budaya organisasi bagi kehidupan organisasi adalah sebagai berikut:
1. Memberi
anggota identitas.
Dengan budaya
organisasi yang diciptakan dan diterapkan dalam aktivitas organisasi maka
dianggap khas oleh setiap individu yang menjadi anggota organisasi itu.
Kekhasan itulah yang kemudian menjadi atau memberi identitas bagi individu.
2. Memfasilitasi
komitmen kolektif.
Dengan menerapkan
budaya yang khas maka dapat membantu individu secara kolektif membentuk
perilakunya sesuai dengan budaya dalam organisasi itu. Dengan demikian maka
organisasi pada dasarnya memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
membentuk komitmen pribadinya secara kolektif. Akhirnya setiap anggota merasa
bangga menjadi bagian dari organisasi itu.
3. Meningkatkan
stabilitas sistem sosial.
Dengan terbentuknya
komitmen yang tinggi maka dapat memudahkan pengelolaan berbagai potensi konflik
yang terjadi di organisasi. Dengan adanya kesepakatan bersama tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan dicapai dalam organisasi itu, membuat lingkungan
organisasi dan interaksi antar individu dalam organisasi itu lebih stabil.
Peran budaya sebagai alat untuk meningkatkan kohesivitas karyawan dan
menyatukan berbagai komponen organisasi yang memiliki cara pandang berbeda.
4. Membentuk
perilaku.
Budaya organisasi dapat
menjadi alat untuk membentuk perilaku setiap individu dalam organisasi. Pada
dasarnya setiap individu yang menjadi anggota suatu organisasi harus mengenal,
menerapkan dan mengembangkan budaya organisasinya. Budaya organisasi tidak
statis, tetapi dinamis atau berubah (dapat berubah).
4. Indikator Budaya Organisasi
Pandangan
Robbins, S. dan Coulter, M. (2012) karakteristik utama
yang merupakan dimensi budaya organisasi, diantaranya:
a. Inovasi
dan keberanian mengambil resiko
Dilihat dari sejauh
mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan kreatif dan berani mengambil
resiko..
b. Orientasi
hasil
Sejauh mana manajemen
berfokus lebih pada hasil yang di dapat ketimbang pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
c. Orientasi
orang
Sejauh mana
keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan berbagai efek dari hasil
tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
d. Orientasi
tim
Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi
terfokus pada tim ketimbang pada individu-individu yang ada di dalam organisasi
tersebut.
- Teori Budaya Organisasi
Terdapat tiga
asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi yaitu:
1)
Angota-anggota organisasi menciptakan
dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama
mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
Asumsi yang pertama berhubunan dengan pentingya orang di dalam
kehidupan
organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan
dan
mempertahankan realitas. Individu-individu
ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini
adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip
dalam sebuah buadanya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Orang berbagi
dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah
organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna
dari simbol-simbol tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus
melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana
pemutusan hubungan kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna simbolik
dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan
oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru
ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan
kontribusi dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah
penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.
2)
Penggunaan
dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi.
Realitas organisasi juga sebagiannya
ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini.
Perspektif ini menggaris bawahi pengguanaan simbol di dalam
organisasi. Simbol merupakan representasi untuk makna. Angota-angota . organisasi menciptakan,
menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini
sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal
dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini
mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa
slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung
tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan perusahaan mempraktikannya.
3)
Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang
berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam
Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan
keberagaman
budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat bervariasi.
Persepsi
mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu
sendiri.
- Cara Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan
Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1)
Ceritera-ceritera
Ceritera-ceritera mengenai bagaimana
kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai usaha sehingga kemudian
menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut
perusahaan dan bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang
dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau
memahaminya.
2) Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan,
tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian
hidup perusahaan. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya, contohnya adalah
selamatan mulai musim giling di pabrik gula.
3) Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan
lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya
organisasi yang harus diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan
cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal
lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi.
4) Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap
bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa
atau jargon yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami
oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk
dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku di lingkungan
itu. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bahasa merupakan
unsur penting dalam budaya perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar