Selasa, 31 Januari 2017

MANAJEMEN KELAS




A.   Latar Belakang
Ruang kelas merupakan salah satu tempat atau ruangan yang terdapat di sekolah, di mana seorang guru menyajikan pelajaran kepada peserta didiknya. Dalam proses pengajaran, kondisi yang nyaman dan menyenangkan akan sangat membantu tersampainya materi yang diajarkan guru kepada peserta didik. Kondisi kondusif tersebut harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja, agar dapat dihindarkan dari kondisi yang merugikan atau merusak kenyamanan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti perumusan tujuan secara jelas dan tepat, pemilihan materi yang sesuai, pemilihan metode yang tepat, serta lengkapnya sumber-sumber belajar dan sebagainya.Hal lain yang ikut menentukan keberhasilan guru adalah kemampuan guru dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang menggaunggu jalannya kegiatan belajar mengajar serta kondisi fisik tempat belajar mengajar dan kemampuan guru dalam mengelolanya.
Oleh karena itu, suatu kegiatan pengelolaan pengajaran atau manajemen pengajaran di dalamnya terdapat kegiatan pengelolaan kelas yang memegang peran penting dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi kondusif di dalam kelas,yang merupakan prasyarat bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, perlu dikelola dengan maksimal oleh guru dengan kerjasama dengan peserta didik serta pihak sekolah, baik kepala sekolah, karyawan, maupun seluruh stakeholders.
Pengelolaan kelas ini merupakan inti dari suatu organisasi atau lembaga kependidikan yang efektif.Seorang manager atau pengelola yang efektif merupakan seorang yang mampu mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan demi kegiatan dalam kependidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.Ketika kelas dikelola secara efektif, maka kelas berlangsung dengan lancar dan siswa terlibat secara aktifdalam pembelajaran.Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi tempat yang kacau di mana pembelajaran merupakan aktivitas yang tidak pada tempatnya (Santrock, 2009: 250).

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.   Apakah pengertian dari manajemen kelas?
2.   Apakah prinsip-prinsip manajemen kelas?
3.   Bagaimanakah pendekatan dalam manajemen kelas?
4.  Bagaimanakah pengimplementasian manajemen kelas yang baik?

C.   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis dan pembaca dalam bidang pembelajaran khususnya yaitu mengenai pengelolaan kelas. Adapun rincian yang ingin dicapai dalampenulisan makalah ini adalah:
1.     Agar dapat memahami pengertian manajemen kelas.
2.     Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip manajemen kelas.
3.     Agar mengetahui pendekatan dalam manajemen kelas.
4.     Agar mengetahui implementasi manajemen kelas yang baik.






















PEMBAHASAN

A.   Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengertian manajemen kelas dari beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988), mendefenisikan manajemen kelas sebagai “complex of teaching behavior of teacher efficient instruction,” yang mengandung pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan baik. Eferstson dan Emmer (1998) mendeskripsikan manajemen sebagai “those teacher behavior that  produces high levels of student involvement classroom activities and minimize student behaviors that interferes with  the teachers or other students work and efficient use of instructional time”. Houston, at al (1988), menegaskan bahwa “Without effective management the learning process student for interfering with instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa manajemen yang efektif proses belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan menegur murid-muridnya yang menggagu proses belajar mengajar.
Pendapat Robert E. Slavin (2011:143) menyebutkan bahwa manajemen ruang kelas adalah strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif, tidak hanya meliputi pencegahan dan tanggapan terhadap perilaku yang buruk tetapi juga penggunaan waktu kelas yang baik, penciptaan atmosfir yang kondusif bagi ketertarikan dan penelitian, dan pemberian kesempatan bagi kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Namun menurut pendapatnya, kelas yang tidak mempunyai masalah perilaku sama sekali, tidak dapat dianggap sebagai kelas yang dikelola dengan baik. Akan tetapi, kelas yang dikelola dengan baik pun pasti berisi masing-masing siswa yang akanmemiliki indikasi untuk berperilaku buruk. Menurut Anita Woolfolk (2009:298), maksud manajemen kelas adalah untuk memelihara lingkungan belajar yang positif dan produktif.
Sedangkan pengelolaan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (1991: 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989:115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990:2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.Pendapat Adnan Sulaeman (2009) mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik.Mulyasa (2002) mendefinisikan manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1.  Pengelolaan  kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2.  Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya.Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3.  Pengelolaan  kelas  yang berdasarkan  prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4.  Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.Peranan  guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5.  Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.Kelas adalah jenis lingkungan yang khas, yang mempunyai fitur-fitur yang khas yang mempengaruhi penghuninya.Sehingga manajemen kelas dapat disimpulkan sebagai pengelolaan lingkungan kerja yang efektif guna tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien.

B.   Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan.Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas.Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut:
1.     Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.     Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.     Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.     Keluwesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.     Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
6.  Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.

C.   Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Perkembangan teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi.Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori ini.Dalam buku psikologi pendidikan (Sri Esti Wuryani D, 2006: 267) mengatakan bahwa Reinforcement.B.F. Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan.Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah.Siswa memperlihatkan macam-macam tingkah laku di kelas.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktek pendidikan pada awal tahun 1070 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah laku.Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku.
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut :
1.        Pendekatan Manajerial 
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi:
a.      Kontrol Otoriter, 
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru.Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian.Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan prilaku peserta didik.Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam pendekatan otoriter yaitu:
1)      Menetapkan dan menegakkan peraturan.
2)      Menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan atau disebut juga proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas.
3)      Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan.
Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.
4)      Menggunakan teguran.
Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran ramah ini adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan.Teguran ramah dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dimaksudkan untuk memberitahu bukan untuk menuduh.
5)      Menggunakan pengendalian dengan mendekati.
Merupakan tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang.Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Strategi ini didasarkan pada asumsi kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.
6)      Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Merupakan strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik.
b.     KebebasanLiberal atau Permisif
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang di dapat oleh siswa disalahgunakan.
c.       KebebasanTerbimbing / instruksional
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal.Disini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol.Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan.Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.

2.        Pendekatan Psikologis 
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1)      Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (BehaviorModification)
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapatbahwa:
a)  Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. 
b)  Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusanhak,danancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi duabagian,yaitu: 
1)      Penguatan Primer,yaitupenguatan yang tanpa dipelajari sepertimakan, minum,menghangatkantubuh, dan lain-lain.
2)      Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial (pujian, sanjungan, perhatian), penguatan simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali.Merupakan pendekatan yang mendasar kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan  dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu.Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatn belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Strategi manajemen kelas pada pendekatan instruksional ini adalah:
1.      Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai.
2.      Menerapkan kegiatan yang efektif
3.      Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
4.      Memberikan penghargaan yang jelas
5.      Mengggunakan dorongan yang bermakna
6.      Memberikan bantuan mengatasi rintangan
7.      Merencanakan perubahan lingkungan
8.      Mengatur kembali struktur situasi

3.        Pendekatan Iklim Sosio Emosional (Socio Emotional Climate)
Pendekaan ini berlandaskan psikologiklinis dan konseling yang mempradugakan:
a)     Proes Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaansosio emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa danantarasiswadengansiswa. 
b)     Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternative penyelesaian. 

4.        Pendekatan Proses Kelompok (GroupProcess) 
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
a)     Pengalamanbelajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b)     Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membinakelompokyangproduktifdanefektif. 

5.        Pendekatan Elektif (Electic Approach
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing.Dalam artitidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi.Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu.Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan.Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis dan psikologis dinilai benar , yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi desebut pendekatn ekletik.Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien (Sudarman Danim.2002:167).

6.        Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang di anggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.
D.   Implementasi Manajemen Kelas
Pendidikan adalah sebuah proses sebagaimana mengharuskan sebuah proses yang di mana dalam proses tersebut menghendaki adanya perubahan. Perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini ialah perubahan perilaku, pemahaman yang lebih baik, yang tetap memperhatikan tujuan pendidikan itu sendiri.Salah satu faktor utama dan paling utama untuk mencapai tujuan pendidikan itu, ialah dengan sebuah strategi baik berupa strategi manajemen kelas maupun dengan strategi manajemen pembelajaran. Manajemen ialah seni untuk melaksankan suatu pekerjaan melalui orang lain.
Dengan kembali memperhatikan pengertian manajemen kelas seperti yang telah dibahas di atas, yakni proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain (semisal dengan sejawat atau siswa sendiri) maka tujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dapat dicapai. Kata perencanaan disini merujuk pada perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnya.
Pelaksanaan bermakna proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dimaksud terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran. (Sufyarma, 2004:188).Manajemen kelas ialah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manjemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi / kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Strategi manajemen kelas bernilai sangat penting dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan sebuah strategi manajemen kelas yang baik maka proses pembelajaran akan bisa tercapai dengan baik. Strategi manajemen kelas ini dapat berupa pengaturan suasana kelas, suasana pembelajaran yang kondusif dan lain sebagainya. Disebutkan oleh Dirjen Dikdasmen bahwa ada empat yang menjadi tujuan dalam manejemen kelas yaitu :
1.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.    Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat mengahalangi terwujudnya intreraksi pembelajaran.
3.    Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4.    Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosisla, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Konsep dasar dari manajemen kelas ialah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya.Tugas pendidik seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini.Sekarang aktivitas pendidik yang terpenting ialah memanajemen, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajran.Mengelola kelas merupakan ketermapilan yang harus dimiliki pendidik dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek menajemen kelas.Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas ialah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas dan tindakan selektif serta kreatif.
Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk dapat menguasai strategi-strategi dalam manajemen kelas guna untuk mengefektifkan proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga proses pembelajaran di dalam kelas akan bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.Secara garis besar upaya untuk meningkatkan keefektivitasan pembelajaran di dalam kelas dengan menerapkan strategi manajemen kelas ada dua yaitu ;
1.    Pengaturan Peserta Didik
Dalam kajian filosofis, peserta didik dipandang sebagai manusia seutuhnya, dimana mereka dipandang manusia yang memiliki hak dan kewajiban.Dalam pendidikan, hak-hak peserta didik haruslah lebih dikedepankan atau diutamakan seperti hak mereka untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan keinginan mereka, hak mereka untuk mengembangkan potenti-potensi yang ada pada mereka, dimana itu semua dalam rangka mempersiapkan mereka menjadi manusia yang dewasa.Selain hak-hak tersebut, peserta didik juga memiliki kewajiban yang harus mereka jalani.Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya.Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di tati dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang aspek-aspek yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui aspek-aspek tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Peserta didik ialah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka peserta didik bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjek. Artinya peserta didik bukan barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi juga merupakan objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak.pergerakan yang terjadai dalam konteks pencapaian tujuan tidak sembarang, artinya dalam hal ini, fungsi guru tetap meiliki proporsi yang besar untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, pengaturan orang atau peserta didik adalah bagaimana mengatur dan menempatkan peserta didk dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan  emosionalnya. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.

2.    Pengaturan Fasilitas
Aktivitas dalam kelas baik pendidik maupun peserta didik dalam kelas kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu, lingkungan fisik kelas berupa sasaran dan prasarana kelas harus dapat memnuhi dan mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasikehidupan kelas dapat berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai akhir masa belajar mengajar. kriteria minimal meliputi aman, estetika, sehat, cukup, bermutu dan nyaman yang terpenting bahwa dengan fasilitas yang minim dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya lebih tinggi.
Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, sehingga seluruh peserta didik dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas.Pengaturan fisik kelas diarah untuk meningkatkan efektivitas belajar peserta didik sehingga mereka merasa senang, nyaman, aman dan belajar dengan baik.

3.      Peran Pengawas
Tugas pokok pengawas sekolah dalam manajemen sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas dalam manajemen ini, yakni:
1.      Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah.
2.      Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya.
3.      Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi:
1.      Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.
2.      Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial sekolah sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik.Pengawasan manajerial sekolah pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil.Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan manajemen sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan ataupun peran yang dilakukan oleh pengawas dalam manajemen sekolah antara lain:
1.      Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.
2.      Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.
3.      Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbing­an siswa.
4.      Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.
5.      Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbing­an siswa.
6.      Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.
7.      Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.
8.      Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya.
9.      Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi sekolah.
10.  Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengawas satuan pendidikan banyak berperan dalam manajemen sekolah diantaranya sebagai: (1) penilai, (2) peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan, dan (7) kolaborator dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah.
                                                 
4.            Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin(leader) dalam organisasi sekolah.Tanggungjawab yang diemban kepala sekolah sangat berat, karena harus mampu melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.Pemantauan yang dilakukan oleh pihak kepala sekolah terhadap berlangsungnya manajemen kelas sangat diperlukan kecermatan mungkin.
Bimbingan dari kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen kelas atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak lain adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

5.            Peran Guru
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
a)     Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b)     Guru Sebagai Pengelola Kelas
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif.Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui
- Mengerti
- Mengaplikasikan
- Analisis
- Sintesis (analisis dalam berbagai sudut
- Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan.Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi.Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka.
c)     Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas, antara lain merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran,memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d)     Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.




PENUTUP

A.       Kesimpulan
Pengertian pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran.Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas adalah Hangat dan Antusias, Tantangan, Bervariasi, Keluwesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, dan Penanaman disiplin diri.Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas terdiri dari:  Pendekatan Manajerial, Pendekatan Psikologis, Pendekatan Iklim Sosio Emosional, Pendekatan Proses Kelompok, Pendekatan Elektif danPendekatan Analitik Pluralistik.
Adapun implementasi dalam manajemen kelas dapat terlihat pada pengaturan peserta didik, pengaturan fasilitas, peran pengawas sekolah, peran kepala sekolah, serta peran guru. Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas adalah Guru sebagai Demostrator, guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.

B.       Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang diberikan terkait manajemen kelas ini adalah sebagai berikut:
1.    Guru diharapkan mampu untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok terhadap siswa dalam manajemen kelas, serta perlu peninjauan yang efektif pada aspek perbedaan individual anak didik.
2.    Tugas guru sebagai Class Leader dapat lebih dimaksimalkan, maka dari itu harus bisa lebih mampu memanajemen kelas dengan baik, tertata, terkonsep, serta mengefektifkan waktu pembelajaran dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia.
3.    Kepala sekolah selaku pengelola sekolah diharapkan lebih konsisten untuk melakukan pemantauan secara rutin terhadap para guru dalam melakukan manajemen kelas apakah sudah berjalan efektif atau tidak.
4.    Perlu dilakukan adanya rapat intensif kepala sekolah dengan para guru, orangtua siswa, serta komite sekolah mengenai permasalahan yang timbul dalam pembelajaran, khususnya dalam manajemen kelas ini. Salah satu bentuk rapat contohnya dapat dilakukan KKO (Kelompok Komunikasi Orang Tua) yang diadakan di sekolah dengan menghadirkan orang tua dan guru, serta pakar kependidikan jika diperlukan.
5.    Pengawas pendidikan diharapkan untuk lebih dapat melakukan koordinasi, komunikasi, serta memberikan curah pendapat/gagasan dalam penerapan manajemen kelas secara berkala. Dengan kata lain pengawas pendidikan perlu menjalin kerjasama yang lebih intensif dan juga perlunya melakukan peninjauan-peninjauan terhadap sekolah-sekolah, agar lebih meningkatkan implementasi manajemen kelas dalam pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta,2002.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk.Strategi Belajar Mengajar I. Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002.
Ivor K. Davies.Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV Rajawali, 1991.
Hidayat, Ara dan Machali, Imam.Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba, 2012.
Mulyasa.Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya, 2002.
Santrock, John W.,Educational Psikology, Buku 2 terjemahan Diana Angelica.Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Sholehah, Tutut.Strategi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Citra Grafika Desian, 2008.
Slavin, Robert E., Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 2 terjemahan Drs. Marianto Samosir, S.H. Jakarta: Indeks, 2009.
Woolfolk, Anita,.Educational Psychology: Active Learning Edition, Bagian Kedua terjemahan Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A., dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar