Judul Buku II : Manajemen Pendidikan di Sekolah
Pengarang : Drs. B.
Suryosubroto
Penerbit : PT. RINEKA CIPTA
Tahun Terbit : 2010
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Faktor-Faktor yang Mendasari Kegiatan Manusia
dalam Organisasi.................... 1
BAB II MANAJEMEN KURIKULUM
A. Pengertian Kurikulum.......................................................................................... 32
BAB III MANAJEMEN MURID
A. Penerimaan Murid Baru....................................................................................... 74
BAB IV MANAJEMEN PERSONEL SEKOLAH (Kepegawaian)
A. Daftar Personel.................................................................................................... 87
BAB V MANAJEMEN TATALAKSANA SEKOLAH (Ketatausahaan)
A. Surat Dinas Sekolah dan Buku Agenda............................................................ 104
F. Pemeliharaan Halaman Sekolah......................................................................... 110
BAB VI MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN
BAB VII MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
A. Manajemen Pembayaran SPP............................................................................. 131
BAB VIII ORGANISASI SEKOLAH (Lembaga Pendidikan Formal)
A. Pentingnya Organisasi Sekolah.......................................................................... 139
BAB IX HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT (Kegiatan Humas)
A. Tinjauan Umum tentang Humas........................................................................ 154
BAB X GURU SEBAGAI MANAJER
BAB XI SEDIKIT TENTANG SUPERVISI PENDIDIKAN
BAB XII KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DAN MANAJER PENDIDIKAN
BAB XIII PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BAB XIV MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
A. Pengantar ......................................................................................................... 194
Daftar Pustaka
INTISARI BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
mempelajari manajemen modern yang akan mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab perlu dipahami berbagai faktor yang mendasari kegiatan manusia dalam
organisasi.
Menurut
DR. Buchari Zainun (1987), paling tidak ada lima faktor yang mendasari kegiatan
manusia dalam organisasi, yaitu:
1.
Faktor
spesialisasi dan pembagian kerja
2.
Faktor
koordinasi
3.
Faktor tujuan
4.
Faktor prosedur
kerja, dan
5.
Faktor dinamika
lingkungan.
Dalam
buku ini yang dimaksud dengan organisasi adalah suatu bangunan lembaga yang
merupakan hasil proses pembagian dan penyatuan usaha yang ditujukan ke arah
tercapainya suatu tujuan. Sedang yang dimaksud dengan manajemen adalah
penggunaan efektif sumber-sumber tenaga manusia dan bukan manusia serta
bahan-bahan materiil lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan
itu.
Organisasi
dan manajemen terdapat pada semua tingkat, lapangan, dan jenis kegiatan kerja
sama manusia. Bilamana konsep-konsep dasar organisasi dan manajemen ini
diterapkan kepada administrasi pemerintah maka harus ada kebijaksanaan, pusat
pengarahan, orgnisasi yang bersifat struktural, metode pelaksanaan pekerjaan,
sarana, integrasi, dan koordinasi yang lengkap serta kemampuan yang cukup untuk
selalu menyesuaikan diri kepada keadaan lingkungan yang dinamis.
Berdasarkan
pada konsep pemikiran tersebut maka dalam bidang pendidikan formal di sekolah,
yang dimaksud organisasi tidak lain adalah lembaga pendidikan yang berupa
“sekolah” itu sendiri, tanpa membatasi jenjang pendidikan yang ada. Karena itu
organisasi dan manajemen sekolah dalam buku ini diperuntukkan secara umum, baik
bagi sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun sekolah menengah. Bahkan kegiatan
manajemen tertentu bisa juga diterapkan pada perguruan tinggi, antara lain
misalnya manajemen kurikulum, manajemen sarana pendidikan, manajemen keuangan,
dan manajemen humas.
Pada
prinsip pokok dalam organisasi dan manajemen adalah bahwa organisasi hanya
alat, karena itu harus disesuaikan kepada kebutuhan tuntutan dan situasi.
Perubahan-perubahan organisasi/reorganisasi hendaknya dipahami dan dilaksanakan
oleh organisasi. Tetapi harus pula dijaga perubahan organisasi itu jangan
sampai mengganggu stabilitas kerja dan mempengaruhi moral atau semangat kerja
anggota organisasi.
Dalam
menerapkan prinsip-prinsip ini harus diingat pula beberapa faktor penting
seperti tempat, waktu, tenaga, persediaan alat, bahan, dan orang, sikap dan
watak pimpinan organisasi. Kepala sekolah sebagai prinsip-prinsip organisasi
dan manajemen, kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan harus
memahami pula langkah-langkah pokok organisasi dan manajemen. Yang dimaksud
dengan langkah-langkah pokok organisasi dan manajemen ini sebenarnya adalah apa
yang disebut tugas-tugas pokok atau kegiatan-kegiatan pokok yang harus
dijalankan oleh setiap orang yang mempunyai tanggung jawab untuk memipmpin
organisasi atau bagian organisasi itu.
INTISARI BAB II
MANAJEMEN KURIKULUM
Paham terakhir menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala
pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya,
baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman anak didik
di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain:
mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, dan kegiatan karya wisata
atau praktik dalam laboratorium di sekolah. Pengertian kurikulum serupa ini
membatasi pengalaman anak kepada situasi belajar di dalam kelas dan tidak
menghiraukan pengalaman-pengalaman edukatif di luar kelas.
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid- murid. Organisasi kurikulum
sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena
pola- pola yang berbeda akan mengakibatkan ini dan cara penyampaian pelajaran
berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, 80).
Pola- pola organisasi kurikulum ada banyak macamnya, tetapi
yang disebutkan disini hanya tiga. Pola- pola tersebut antara lain:
1. Separated
Subject Curriculum,
menyajikan mata pelajaran (subjects) yang terpisah- pisah satu sama lain,
seakan- akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
2. Correlated
Curriculum,
organisasi kurikulum yang menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada
hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas- batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.
3. Integrated
Curriculum,
meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Selanjutnya pada setiap program kurikulum memperoleh alokasi
(penjatahan) waktu tertentu yakni berapa jumlah jam pelajaran perminggu untuk
setiap bidang studi bagi kelas-kelas tersebut.
Sehubungan dengan struktur program ini ada beberapa hal yang
perlu dipahami.
1. GBPP (Garis-Garis Besar Program
Pengajaran)
GBPP ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman bagi para pembina pendidikan, kepala sekolah, dan guru dalam rangka
peningkatan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Jam
Pelajaran
Ialah waktu pemberian jam pelajaran yang
berlangsung 45 menit untuk sekolah-sekolah lanjutan, di SD kelas I dan II hanya
30 menit sedang pada kelas III sampai dengan kelas IV, 40 menit.
3. Semester
Ialah satuan waktu pemberian jam
pelajaran yang berlangsung selama 120 hari belajar efektif, sedang pengertian
“caturwulan” yang digunakan SD adalah satuan waktu yang berlangsung rata-rata
80 hari belajar efektif.
4. Program
Pendidikan Umum
Ialah program pendidikan yang diberikan kepada
semua siswa yang mencakup pendidikan moral pancasila yang berfungsi bagi
pembinaan warga negara yang baik, jadi program umum wajib diikuti oleh siswa.
5. Program
Pendidikan Akademis
Ialah program pendidikan yang diperlukan
sebagai dasar untuk melanjutka studi ke tingkat pendidikan selanjutnya.
6. Program
Pendidikan Keterampilan
Ialah program pendidikan yang dapat
dipilih siswa (keterampilan bebas) dan ada juga yang bersifat terikat.
7. Program
Pendidikan Kejuruan
Ialah program yang wajib diikuti siswa
sesuai dengan jurusannya dan program ini terdiri atas dasar kejuruan, teori,
dan praktik kejuruan.
Pada kegiatan manajemen
kurikulum dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar-mengajar
di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen kurikulum
yang terpenting disini dapat disebutkan dua hal yakni:
1. Kegiatan
yang amat erat kaitannya dengan tugas guru. Kegiatan ini meliputi:
·
Pembagian tugas mengajar
·
Pembagian tugas / tanggung jawab dalam membina
ekstrakurikuler
·
Koordinasi penyusunan persiapan
mengajar.
2. Kegiatan
yang amat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Kegiatan ini meliputi:
·
Penyusunan jadwal pelajaran
·
Penyusunan program (rencana) berdasar
satuan waktu tertentu (caturwulan,semesteran, tahunan)
·
Pengisian daftar kemajuan murid
·
Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
·
Laporan hasil evaluasi
·
Kegiatan bimbingan penyuluhan
INTISARI BAB III
MANAJEMEN MURID
Manajemen murid merujuk kepada pekerjaan-pekerjaan
atau kegiatan-kegiatan pencatatan murid semenjak dari proses penerimaan sampai
saat murid meninggalkan sekolah karena sudah tamat mengikuti pendidikan pada
sekolah itu.
A. Penerimaan
murid baru.
Menurut Drs. Ismed Syarief CS, penerimaan murid baru secara
garis besarnya adalah membentuk panitia penerimaan murid, menentukan syarat
pendaftaran calon, menyediakan formulir pendaftaran, pengumuman pendaftaran
calon, menyediakan buku pendaftaran, waktu pendaftaran, penentuan calon yang
diterima dan lain- lain.
B. Pencatatan
murid dalam buku induk.
Catatan dalam buku induk harus lengkap meliputi data dan
identitas murid. Buku induk merupakan kumpulan daftar nama murid sepanjang masa
dari sekolah tersebut.
C. Buku
klaper.
Adalah buku yang berfungsi untuk membantu buku induk memuat
data-data murid yang penting. Kegunaan utama buku klaper adalah untuk
memudahkan mencari data murid, apalagi belum diketahui nomor induknya.
D. Tata
tertib murid.
Adalah bagian dari tata tertib sekolah yang mengatur
perilaku murid dan mengandung sanksi bagi yang melanggar. Dalam prakteknya,
aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi menteri pendidikan dan
kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau diperinci sejelas- jelasnya dan
disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid.
E. Daftar
presensi (daftar hadir)
Dimaksudkan untuk mengetahui frekuensi kehadiran murid di
sekolah sekaligus unuk mengontrol kerajinan belajar mereka.
INTISARI BAB IV
MANAJEMEN PERSONEL SEKOLAH
(KEPEGAWAIAN)
Pada prinsipnya yang dimaksud “personel”
disini ialah orang-orang yang melaksanakan suatu tugas untuk mencapai tujuan.
Secara terperinci, keseluruhan personel sekolah adalah kepala sekolah, guru,
pegawai tata usaha dan penjaga sekolah.
A. Daftar
personel
Memuat identitas atau keterangan lengkap tentang diri
pegawai atau karyawan yang bersangkutan, baik seorang guru maupun tenaga
administratif.
B. Daftar
hadir guru (karyawan)
Merupakan suatu hal yang mutlak ada demi berhasilnya suatu
tujuan pendidikan. Dengan memeriksa daftar hadir tersebut, maka dapat dihitung
persentase kehadiran guru yang bersangkutan.
C. Daftar
konduite
Adalah daftar yang berisi penilaian terhadap pegawai yang
dibuat oleh pimpinan atau atasan. Dalam hal ini kepala sekolah membuat daftar
konduite itu berdasarkan penilaian terhadap guru yang menjadi bawahannya.
D. Beberapa
hal tentang usul kepegawaian,
Pada prinsipnya suatu usul kepegawaian merupakan penghargaan
terhadap pegawai yang bersangkutan yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Beberapa usul kepegawaian ini yang pokok
antara lain adalah usul kenaikan gaji berkala (KGB), usul kenaikan pangkat,
usul pengangkatan dalam suatu jabatan tertentu, permohonan cuti, usul pemberian
pensiun dan usul pemberhentian pegawai.
INTISARI BAB V
MANAJEMEN TATALAKSANA SEKOLAH
(KETATUSAHAAN)
Beberapa kegiatan dari tatalaksana
sekolah (ketatausahaan sekolah) yang terpenting
adalah sebagai berikut:
A. Surat
dinas sekolah dan buku agenda.
Semua surat yang dilakukan di sekolah dan untuk
merealisasikan tujuan sekolah disebut surat dinas. Surat masuk dan surat keluar
harus diinventarisasi dan didokumentasikan disertai arsip- arsipnya.
B. Buku
ekspedisi
Buku ekspedisi berguna untuk pembuktian bahwa suatu surat
yang dikirimkan sudah sampai kepada alamatnya atau orang (petugas) yang
diserahi tanggung jawab.
C. Buku
catatan rapat sekolah (notulen).
Rapat sekolah yang biasa disebut rapat dewan guru atau rapat
guru perlu dicatat baik prosesnya maupun hasil atau keputusan yang diambil.
D. Buku
pengumuman
Dimaksudkan untuk media penyampaian informasi
(pemberitahuan) yang terutama ditujukan kepada para guru.
E. Pemeliharaan
gedung (bangunan sekolah).
F. Pemeliharaan
halaman sekolah.
G. Pemeliharaan
pelengkapan sekolah.
H. Kegiatan
manajemen yang didindingkan.
Yang dimaksud adalah kegiatan pencatatan/ pendataan yang
kemudian hasil pencatatan yang kemudian hasil tersebut dipasang pada dinding
kelas, kantor guru maupun kantor TU. Beberapa hal yang penting untuk
didindingkan antara lain data murid untuk tahun ajaran yang berlaku, susuna
pengurus OSIS periode tahun tertentu, daftar kelompok piket, kelompok belajar,
dan lain- lain.
INTISARI BAB VI
MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN
Ditinjau dari fungsi atau peranannya
terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana pendidikan (sarana
material) dibedakan menjadi 3 macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga dan
media pengajaran (Dra. Suharsimi AK).
Kemudian menurut beliau, yang
termasuk prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah.
Secara garis besarnya, manajemen sarana dan prasarana sekolah meliputi 5 hal
sebagai berikut:
A. Penentuan
kebutuhan
Sebelum mengadakan alat- alat tertentu, terlebih dahulu
harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah
ada. Dengan demikian baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan
berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah itu.
B. Proses
pengadaan
Proses pengadaan antara lain pengadaan dengan biaya
pemerintah, pembelian denga biaya dari SPP, bantuan dari BP3 dan bantuan dari
masyarakat lainnya.
C. Pemakaian
Dari segi pemakaian, sarana alat perlengkapan dapat
dibedakan antara lain barang habis dipakai dan barang yang tidak habis dipakai.
D. Pengurusan
dan pencatatan
Untuk keperluan pengurusan dan pencatatan ini disediakan instrumen
administrasi antara lain buku inventaris, buku pembelian,buku penghapusan dan
kartu barang.
E. Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang inventaris harus
dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaaan barang-barang
tersebut yang ditujukan kepada instansi atasan (kanwil) Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
INTISARI BAB VII
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
Setiap unit kerja selalu berhubungan
dengan masalah keuangan,demikian juga sekolah. soal- soal yang menyangkut
keuangan sekolah pada garis besarnya adalah SPP, uang kesejahteraan personel
dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan
sekolah seperti perbaikan sarana dan prasarana dan lain- lain.
INTISARI BAB VIII
ORGANISASI SEKOLAH (Lembaga Pendidikan Formal)
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar
tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur
personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan,
dan murid. Disamping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah
instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang
bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di
sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasisekolah ia dudukkan pada tempat paling atas.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perbedaan susunan organisasi sekolah antara lain
tingkat sekolah, jenis sekolah, dan besar kecilnya sekolah.
INTISARI BAB IX
HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
(KEGIATAN HUMAS)
Humas
di lingkungan organisasi kerja / instansi pemerintahtermasuk juga di bidang
pendidikan diartikan sebagai rangkaian kegiatan organisasi / instansi untuk
menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu
di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela. Hubungan yang harmonis
sebagai hasil kerja Humas tampak sebagai berikut:
1.
Adanya saling
pengertian antara organisasi / instansi dengan pihak luar.
2.
Adanya kegiatan
yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan
masing-masing.
3.
Adanya kerja
sama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab
atas suksesnya usaha pihak lain.
INTISARI BAB X
GURU SEBAGAI MANAJER
Dalam buku Pedoman Administrasi dan
Supervisi yang diterbitkan Dep. P & K (1978:4) tertulis tugas dan tanggung
jawab guru sebagai manajer, sebagai berikut:
1.
Menguasai program pengajaran (garis-garis besar program)
2.
Menyusun program kegiatan mengajar
3.
Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu
4.
Melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan murid.
Demikianlah tugas guru amat
kompleks, guru dituntut harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di
sekolah. Guru harus ikut memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolahnya, baik
yang bersifat kurikuler maupun masalah-masalah di luar kurikulum. Suatu pembaruan
pendidikan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan tanpa memperhatikan
keikutsertaan guru secara optimal. Tentu saja yang dimaksud keikutsertaan di
sini adalah dalam program kurikuler dan juga yang bukan kurikuler, kegiatan
edukatif dan manajemen.
INTISARI BAB XI
SEDIKIT TENTANG SUPERVISI PENDIDIKAN
Supervisi ialah
pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih
baik.
Tujuan supervisi ialah
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar. Supervisi hendaknya dilaksanakan secara ilmiah (scientific), demokratis, kooperatif,
konstruktif dan kreatif. Kemudian supervisi ditujukan kepada situsi
belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara
optimum. Yang dimaksud situasi belajar mengajar adalah situasi di mana terjadi
proses interaksi antara guru dan murid dalam mengajar dan belajar.
Ada beberapa macam
teknik supervisi antara lain :
1.
Kunjungan kelas
(classroom visitation)
2.
Observasi kelas
(classroom observation)
3.
Percakapan
pribadi (individual conference)
4.
Saling
kunjung-mengunjungi (intervisitation)
5.
Musyawarah,
rapat, lokakarya dan karyawisata
6.
Brosur,
pengumuman, edaran dan memanfaatkan mass media
7.
Penyediaan
perpustakaan jabatan untuk guru
8.
Penyediaan
instrumen supervisi (format-format) untuk menilai diri sendiri.
INTISARI BAB XII
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DAN MANAJER
PENDIDIKAN
Dalam
melaksnakan tugas sebagai supervisor. Kepala sekolah perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1.
Supervisi harus
bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2.
Realistis dan
mudah dilaksanakan.
3.
Menimbulkan rasa
aman kepada guru / karyawan.
4.
Berdasarkan
hubungan professional.
5.
Harus
memperhitungkan kesanggupan dan sikap guru / pegawai.
6.
Tidak bersifat
mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan kegelisahan bakan sikap antipasti
dari guru.
7.
Supervisi tidak
boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan dari kekuaaan pribadi.
8.
Supervisi tidak
boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan (supervisi berbeda dengan
inspeksi).
9.
Supervisi tidak
dapat terlalu cepat mengharap hasil.
10. Supervisi hendaknya juga bersifat prefektif,
korektif dan kooperatif.
Selanjutnya
sebagai implikasi tugas supervisor tersebut beberapa hal yang perlu dilakukan
kepala sekolah sebagai pemimpin adalah:
1.
Mengetahui
keadaan / kondisi guru dalam latar belakang kehidupan lingkungan dan sosial
ekonominya, hal ini penting untuk tindakan kepemimpinannya.
2.
Merangsang
semangat kerja guru dengan berbagai cara.
3.
Mengusahakan
tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan guru.
4.
Meningkatkan
partisipasi guru dalam kehidupan sekolah.
5.
Membina rasa
kekeluargaan di lingkungan sekolah antar kepala sekolah, guru, pegawai.
6.
Mempercepat
hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya BP3 dan orang tua murid.
Penggunaan prosedur yang demokratis akan membuat
personal sekolah lebih kooperatif dan member semangat korps, karena kebanyakan
personal sekolah menginginkan untuk ikut dalam perencanaan kebijaksanaan
sekolah.
Manajemen pendidikan yang demokratis mendatangkan
pertukaran pikiran dan pandangan dari para guru sehingga mendorong mereka untuk
berinisiatif.
Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai supervisor
dan sekaligus sebagai pemimpin sekolah perlu memilih penggunaan manajemen
pendidikan di sekolah yang demokratis ini karena dengan demikian kepala sekolah
akan banyak dibantu dengan datangnya banyak saran-saran yang berharga dari anak
buahnya (para guru) dan kepala sekolah yang bijaksana pasti mampu memilih
pikiran-pikiran yang terbaik yang berasal dari guru.
INTISARI BAB XIII
PENGEMBANGAN
PROFESI GURU
Sehubungan dengan peningkatan profesi guru ini, guru
memang dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya baik yang mengenai materi
pelajaran dari bidang studi yang menjadi wewenangnya maupun keterampilan guru.
Tanpa belajar lagi kemungkinan risiko yang terjadi ialah tidak tepatnya materi
pelajaran yang diajarkan dan metodologi mengajar yang digunakan.
Menurut yang tertulis dalam buku “Manajemen
Pendidikan di Sekolah” (Dep. P dan K, 1979:222 / 227) bentuk-bentuk peningkatan
profesi keguruan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1.
Peningkatan
profesi secara individual:
·
Peningkatan
melalui penataran
·
Peningkatan
profesi melalui belajar sendiri
·
Peningkatan
profesi melalui media massa
2.
Peningkatan
profesi keguruan melalui organisasi profesi. Adapun bentuk-bentuk kegiatan
peningkatan profesi melalui organisasi profesi antara lain berupa:
·
Diskusi Kelompok
·
Ceramah Ilmiah
·
Karyawisata
·
Buletin
Organisasi
INTISARI BAB XIV
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
A.
Pengantar
Pergeseran
pendekatan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di Indonesia telah
berimbas pada pengelolaan sistem pendidikan, yakni dari semula yang bersifat
sentralistik bergeser ke arah pengelolaan yang bersifat desentralistik. Hal ini
secara emplisit dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, yang diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001,
bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota (Pasal 11 Ayat 2).
Otonomi
diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih
tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Masyarakat dituntut
partisipasinya agar mereka lebih memahami kompleksitas pendidikan, membantu,
serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan. Adapun kebijakan nasional yang
menjadi prioritas pemerintah harus pula diperhatikan oleh sekolah. Dengan
demikian sekolah dituntut memiliki accountability
(akuntabilitas) baik kepada masyarakat maupun pemerintah, karena keduanya
merupakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Dengan
memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya MBS
merupakan suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
menekankan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber internal sekolah dan
lingkungannya secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang
berkualitas atau bermutu.
B.
MBS
Sebagai Manajemen Peningkatan Mutu
Konsep
pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah didalam
mengolah potensi sumber daya pendidikan melalui kerja sama dengan pemerintah
dan masyarakat didalam pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan peningkatan
mutu sekolah.
Karakter
dari konsep manajemen ini antara lain:
1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
2. Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin
dicapai,
3. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,
4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah
(kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi,
5. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus
sesuai tuntutan IPTEK,
6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus
terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya
untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan
7. Adanya komunikasi dan dukungan intensif dan orang
tua murid/masyarakat.
Ada
14 hal untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE), yaitu:
1. Merancang secara terus-menerus berbagai tujuan
pengembangan siswa, pegawai, dan layanan pendidikan.
2. Mengadopsi filosofi baru, yang mengedepankan
kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus
mengambil prakarsa dalam gerakan peningkatan mutu ini.
3. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang
menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik harus berusaha mengejar kualitas,
dan menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru,
orangtua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya.
4. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak
yang berkepentingan (stake holders)
untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas.
5. Melakukan evaluasi secara kontinyu dan mencari
terobosan-terobosan pengembangan sistem dan proses untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas.
6. Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan
dilatih kembali dalam pengembangan mutu. Guru harus melatih siswa agar menjadi
warga dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendalian diri,
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
7. Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf
dan siswa mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam mengelola
kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan pada kepengawasan.
8. Mengembangkan ketakutan, yakni semua staf harus
merasa mereka dapat menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru mengembangkan
kerja sama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.
9. Menghilangkan penghalang kerja sama diantara staf,
guru, dan murid, atau antar ketiganya.
10. Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa
pemaksaan dari luar.
11. Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan
kepemimpinan, karena penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan
kualitas.
12. Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan
kebanggaan para guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya.
13. Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru,
metode-metode atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan
atau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut.
14. Pengelolaan harus memberikan kesempatan kepada semua
pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.
C.
Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah
Dalam
rangka ingin membantu mensosialisasikan (menyebarluaskan) konsep dasar
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah pada kalangan masyarakat luas,
terutama pada para pendidik dan administrator pendidikan. Maka, dibawah ini
akan diuraikan mengenai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah:
1.
Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek
kehidupan manusia di mana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali
dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa dalam belajar, serta aspirasi masyarakat terhadap pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa dalam belajar, serta aspirasi masyarakat terhadap pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
2.
Tujuan
Konsep
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan:
a.
Mensosialiasikan
konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada
masyarakat.
b.
Memperoleh
masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplementasikan dengan mudah dan
sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural,
sosio ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografinya.
c.
Menambah wawasan
pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli
terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
d.
Memotivasi
masyarakat sekolah untuk terlihat dan berpikir mengenai peningkatan mutu
pendidikan/pada sekolah masing-masing.
e.
Menggalang
kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam
mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
f.
Memotivasi
timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseska pembangunan pendidikan
dari individu dan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan khususnya
masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam proses pembangunan
tersebut.
g.
Menggalang
kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua
komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus-menerus)
pada tataran sekolah.
h.
Mempertajam
wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas
dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dan seterusnya
sehingga tercapai miksi sekolah ke depan.
3. Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
Sekolah
Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective
school yang lebih memfokuskan dari pada perbaikan proses pendidikan.
Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah
dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan
keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang lebih
ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan.
4. Pengertian mutu
Dalam
pengertian umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya), baik berupa barang maupun jasa. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan, dan hasil
pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input,
seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
kondusif.
5. Kerangka Kerja dan Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah
a.
Sumber daya;
sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai
dengan kebutuhan setempat.
b.
Pertanggungjawaban
(accountability); sekolah dituntut
untuk memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
c.
Kurikulum;
berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah
bertanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan proses penyampaiannya.
Ada
tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu:
·
Pengembangan
kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa.
·
Bagaimana
mengembangkan ketrampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut
kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan
sumber daya yang ada.
·
Pengembangan
berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di
sekolah.
d.
Personel
sekolah; sekolah bertanggungjawab dan terlibat dalam proses rekruitmen (dalam
arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya).
6. Strategi Pelaksanaan di Tingkat Sekolah
a.
Penyusunan basis
data dan profil sekolah yang lebih presentatif, akurat, valid, dan secara
sistematis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru,
staf), dan keuangan.
b.
Melakukan
evaluasi diri (self assessment) untuk
menganalisis kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah.
c.
Sekolah harus
mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan
dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan
konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
d.
Sekolah
bersama-sama dengan masyarakat merencanakan dan menyusun program jangka panjang
atau jangka pendek (tahunan) termasuk anggarannya.
7. Penutup
Beragamnya
kondisi lingkungan dan bervariasinya kebutuhan siswa di dalam proses
pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat
kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi
pusat.
Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sekolah.
Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sekolah.
Untuk
pengenalan dan menyamakan persepsi sekaligus untuk memperoleh masukan dalam
rangka perbaikan konsep dan pelaksanaan manajemen ini, maka sosialisasi harus
terus dilakukan. Kita sebagai pelaksana dari proses pengembangan sumber daya
manusia menghadapi persaingan global yang semakin ketat ditunjang oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang secara cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar