A. Latar Belakang
Ruang kelas merupakan
salah satu tempat atau ruangan yang terdapat di sekolah, di mana seorang guru
menyajikan pelajaran kepada peserta didiknya. Dalam proses pengajaran, kondisi
yang nyaman dan menyenangkan akan sangat membantu tersampainya materi yang
diajarkan guru kepada peserta didik. Kondisi kondusif tersebut harus
direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja, agar dapat dihindarkan
dari kondisi yang merugikan atau merusak kenyamanan belajar.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya ditentukan oleh
hal-hal yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
seperti perumusan tujuan secara jelas dan tepat, pemilihan materi yang sesuai,
pemilihan metode yang tepat, serta lengkapnya sumber-sumber belajar dan
sebagainya.Hal lain yang ikut menentukan keberhasilan guru adalah kemampuan
guru dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang menggaunggu
jalannya kegiatan belajar mengajar serta kondisi fisik tempat belajar mengajar
dan kemampuan guru dalam mengelolanya.
Oleh karena itu,
suatu kegiatan pengelolaan pengajaran atau manajemen pengajaran di dalamnya
terdapat kegiatan pengelolaan kelas yang memegang peran penting dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.Sehingga dapat dikatakan
bahwa kondisi kondusif di dalam kelas,yang merupakan prasyarat bagi terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif, perlu dikelola dengan maksimal oleh guru
dengan kerjasama dengan peserta didik serta pihak sekolah, baik kepala sekolah,
karyawan, maupun seluruh stakeholders.
Pengelolaan kelas ini
merupakan inti dari suatu organisasi atau lembaga kependidikan yang
efektif.Seorang manager atau pengelola yang efektif merupakan seorang yang mampu
mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan demi kegiatan dalam kependidikan untuk
mencapai tujuan dan sasaran khusus dengan menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif.Ketika kelas dikelola secara efektif, maka kelas berlangsung dengan
lancar dan siswa terlibat secara aktifdalam pembelajaran.Ketika kelas dikelola
dengan buruk, kelas bisa menjadi tempat yang kacau di mana pembelajaran
merupakan aktivitas yang tidak pada tempatnya (Santrock, 2009: 250).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
di atas maka dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu:
1. Apakah
pengertian dari manajemen kelas?
2. Apakah
prinsip-prinsip manajemen kelas?
3. Bagaimanakah
pendekatan dalam manajemen kelas?
4. Bagaimanakah
pengimplementasian manajemen kelas yang baik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk menambah wawasan penulis dan pembaca dalam bidang pembelajaran
khususnya yaitu mengenai pengelolaan kelas. Adapun rincian yang ingin dicapai
dalampenulisan makalah ini adalah:
1. Agar dapat
memahami pengertian manajemen kelas.
2. Agar dapat
mengetahui prinsip-prinsip manajemen kelas.
3. Agar
mengetahui pendekatan dalam manajemen kelas.
4. Agar
mengetahui implementasi manajemen kelas yang baik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pengertian manajemen kelas dari
beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988), mendefenisikan manajemen kelas
sebagai “complex of teaching behavior of
teacher efficient instruction,” yang mengandung pengertian bahwa segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan baik. Eferstson
dan Emmer (1998) mendeskripsikan manajemen sebagai “those teacher behavior that produces high levels of student
involvement classroom activities and minimize student behaviors that interferes
with the teachers or other students work and efficient use of instructional
time”. Houston, at al (1988), menegaskan bahwa “Without effective management the learning process student for
interfering with instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa
manajemen yang efektif proses belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan
menegur murid-muridnya yang menggagu proses belajar mengajar.
Pendapat Robert E. Slavin (2011:143)
menyebutkan bahwa manajemen ruang kelas adalah strategi untuk menyediakan
lingkungan pembelajaran yang efektif, tidak hanya meliputi pencegahan dan tanggapan
terhadap perilaku yang buruk tetapi juga penggunaan waktu kelas yang baik,
penciptaan atmosfir yang kondusif bagi ketertarikan dan penelitian, dan
pemberian kesempatan bagi kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa.
Namun menurut pendapatnya, kelas yang tidak mempunyai masalah perilaku sama
sekali, tidak dapat dianggap sebagai kelas yang dikelola dengan baik. Akan
tetapi, kelas yang dikelola dengan baik pun pasti berisi masing-masing siswa
yang akanmemiliki indikasi untuk berperilaku buruk. Menurut Anita Woolfolk
(2009:298), maksud manajemen kelas adalah untuk memelihara lingkungan belajar
yang positif dan produktif.
Sedangkan pengelolaan kelas menurut
Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan
belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna
mencapai tujuan pengajaran.Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas
merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Dalam konteks yang demikian itulah
kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang
menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.Sedangkan menurut Sudirman N,
dalam (1991: 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989:115), dengan mengatakan bahwa
kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan
guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990:2) adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan.Pendapat Adnan Sulaeman (2009)
mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien atau
memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik.Mulyasa (2002) mendefinisikan
manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.”
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau
pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada
lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1. Pengelolaan kelas yang bersifat
otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan
ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni
pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan
kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan
hal yang ingin dilakukannya.Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi
perkembangan anak secara alamiah.
3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan
prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat
melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan
iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai
anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam
kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana
seperti ini guru memegang peranan kunci.Peranan guru ialah mengembangkan
iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan
interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosio-emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan
bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam
kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam
kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai
kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan
belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru
ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang
efektif.Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud,
1982).
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, maka pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan
dan kelas. Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”,
ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan
adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,
yaitu “management”, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.Kelas adalah jenis lingkungan yang
khas, yang mempunyai fitur-fitur yang khas yang mempengaruhi
penghuninya.Sehingga manajemen kelas dapat disimpulkan sebagai pengelolaan
lingkungan kerja yang efektif guna tercapainya pembelajaran yang efektif dan
efisien.
B. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah
gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan.Maka
adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip
pengelolaan kelas.Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.”
Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai
berikut:
1. Hangat dan antusias
Hangat dan
antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab
engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan
alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa
yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif.
4. Keluwesan
Keluesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada
dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir
dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri
sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin
dalam segala hal.
C.
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Perkembangan teori-teori tentang pengelolaan kelas
berasal dari bagian bidang psikologi.Dua teori psikologi yang paling umum
berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik
Skinner maupun Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas.
Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori
ini.Dalam buku psikologi pendidikan (Sri Esti Wuryani D, 2006: 267) mengatakan
bahwa Reinforcement.B.F. Skinner
(1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan.Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia
dapat dibentuk atau diubah.Siswa memperlihatkan macam-macam tingkah laku di
kelas.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktek
pendidikan pada awal tahun 1070 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah
laku.Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat
diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku.
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam
Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap
tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada
waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini ada beberapa pendekatan
yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan
disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut :
1.
Pendekatan
Manajerial
Pendekatan
ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang
kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi:
a.
Kontrol
Otoriter,
Pendekatan
otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian
perilaku peserta didik oleh guru.Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan
menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian.Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan prilaku peserta
didik.Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan
peraturan dan hukuman. Strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam pendekatan
otoriter yaitu:
1) Menetapkan
dan menegakkan peraturan.
2) Menciptakan
dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan
pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang
diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan atau disebut juga proses mendefinisikan
dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di
kelas.
3) Memberikan
perintah, pengarahan, dan pesan.
Memberikan
perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan
perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan
guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan
jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam
mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk
mematuhinya.
4) Menggunakan
teguran.
Menggunakan
teguran ramah adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi
peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan
cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran
ramah ini adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari
perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan.Teguran ramah
dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dimaksudkan untuk memberitahu bukan
untuk menuduh.
5) Menggunakan
pengendalian dengan mendekati.
Merupakan
tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku
menyimpang atau cenderung menyimpang.Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah
berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan
mengacaukan. Strategi ini didasarkan pada asumsi kehadiran guru secara fisik
akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.
6) Menggunakan
pemisahan dan pengucilan.
Merupakan
strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat
penyimpangannya cukup berat.Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi
perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik.
b.
KebebasanLiberal
atau Permisif
Menurut
konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan
apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini,
aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan
tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya
kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang di dapat oleh
siswa disalahgunakan.
c.
KebebasanTerbimbing
/ instruksional
Konsep
ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal.Disini
siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau
terkontrol.Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain
pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat
penyalahgunaan kebebasan.Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan
kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
2.
Pendekatan
Psikologis
Terdapat
beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan
yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1)
Pendekatan
Modifikasi Tingkah Laku (BehaviorModification)
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik,
yang mengemukakan pendapatbahwa:
a) Semua
tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses
belajar.
b) Ada
sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif
(positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan
untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif
(negative reinforcement) seperti hukuman,
penghapusanhak,danancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi
duabagian,yaitu:
1)
Penguatan Primer,yaitupenguatan yang tanpa
dipelajari sepertimakan, minum,menghangatkantubuh, dan lain-lain.
2)
Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai
hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan
sosial (pujian, sanjungan, perhatian), penguatan simbolik (nilai, angka, atau
tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau
kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat
mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus
(continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan
secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester
sekali, setahun sekali.Merupakan pendekatan yang mendasar kepada pendirian
bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya
sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa
manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu.Dengan
demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik,
kegiatn belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta
didik. Strategi manajemen kelas pada pendekatan instruksional ini adalah:
1.
Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang
menarik, relevan, dan sesuai.
2.
Menerapkan kegiatan yang efektif
3.
Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
4.
Memberikan penghargaan yang jelas
5.
Mengggunakan dorongan yang bermakna
6.
Memberikan bantuan mengatasi rintangan
7.
Merencanakan perubahan lingkungan
8.
Mengatur kembali struktur situasi
3.
Pendekatan
Iklim Sosio Emosional (Socio Emotional
Climate)
Pendekaan
ini berlandaskan psikologiklinis dan konseling yang mempradugakan:
a)
Proes Belajar Mengajar yang efektif
mempersyaratkan keadaansosio emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan
antara pribadi guru dengan siswa danantarasiswadengansiswa.
b)
Guru merupakan unsur terpenting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus
dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti
siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat
dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut
memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa,
sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai
alternative penyelesaian.
4.
Pendekatan
Proses Kelompok (GroupProcess)
Pendekatan
ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi
anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
a)
Pengalamanbelajar sekolah berlangsung dalam
konteks kelompok sosial.
b)
Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen
Kelas ialah membinakelompokyangproduktifdanefektif.
5.
Pendekatan
Elektif (Electic Approach)
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai
kebaikan dan kelemahan masing-masing.Dalam artitidak ada salah satu pendekatan
yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi.Setiap pendekatan mempunyai
tujuan dan wawasan tertentu.Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami
berbagai pendekatan.Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai
banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Wilford A. Weber
menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari
berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau
keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis dan psikologis
dinilai benar , yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan
tertentu yang sesuai dengan situasi desebut pendekatn ekletik.Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan
Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan
efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas
pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari
penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif
dan efisien (Sudarman Danim.2002:167).
6.
Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik,
pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi
manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan
manajemen yang di anggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi
masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.
D. Implementasi Manajemen Kelas
Pendidikan
adalah sebuah proses sebagaimana mengharuskan sebuah proses yang di mana dalam
proses tersebut menghendaki adanya perubahan. Perubahan yang dimaksudkan dalam
hal ini ialah perubahan perilaku, pemahaman yang lebih baik, yang tetap
memperhatikan tujuan pendidikan itu sendiri.Salah satu faktor utama dan paling
utama untuk mencapai tujuan pendidikan itu, ialah dengan sebuah strategi baik
berupa strategi manajemen kelas maupun dengan strategi manajemen pembelajaran.
Manajemen ialah seni
untuk melaksankan suatu pekerjaan melalui orang lain.
Dengan kembali memperhatikan pengertian manajemen kelas
seperti yang telah dibahas di atas, yakni proses perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui
orang lain (semisal dengan sejawat atau siswa sendiri) maka tujuan untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran dapat dicapai. Kata perencanaan disini
merujuk pada perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnya.
Pelaksanaan bermakna proses pembelajaran sedangkan evaluasi
bermakna evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dimaksud terdiri dari dua jenis,
yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran. (Sufyarma, 2004:188).Manajemen
kelas ialah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa
manjemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar
mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar,
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
/ kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Strategi manajemen
kelas bernilai sangat penting dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran di
dalam kelas. Karena dengan sebuah strategi manajemen kelas yang baik maka
proses pembelajaran akan bisa tercapai dengan baik. Strategi manajemen kelas
ini dapat berupa pengaturan suasana kelas, suasana pembelajaran yang kondusif
dan lain sebagainya. Disebutkan oleh Dirjen Dikdasmen bahwa ada empat yang
menjadi tujuan dalam manejemen kelas yaitu :
1.
Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang
memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
mengahalangi terwujudnya intreraksi pembelajaran.
3.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta
perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4.
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan
latar belakang sosisla, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Konsep
dasar dari manajemen kelas ialah penempatan individu, kelompok, sekolah dan
faktor lingkungan yang mempengaruhinya.Tugas pendidik seperti mengontrol,
mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat
lagi untuk saat ini.Sekarang aktivitas pendidik yang terpenting ialah
memanajemen, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik
menuju tujuan pembelajran.Mengelola kelas merupakan ketermapilan yang harus
dimiliki pendidik dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan
bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek menajemen
kelas.Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas ialah
sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas dan tindakan selektif
serta kreatif.
Dalam
hal ini, pendidik dituntut untuk dapat menguasai strategi-strategi dalam
manajemen kelas guna untuk mengefektifkan proses pembelajaran di dalam kelas.
Sehingga proses pembelajaran di dalam kelas akan bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.Secara garis besar upaya untuk meningkatkan keefektivitasan pembelajaran
di dalam kelas dengan menerapkan strategi manajemen kelas ada dua yaitu ;
1. Pengaturan Peserta Didik
Dalam
kajian filosofis, peserta didik dipandang sebagai manusia seutuhnya, dimana
mereka dipandang manusia yang memiliki hak dan kewajiban.Dalam pendidikan,
hak-hak peserta didik haruslah lebih dikedepankan atau diutamakan seperti hak
mereka untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan keinginan mereka, hak
mereka untuk mengembangkan potenti-potensi yang ada pada mereka, dimana itu
semua dalam rangka mempersiapkan mereka menjadi manusia yang dewasa.Selain
hak-hak tersebut, peserta didik juga memiliki kewajiban yang harus mereka
jalani.Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta
melaksanakanya.Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan
oleh peserta didik. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang
harus di tati dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun
itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang aspek-aspek yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang
pendidik tidak mengetahui aspek-aspek tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga
mengenali potensi yang dimilikinya.
Peserta
didik ialah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas yang
ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran
manusia, maka peserta didik bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjek.
Artinya peserta didik bukan barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi
juga merupakan objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk
bergerak.pergerakan yang terjadai dalam konteks pencapaian tujuan tidak
sembarang, artinya dalam hal ini, fungsi guru tetap meiliki proporsi yang besar
untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas yang harus
dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, pengaturan orang atau peserta didik adalah
bagaimana mengatur dan menempatkan peserta didk dalam kelas sesuai dengan
potensi intelektual dan perkembangan
emosionalnya. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi
dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.
2. Pengaturan Fasilitas
Aktivitas dalam kelas baik
pendidik maupun peserta didik dalam kelas kelangsungannya akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu,
lingkungan fisik kelas berupa sasaran dan prasarana kelas harus dapat memnuhi
dan mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasikehidupan kelas dapat
berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai
akhir masa belajar mengajar. kriteria minimal meliputi aman, estetika, sehat,
cukup, bermutu dan nyaman yang terpenting bahwa dengan fasilitas yang minim
dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya lebih tinggi.
Pengaturan fasilitas adalah
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, sehingga seluruh peserta didik
dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas.Pengaturan fisik kelas
diarah untuk meningkatkan efektivitas belajar peserta didik sehingga mereka
merasa senang, nyaman, aman dan belajar dengan baik.
3.
Peran
Pengawas
Tugas pokok pengawas
sekolah dalam manajemen sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan
melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi
manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga
kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas dalam manajemen ini, yakni:
1. Melakukan
pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru,
dan kinerja seluruh staf sekolah.
2. Melakukan
evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya.
3. Melakukan
penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara
kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Mengacu pada SK
Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka
kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan
fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk
teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya,
dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang
meliputi:
1. Melaksanakan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya
pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.
2. Meningkatkan
kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan
siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tugas pokok yang
pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial sekolah sedangkan
tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan
akademik.Pengawasan manajerial sekolah pada dasarnya memberikan pembinaan,
penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai
dengan hasil.Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh
staf sekolah dalam pengelolaan manajemen sekolah. Pengawasan akademik berkaitan
dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Berdasarkan kedua
tugas pokok di atas maka kegiatan ataupun peran yang dilakukan oleh pengawas dalam
manajemen sekolah antara lain:
1. Menyusun
program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada
sekolah yang dibinanya.
2. Melaksanakan
penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan
kemampuan guru.
3. Mengumpulkan
dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan,
lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan
siswa.
4. Melaksanakan
analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai
bahan untuk melakukan inovasi sekolah.
5. Memberikan
arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan
yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan
siswa.
6. Melaksanakan
penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai
dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai
kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.
7. Menyusun
laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas
Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.
8. Melaksanakan
penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk
menetapkan program kepengawasan semester berikutnya.
9. Memberikan
bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi sekolah.
10. Memberikan
saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang
dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan uraian
tugas-tugas pengawas sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengawas satuan pendidikan
banyak berperan dalam manajemen sekolah diantaranya sebagai: (1) penilai, (2)
peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan,
dan (7) kolaborator dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau
supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada
aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu tugas
pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah.
4.
Peran
Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin(leader) dalam organisasi sekolah.Tanggungjawab yang diemban kepala
sekolah sangat berat, karena harus mampu melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik
maupun supervisi manajerial.Pemantauan yang dilakukan oleh pihak kepala
sekolah terhadap berlangsungnya manajemen kelas sangat diperlukan kecermatan
mungkin.
Bimbingan
dari kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen kelas atau penyelenggaraan
pendidikan di sekolah tidak lain adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar
siswa.
5.
Peran
Guru
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh
karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai
demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan
fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi
sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang
memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan
menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan
bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat
diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Evaluator atau
menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran
pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun
kualitatif.Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi.
Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui
- Mengerti
- Mengaplikasikan
- Analisis
- Sintesis
(analisis dalam berbagai sudut
- Evaluasi
Manfaat
evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai
ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari
kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan.Hal -hal yang paling penting
dalam melaksanakan evaluasi.Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif,
kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola
hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai
proses instrument harus terbuka.
c) Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator
Manager
memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan
menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai
Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas, antara lain merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi
beberapa sumber pembelajaran,memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada
2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan
reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d) Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru
harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan
digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang
harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan
menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam
merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.
Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang
harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap
dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak
sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian pengelolaan kelas
merupakan suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran.Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk
kepentingan pengajaran.Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas
bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dalam intelektual dalam kelas.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
adalah Hangat dan Antusias, Tantangan, Bervariasi, Keluwesan, Penekanan pada
hal-hal yang positif, dan Penanaman disiplin diri.Pendekatan – pendekatan dalam
pengelolaan kelas terdiri dari: Pendekatan Manajerial, Pendekatan
Psikologis, Pendekatan Iklim Sosio Emosional, Pendekatan Proses Kelompok,
Pendekatan Elektif danPendekatan Analitik Pluralistik.
Adapun implementasi dalam manajemen
kelas dapat terlihat pada pengaturan peserta didik, pengaturan fasilitas, peran
pengawas sekolah, peran kepala sekolah, serta peran guru. Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas
adalah Guru sebagai Demostrator, guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola
Kelas, Guru sebagai Fasilitator.
B. Rekomendasi
Adapun
rekomendasi yang diberikan terkait manajemen kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Guru
diharapkan mampu untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui interaksi
edukatif dengan pendekatan kelompok terhadap siswa dalam manajemen kelas, serta
perlu peninjauan yang efektif pada aspek perbedaan individual anak didik.
2. Tugas guru sebagai Class Leader dapat lebih dimaksimalkan, maka
dari itu harus bisa lebih mampu memanajemen kelas dengan baik, tertata,
terkonsep, serta mengefektifkan waktu pembelajaran dengan baik, sehingga tidak
ada waktu yang terbuang dengan sia-sia.
3. Kepala sekolah selaku pengelola
sekolah diharapkan lebih konsisten untuk melakukan pemantauan secara rutin terhadap
para guru dalam melakukan manajemen kelas apakah sudah berjalan efektif atau
tidak.
4. Perlu dilakukan adanya rapat
intensif kepala sekolah dengan para guru, orangtua siswa, serta komite sekolah
mengenai permasalahan yang timbul dalam pembelajaran, khususnya dalam manajemen
kelas ini. Salah satu bentuk rapat contohnya dapat dilakukan KKO (Kelompok
Komunikasi Orang Tua) yang diadakan di sekolah dengan menghadirkan orang tua
dan guru, serta pakar kependidikan jika diperlukan.
5. Pengawas pendidikan diharapkan untuk
lebih dapat melakukan koordinasi, komunikasi, serta memberikan curah
pendapat/gagasan dalam penerapan manajemen kelas secara berkala. Dengan kata
lain pengawas pendidikan perlu menjalin kerjasama yang lebih intensif dan juga
perlunya melakukan peninjauan-peninjauan terhadap sekolah-sekolah, agar lebih
meningkatkan implementasi manajemen kelas dalam pembelajarannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka
Cipta,2002.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk.Strategi Belajar
Mengajar I. Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002.
Ivor K. Davies.Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV
Rajawali, 1991.
Hidayat,
Ara dan Machali, Imam.Pengelolaan
Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah.
Yogyakarta: Kaukaba, 2012.
Mulyasa.Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,
Strategi, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya, 2002.
Santrock, John W.,Educational Psikology, Buku 2 terjemahan Diana Angelica.Jakarta:
Salemba Humanika, 2009.
Sholehah, Tutut.Strategi Pembelajaran yang Efektif,
Jakarta: Citra Grafika Desian, 2008.
Slavin, Robert E., Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 2 terjemahan Drs.
Marianto Samosir, S.H. Jakarta: Indeks, 2009.
Woolfolk, Anita,.Educational Psychology: Active Learning Edition, Bagian Kedua terjemahan
Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A., dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html diakses pada 16-03-2013 (pkl21:28).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar