Selasa, 31 Januari 2017

BELAJAR DARI PERSPEKTIF TEORI KOGNIITIF



Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli–ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 – 14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :
1.    Pandangan psikologi behavioristik
2.    Pandangan psikologi kognitif
3.    Pandangan psikologi humanistik
4.    Pandangan psikologi gestalt
Tetapi disini yang akan dibahas yaitu pandangan psikologi kognitif. Belajar menurut pandangan kognitif merupakan suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu.Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.

1.    Pengertian tentang belajar menurut pandangan kognitif
Teori belajar kognitif menekankan pada cara–cara seseorang menggunakan pikirannya untuk beajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah di peroleh dan disimpan dalam pikranya secara efektif.Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.Faktor-faktor intern itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Manusia sebagai makhluk yang aktif berinteraksi dengan lingkungan. Umumnya, setiap orang tidak hanya aktif menerima sesuatu dari lingkungan, melainkan mereka berusaha memberikan perubahan pada lingkungannya. Dalam situasi pembelajaran, seseorang terlibat secara langsung guna memperoleh pemahaman (insight) untuk memecahkan persoalan. Perilaku seseorang tergantung pada pemahaman di mana keseluruhan lebih bermakna dari pada unsur-unsur. Aliran ini menekankan, apa yang dimiliki seseorang tergantung kepada aktivitasnya, mementingkan keseluruhan (holistik), kondisi kekinian, serta pembentukan struktur kognitif dan pemahaman.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat jangkanistik antara stimulus dan respons, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun ia tidak selalu menafikan pandangan-pandangan kaum behavioristik. Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam pandangan kognitif tentang belajar.Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcemen sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut pandangan kognitif reinforcemen sebagai sebuah sumber feedback apakah kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi.

2.    Macam-macam Teori Belajar Kognitif
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
1.    Teori belajar Pengolahan Informasi
            Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
            Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam  memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
2.   Teori belajar Kontruktivisme
            Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
a.    Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
b.    Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
c.    Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan.
            Prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi.
1)    Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
            Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
a.    Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam belajar aktif.
b.    Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
c.    Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
d.    Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya
                        Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
a.    membuat catatan
b.    belajar kelompok
c.    menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)

3.    Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
1.   PIAGET
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
            Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu :

a.    Tahap sensory – motor
            Yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
            Ciri-ciri tahap sensorimotor :
§  Didasarkan tindakan praktis.
§  Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
§  Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
§  Mengenai periode sensorimotor:
§  Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.
§  Urutan periode tetap.
§  Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.
b.    Tahap pre – operational
            Yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya simbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
c.    Tahap concrete – operational
            Yakni terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d.    Tahap formal – operational
            Yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
            Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a.    Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.  Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjum  lahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
b.    Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Akomodasi terjadi  jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.  Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
c.    Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
2.   DAVID AUSUBEL
            Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
            Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu:
1.    Belajar dengan penemuan yang bermakna,
2.    Belajar dengan ceramah yang bermakna,
3.    Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
4.    Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
            Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
3.   BRUNER
            Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
            Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1.    tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2.    tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3.    evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
            Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
1.    mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2.    kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3.    nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4.    motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan guru untuk memotivasinya.
            Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya : Kognitif. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
1.    Pengetahuan (mengingat, menghafal),
2.    Pemahaman (menginterpretasikan),
3.    Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
4.    Analisis (menjabarkan suatu konsep),
5.    Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
6.    Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
            Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
    
4.    Proses teori belajar kognitif
            Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat berkaitan dengan teori sibemetik.
            Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetap mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersikap relative dan berbekas.
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal, teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.

5.    Pandangan Teori Belajar Kognitif
            Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru merencanakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah, hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori.


1.    Jenis Pengetahuan
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita ketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
a.    Pengetahuan Deklaratif yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual. Contoh, pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelilingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
b.    Pengetahuan Prosedural yaitu pengetahuan tentangv tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”. Contoh: menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut.
c.    Pengetahuan Kondisional adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan. Seperti siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
2.    Model Pengolahan Informasi
Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.
a.    Memori Sensori
            Memori sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dimana kita memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi.
b.    Memori Kerja
            Memori kerja adalah tempat dimana informasi baru digabungkan dengan pengetahuan yang berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas, dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai sembilan hal baru dalam satu waktu. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu, waktu tersebut sangat cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja, kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara kalimat yang berdekatan.Karena sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus diaktifkan, kalau tidak, maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu untuk mengingatnya.
c.    Memori Jangka Panjang
            Informasi memasuki memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori jangka panjang, membutuhkan usaha tertentu.Dalam memori jangka panjang inilah, berbagai informasi disimpan dan dihubungkan dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola struktur data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang sangat besar, membuat kesimpulan dan memahami informasi baru.Bila kapasitas memori kerja sangat terbatas, kapasitas memori jangka panjang dapat dikatakan hampir tak terbatas.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.

6.    Penerapan Teori Kognitif Dalam Pembelajaran
            Menurut Vygotsky dalam Anita Woolfolk (2009:83) Assisted learning (belajar dengan bantuan), atau partisipasi pembimbing dikelas, membutuhkan scaffholding yang dideskripsikan untuk memberikan informasi, prompts, pengingat, dan dorongan diwaktu yang tepat dengan jumlah yang tepat, lalu sedikit demi sedikit membiarkan siswa melakukan semakin banyak hal sendiri. Guru dapat mengadaptasi materi atau soal sesuai tingkat siswa saat ini, mendemonstrasikan berbagai keterampilan atau proses berpikir menuntut siswa menjalani langkah-langkah dalam sebuah masalah/soal yang rumit melalui kgiatan umpan balik dan memberikan kesempatan siswa dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memfokuskan kembali siswa.
            Dalam penerapan kognitif dalam pembelajaran, hal-hal yang dapat dilakukan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut:
1.    Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai seorang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
2.    Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
3.    Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
4.    Guru memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
            Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan, sebagai berikut:
1.    Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga samapai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2.    Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar, piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dan lingkungan.
3.    Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktifitas dalam bentuk klasikal.
4.    Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangan dapat disimulasi.

7.    Contoh Implikasi Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Teori Kognitif
            Beberapa contoh didalam pelaksanaan pembelajaran menurut pandangan kognitif  adalah seperti yang dicontohkan sebagai berikut:
1.    Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Ditambah cara berfikir anak kurang logis dibanding dengan orang dewasa, maka guru harus mengerti cara berfikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
2.    Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
3.    Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
            Menurut Muhammad Thobroni (2011:104) Contoh pelaksanaan pembelajaran kognitif ini dari mata pelajaran matematika, guru mengajar matematika dari hal yang mudah/sederhana ke yang sedang, kemudian ke yang sukar/rumit. Hal yang mudah/sederhana lebih gampang dicerna oleh siswa. Dengan demikian hal-hal yang sukar atau rumit bisa diasimilasikan kedalam kerangka kognitif yang sudah ada dibenaknya.
            Dari penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kognitif ini dilakukan bertahap, mulai dari hal yang dianggap paling mudah, hingga ke tahapan yang sedang, baru menuju ke tahapan susah. Contoh dalam matematika, anak akan terlebih dahulu mengenal penambahan yang kemudian akan disusul dengan pengurangan, lalu perkalian kemudian pembagian. Hal ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan siswa. Jadi pembelajaran ini meletakkan landasannya didalam proses belajar, sehingga kemampuan berfikir dapat dikembangkan dengan baik.
            Dalam pembelajaran diperlukan kegiatan dalam menjangkau siswa dalam memanfaatkan alat-alat budaya. Menurut Vygotsky dalam Anita Woolfolk (2009:84) dalam pengajaran ada beberapa penerapan ide yang harus dilakukan dalam pengaplikasian kognitif didalam pembelajaran yaitu:
1.    Sesuai dengan scoffolding dengan kebutuhan siswa
Contoh: Memberikan pilihan-pilihan tentang tingkat kesulitan atau derajat kemandirian diberbagai proyek kepada siswa, dorong mereka untuk menantang diri, tetapi mencari bantuan bila mereka benar-benar sudah mengalami hambatan.
2.    Pastikan siswa memiliki akses ke alat-alat yang kuat, yang mendukung pemikiran
Contoh: Mengajarkan siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar dan organisasioal, alat-alat penelitian, alat-alat bahasa (kamus atau pencarian di komputer).
3.    Manfaat model pengetahuan kultural siswa
Contoh: Identifikasi pengetahuan keluarga dengan meminta siswa mewawancarai setiap anggota keluarga tentang pekerjaan dan pengetahuan rumah tangga (pertanian, ilmu ekonomi, manufacturing, manajemen rumah tangga, penyakit, agama, mengurus anak, memasak dan lain-lain).
4.    Kapitalisasi dialog dan belajar kelompok
Contoh: Lakukanlah eksperimen dengan mengajarkan siswa untuk membuat pertanyaan yang baik dan memberikan penjelasan yang membantu. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara kognitif.




                     




A.  PENUTUP

I.        Kesimpulan
Belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.
Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1.    Asimilasi
2.    Akomodasi
3.    Equilibrasi
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu:
1.    belajar dengan penemuan yang bermakna,
2.    belajar dengan ceramah yang bermakna,
3.    Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
4.    belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
            Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
1.    Pengetahuan (mengingat, menghafal),
2.    Pemahaman (menginterpretasikan),
3.    Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4.    Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5.    Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6.    Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu: pengetahuan deklaratif,pengetahuan procedural, pengetahuan kondisional. Tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.

II.        Saran
Pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok.
Teori perkembangan ini telah sedikit banyak memberi panduan kepada seluruh  stakeholder pendidikan, khususnya praktisi pendidikan, tentang perkembangan yang dilalui oleh seseorang anak didik dan setiap anak didik tersebut adalah berbeda dari segi perkembangan kognitifnya yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal mereka seperti bakat, lingkungan, makanan, kecerdasan dan sebagainya.
 

D. DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih C. Asri. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta,  2004.
F. Hill, Winfred. Theories Of Learning; Teori- Teori Pembelajaran. Bandung: Alih Bahasa M. Khozim, Nusa Media, 1990.
Mulyati,  Psikologi Belajar. Surakarta: ANDI, 2005.
Stenberg, Robert J. Psikologi Kognitif Edisi Keempat.Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008.
Seivert, Kelvin. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2008.
Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press, 2009.
Woolfolk, Anita. Educational Psychology Edisi Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar