BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar
hukum. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah landasan hukum yang terbaru yang
menegaskan keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu, Keputusan Menteri
Pendayagunaan aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan dengan
keputusan nomor 091/2001) dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan
menetapan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini.
Jika ditilik sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang ada, yang terkait
dengan pendidikan, ternyata secara hukum pengawas sekolah tidak diragukan lagi
keberadaannya. Dengan demikian, tidak ada alasan apapun dan oleh siapapun yang
memarjinalkan dan mengecilkan eksistensi pengawas sekolah.
Menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku, keberadaan
pengawas sekolah jelas dan tegas. Dengan demikian bukan berarti pengawas
sekolah terbebas dari berbagai masalah. Ternyata institusi pengawas sekolah
semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi penangan pendidikan.
Institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat pembuangan, tempat parkir, dan tempat
menimbun sejumlah aparatur yang tidak terpakai lagi (kasarnya: pejabat
rongsokan).
Selain itu, pengawas
sekolah belum difungsikan secara optimal oleh manajemen pendidikan di kabupaten
dan kota. Hal yang paling mengenaskan adalah tidak tercantumnya anggaran untuk
pengawas sekolah dalam anggaran belanja daerah (kabupaten/kota).
Sekurang-kurangnya fenomena itu masih terlihat sampai sekarang.
Penodaan terhadap institusi pengawas sekolah dan belum
difungsikannya para pengawas sekolah secara optimal bak lingkaran yang tidak
berujung berpangkal. Lingkaran itu susah dicari awalnya dan sulit ditemukan
akhirnya. Tidak ada ujung dan tidak ada pangkal. Akan tetapi, jika dimasuki
lebih dalam, inti permasalahannya dapat ditemukan. Institusi pengawas sekolah
adalah institusi yang sah. Keabsahannya itu diatur oleh ketentuan yang berlaku.
Seyogyanya, aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar oleh manajemen atau
birokrasi yang mengurus pengawas sekolah. Aturan itu ternyata sangat lengkap.
Mulai dari aturan merekrut calon pengawas, sampai kepada memberdayakan
dan menfugsikan pengawas sekolah untuk operasional pendidikan, ternyata sudah
ada aturannya. Pelecehan atau pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada
itulah yang merupakan titik pangkal permasalahan pengawas sekolah sebagai
institusi di dalam sistem pendidikan.
Selain tenaga penawas, peningkatan mutu pendidikan juga
menuntut adanya tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada
dan memerlukan pembinaan dan pengembangannya pada saat ini terdiri atas: (1)
tenaga kepala sekolah, (2) tenaga pengawas, (3) tenaga laboran/teknisi, (4)
tenaga perpustakaan dan (5) tenaga tata usaha. Tenaga ke¬pendidikan di atas
terutama tenaga laboran, tenaga perpustakaan dan tata usaha kurang mendapat
perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangannya dibandingkan dengan tenaga
pendidik. Sedangkan tenaga kepala sekolah dan tenaga pengawas sudah ada dan
sudah berfungsi di setiap jenis dan jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan
pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah makalah ini adalah:
1. Apa
pengertian supervisi pendidikan?
2. Bagaimana
kedudukan supervisor pendidikan?
3. Apa
prinsip supervisi pendidikan?
4. Bagaimana
strategi supervisi pendidikan?
5. Bagaimana
proses supervisi pendidikan?
6. Bagaimana
aplikasi supervisi klinis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui pengertian dari supervisi pendidikan.
2.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui bagaimana kedudukan suvervisor dalam pendidikan
3.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
4.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui strategi supervisi pendidikan
5.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui proses supervisi pendidikan
6.
Mahasiswa/pembaca
dapat mengetahui aplikasi supervisi klinis.
BAB II
Pentingnya
Supervisiuntuk Memperbaikidan Mengembangkan
Mutu Pendidikan
A.
Pengertian Supervisi Pendidikan
Menurut konsep tradisional, supervisi adalah Pekerjaan
inspeksi dalam mengawasi dan menemukan kesalahan untuk diperbaiki (Snooper
Vision). Sifat-sifat supervisi secara ilmiah adalah :
1.
Sistematis
: dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu.
2.
Objektif
: Data didapatkan berdasarkan observasi nyata dan tafsiran pribadi.
3.
Menggunakan
alat pencatat untuk memberikan umpan balik dalam penilaian proses pembelajaran
di kelas.[1]
Supervisi atau pengawasan pendidikan adalah Setiap gerak
langkah pimpinan suatu lembaga pendidikan untuk mengkoordinasikan setiap
kegiatan, situasi dan kondisi di segala bidang suatu lembaga pendidikan.
Beberapa definisi tentang supervisi adalah :
1. Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey
Supervisi
adalah suatu program berencana yang bertujuan untuk memperbaiki pengajaran (Supervision
is a planned program for the improvement of instruction).
2. Dalam Dictionary of Education, Good
Carter
Supervisi
adalah segala usaha petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas pendidikan untuk memperbaiki pengajaran, perkembangan guru-guru,
penyelesaian dan revisi tujuan pendidikan, bahan-bahan, metode dan penilaian
pengajaran.
3. Menurut Alexander dan Saylor
Supervisi
adalah Program Inservise education dan usaha pengembangan kelompok/group
secara bersama.
4. Menurut Boardman
Supervisi
adalah usaha menstimulus, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu
pertumbuhan guru-guru sekolah secara individu dan kolektif supaya lebih
mengerti dan efektif dalam mewujudkan segala fungsi pengajaran dan lebih cakap
dalam berpartisipasi di masyarakat demokrasi modern.
5. Menurut Mc. Nerney
Supervisi
adalah Prosedur dalam memberikan arah dan penilaian secara kritis terhadap
proses pengajaran
6. Menurut H. Burto & Leo J.
Bruckner
Supervisi
adalah Suatu teknik pelayanan dengan tujuan utama mempelajari dan memperbaiki
faktor-faktor dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.[2]
7. Menurut Kimball Wiles
Keberhasilan
supervisi pendidikan tergantung pada kecakapan pribadi supervisor yang mencakup
lima keterampilan dasar, yaitu :
a. Keterampilan dalam hubungan-hubungan
kemanusiaan.
b. Keterampilan dalam proses kelompok.
c. Keterampilan dalam kepemimpinan
pendidikan.
d. Keterampilan dan mengatur personalia
sekolah.
e. Keterampilan dalam evaluasi.
Menurut Swearingen dalam buku Supervision
of Instructon – Foundation and Dimension, dikemukakan terdapat 8 fungsi
supervisi, yaitu:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
2. Melengkapi kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru.
4. Menstimulasi usaha-usaha yang
kreatif.
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang
terus-menerus.
6. Menganalisis situasi
belajar-mengajar.
7. Memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada setiap anggota staff.
8. Memberikan wawasan yang luas dan
terintregasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru.[3]
Tujuan
supervise pendidikan adalah :
1. Membantu menciptakan lulusan yang
optimal dalam kualitas dan kuantitas.
2. Membantu guru mengembangkan pribadi,
kompetensi dan sosialnya.
3. Membantu kepala sekolah
mengembangkan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
4. Ikut meningkatkan kerjasama dengan
masyarakat atau komite sekolah.
5. Mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.[4]
B.
Kedudukan Suvervisor pendidikan
1.
Pengertian Supervisor
Supervisor adalah seseorang yang bertugas melakukan
supervisi atau pengendalian.dengan melakukan tugas sebagai berikut :
a.
Pengawasan
: Bagian dari administrasi (Mencatat kegiatan di lapangan untuk di evaluasi)
b.
Pengendalian
: Bagian dari manajement (Kesalahan-kesalahan di lapangan langsung diperbaiki)
c.
Supervisi
: Hasil observasi pada suatu proses supervisi dianalisis, dan diperbaiki
kesalahannya.
2.
Syarat suvervisor
Adapun
syarat-syarat seorang supervisor adalah :
a.
Mempunyai
perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat meneliti secara teliti dan
dapat bergaul dengan baik.
b.
Dapat
memelihara dan menghargai semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang
yang berhubungan dengannya.
c.
Berjiwa
optimis, berusaha mencari yang baik, mengharapkan yang baik dan melihat
segi-segi yang baik.
d.
Bersifat
jujur dan adil, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh penyimpangan-penyimpangan
masyarakat.
e.
Cukup
tegas dan objektif (tidak memihak).
f.
Berjiwa
terbuka dan luas, sehingga lekas memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap
prestasi yang baik.
g.
Tidak
mudah berprasangka terhadap kesalahan seseorang.
h.
Jujur,
terbuka dan penuh tanggung jawab.
i.
Cakap
taktik dalam memberikan kritikan.
j.
Sifat
simpatinya tidak menimbulkan depresi / stress pada staffnya.
k.
Sikapnya
ramah, terbuka dan mudah dihubungi, sehingga siapapun yang memerlukannya tidak
segan untuk menemuinya.
l.
Bekerja
dengan tekun, rajin, teliti dan menjadi teladan anggota.
m.
Personel
appearance terpelihara dengan baik, sehingga menimbulkan respect dari orang
lain.
n.
Bersikap
serius, berwibawa dan disegani bukan ditakuti.[5]
3.
Kedudukan supervisor
Dalam sebuah Lembaga Pendidikan / Sekolah, yang berkedudukan
sebagai supervisor adalah kepala sekolah,[6]
karena ia bertanggung jawab penuh terhadap sekolah, dan selaku supervisor
pendidikan di sekolah ia mempunyai beberapa posisi penting, yaitu :
1.
Sebagai
manajer : mengatur manajemen ketika terjadi kekacauan, kesulitan dan gejolak
yang menimpa sekolah dengan tahapan :
a. Perencanaan : Merencanakan tindakan
untuk mengatasi masalah.
b. Pengorganisasian : Mengusahakan
supaya hasil perencanaan dapat berjalan.
c. Penggerakan : Memotivasi personil
untuk bekerja dengan giat dan antusias.
d. Pengendalian : Mengendalikan proses
kerja dan hasil kerja agar tidak menyimpang dari rencana semula.
Kepala Sekolah selaku manajer hendaklah menguasai tiga
keterampilan, yaitu :
a. Keterampilan konsep.
b. Keterampilan hubungan manusia.
c. Keterampilan teknik.
2.
Kepala
sekolah sebagai administrator, meliputi :
a. Pendidikan dan pengajaran b. Kesiswaan. c.
Kepegawaian. d. Keuangan. e. Hubungan masyarakat. f. Sarana dan Prasarana.
3.
Kepala
sekolah sebagai motor penghubung sekolah dengan masyarakat, hendaknya
memperhatikan :
a) Budaya.
b) Ekonomi. c) Tingkat sosial. d) Religi.
4.
Kepala
Sekolah sebagai pemimpin, dengan menguasai faktor pendukung :
a) Komunikasi. b) Kepribadian. c) Keteladanan.
d) Tindakan. e)
Memfasilitasi.
5.
Kepala
Sekolah sebagai supervisor, membina profesionalitas guru dengan mengembangkan :
a) Pribadi Guru b)
Peningkatan profesi c) Proses pembelajaran
d) Kemampuan kerjasama guru dengan masyarakat. e) Keragaman kemampuan f)
Keragaman daerah g) Penguasaan materi.[7]
Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan berfungsi
sebagai manajer dan sebagai supervisor pendidikan, kedua fungsi tersebut
ditujukan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang baik, yang diharapkan
para guru dapat mengajar dan siswa yaitu melaksanakan manajemen sekolah
sehingga terciptanya situasi belajar mengajar efektif dan efesien serta
melaksakan supervise sehingga guru tambah baik dan sempurna dalam menjalankan
tugas pembelajaran.
Konsep umum, seorang pimpinan atau manajer yang melakukan
kegiatan supervisi dimulai dari aspek pengawasan strategik, pengawasan
taktikal, dan pengawasan operasional.

Berdasarkan gambar diatas,
orang-orang yang duduk dalam posisi TOP Manajemen seperti: (1) Chief Executive Officer (CEO); (2) President,Chief Operating
Officer (COO),Chief Financial Officer (CFO); (3) Senior Vice President; (4)
General Manager; (5)Division, yang mempunyai tanggung jawab dalam
perencanaan strategis (one to ten years plans), bidang keuangan dan pengambilan
keputusan,personil-personil yang sangat luas dalam organisasi, pekerjaan utama
dalam hubungan dengan masyarakat dan marketing serta faktor darurat dalam
setiap krisis yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan organisasi.
Dalam Middle Manajemen,orang-orang yg duduk adalah: (1) functional manager; (2) product line
manager; (3) department head; (4) store manager, dengan tanggung jawab
perencanaan pada tingkat menengah (six
month to two years), logistik dan pelaksanaan keputusan, keputusan
anggaran, melaksanakan rencana, penempatan pegawai dan pengambilan keputusan,
dan menangani krisis pada setiap kegiatan manajemen.
Untuk posisi lower manager diperlihatkan bahwa supervisor
mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional organisasi
untuk mencapai kesuksesan. Orang-orang yang duduk dalam lower manager adalah: (1) unit manager; (2) branch manager; (3)
department supervisor; (4) first line supervisor; (5) shift manager or
supervisor; (6) team leader and (7) project manager, yang mempunyai
tanggung jawab dalam pelaksanaan perencanaan (one week to one year), menentukan tujuan produksi, pelayanan
pelanggan, koordinasi staff dan jadwal kerja, penugasan pegawai, mengorganisasi
kegiatan latihan , orientasi dan kegiatan tim pengembang, perencanaan dan
pengadaan atau pembelian fasilitas pada masing-masing unit, mengatur krisis
manajemen dari hari ke hari, dan melaksanakan aturan-aturan keamanan kerja. [8]
Piramida organisasi menurut Rue Leslie dan Byars Lloyd
(2010) jabatan Supervisor terdiri dari (1)
assistent cafetaria managerial, yang berfungsi sebagai supervisor yang
mencatat dan mendokumentasikan catatan; (2) assistent
credit supervisor, yang berfungsi sebagai yang mencatat dan
mendokumentasikan material; (3) creaw leader berfungsi sebagai regu supervisor;
(4) employment supervisor, yang berfungsi sebagai supervisor yang memberikan
layanan ketatausahaan; (5) head nurse berfungsi sebagai supervisor yang
menganggarkan dan mengawasi biaya; (6) lead person, berfungsi sebagai
supervisor dan orang yang memberikan nasihat dan arahan dalam bekerja; (7)
meter routing supervisor, berfungsi sebagai supervisor yang memberikan keamanan
dan pendidikan latihan; (8) office manajer, berfungsi sebagai supervisor
pendidikan dan latihan; (9) powerhause mechanic foreman berfungsi sebagai
mandor yang bermanfaat bagi pegawai dalam bekerja; (10) receiving and
werehousing supervisor, berfungsi sebagai pengawas dalam pekerjaan pengelasan.[9]
Inti tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan adalah menilai dan membina. Subjek yang dinilai adalah
teknis pendidikan dan administrasi pendidikan. Penilaian menurut PP 19/2005,
bab I, pasal 1, ayat (17) adalah seperti betikut ini, ”Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik.” Sedangkan Kepmenpan No. 118/1996, bab I, pasal 1, ayat
(8) menyatakan, ”Penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan
kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.”
Terkait dengan tugas menilai, seorang pengawas sekolah
melakukan pengumpulan informasi tentang subjek dan objek kerjanya (teknik
pendidikan dan administrasi). Informasi itu kemudian diolah sedemikian
rupa. Hasil olahan informasi itu digunakan untuk mengukur atau menentukan
derajat kualitas subjek. Hasil penilaian tersebut akan menginformasikan kepada
pengawas sekolah bahwa teknik pendidikan di satuan pendidikan tertentu telah
memenuhi tolok ukur (standar) yang ditetapkan atau sebaliknya. Begitu pula
halnya dengan teknik administrasi.
Kepemenpan
Nomor 118/1996, Bab I, pasal 1, ayat:
1
Pembinaan
adalah memberi arahan, bimbingan,
contoh, dan saran dalam
pelaksanaan pendidikan sekolah.
2
Memberikan
arahan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang
diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
3
Memberikan
bimbingan adalah upaya Pengawas Sekolah agara guru dan tenaga lain di sekolah
yang diawasi mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan
cara melaksanakannya
4
Memberikan
contoh adalah upaya Pengawas Sekolah yang dilaksanakan dengan cara yang
bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar
mengajar/bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas/ruangan bimbingan dan
kenseling dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktikkan model
mengajar/membimbing yang baik.
5
Memberikan
saran adalah upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya atau
berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak
dapat dilaksanakan sendiri.[10]
Berdasarkan hal di atas, ada sejumlah kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pengawas sekolah. Secara garis besar ada dua kompetensi
yang harus dimliki, yakni kompetensi menilai dan kompetensi membina. Wawasan
pengawas sekolah dalam bidang penilaian sangatlah dibutuhkan. Mulai dari
memahami konsep penilaian, jenis penilaian, indikator penilaian, instrumen
penilaian, mengolah hasil penlaian, sampai kepada memanfaatkan hasil
penilaian untuk pembinaan, merupakan hal wajib yang harus dikuasai pengawas
sekolah. Selain itu, melaksanakan penilaian dengan kiat yang tepat juga
merupakan bagian dari komeptensi yang tidak boleh dilupakan. Sehubungan dengan
ini, ada empat kelompok tugas pengawas sekolah yaitu:
1) merencanakan penilaian yang
dilengkapi dengan instrumennya
2) melaksanakan penilaian sesuai dengan
kaidah-kaidah penilaian
3) mengolah hasil penilaian dengan
teknik-teknik pengolahan yang ilmiah dan
4) memanfaatkan hasil penilaian untuk
berbagai keperluan.[11]
Kompetensi dalam membina juga demikian halnya. Pengawas
sekolah haruslah memahami konsep pembinaan, jenis-jenis pembinaan, strategi
pembinaan, komunikasi dalam membina, hubungan antarpersonal dalam membina, dan
sebagainya. Sekaitan dengan pembinaan, pengawas sekolah juga harus piawai
merencanakan pembinaan, melaksanakan pembinaan, menilai hasil pembinaan, dan
menindaklanjuti hasil pembinaan. Dengan kompetensi-kompetensi itu tentu
keberadaan pengawas di satuan pendidikan benar-benar diharapkan dan dirindukan.
Berdasarkan hal itu tugas pokok pengawas sekolah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan dapat dirumuskan selaras dengan ayat 1, pasal 2,
Kepmenpan Nomor 118/1996 sebagai beirkut, ”Pengawas Sekolah mempunyai tugas
pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah
tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.”
C.
Prinsip-Prinsip
Supervisi Pendidikan
Pengertian prinsip menurut kamus wikipedia adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang
diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia
inginkan atau diprogramkan.
Sementara Supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional
bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang
memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, agar
lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar murid-murid. Oleh karena itu suatu pengajaran
sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh
perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis
terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar
murid. Seorang supervisor apakah dia Kepala Sekolah, Penilik Sekolah atau
Pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip
supervisi. Yang dimaksud prinsip-prinsip supervisi pendidikan adalah
kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan dalam melakukan
kegiatan supervisi. Berikut ini kami uraikan prinsip-prinsip supervisi menurut
beberapa tokoh.
Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai
berikut :
a.
Supervisi
hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
b.
Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan
Kreatif
c.
Supervisi
hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
d.
Kegiatan
supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
e.
Dalam
pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan
atas hubungan pribadi.
f.
Supervisi
hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang
disupervisi.
g.
Supervisi
harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala
sekolah
Pendapat
lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :
a.
Supervisi
bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf
sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan
mencari-cari kesalahan.
b.
Pemberian
bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang
mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya
dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi
sendiri.
c.
Apabila
supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya
disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan
kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau
tanggapan.
d.
Kegiatan
supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan
menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
e.
Suasana
yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya
hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasana
kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan
segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau
kekurangan yang dimiliki.
f.
Untuk
menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau
terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal – hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Sementara dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi
Pendidikan Agama (Ditjen Islam Depag, 2003), dijelaskan bahwa prinsip-prinsip
supervisi pada dasarnya akan diarahkan pada 3 hal sebagai berikut:
1. Prinsip Fundamental
Yaitu prinsip yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila
dan Agama. Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap
supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang
pancasilais sejati.
2.
Prinsip
Praktis
Yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada. Dalam prinsip ini terdapat dua sisi, yaitu:
a.
Prinsip-Prinsip
Negatif:
Prinsip negatif merupakan pedoman
yang tidak boleh dilakukan seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.
1) Supervisi tidak boleh bersifat
mendesak (otoriter).
2) Supervisi tidak boleh didasarkan
atas kekuasaan.
3) Supervisi tidak mencari
kelemahan/kekurangan/ kesalahan.
4) Supervisi jangan terlalu berharap
cepat mengharapkan hasil atau perubahan.
5) Supervisi tidak boleh menuntut
prestasi di luar kemampuan bawahannya.
6) Supervisi tidak boleg egois, tidak
jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahannya.[12][1]
b.
Prinsip-Prinsip
Positif:
Prinsip positif merupakan pedoman
yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya.
1) Supervisi bersifat konstruktif dan
kreatif
2) Supervisi didasarkan kepada
sumber-sumber kolektif dari kelompok tidak hanya dari supervisor sendiri.
3) Supervisi harus dilakukan
berdasarkan hubungan professional, bukan berdasarkan hubungan pribadi.
4) Supervisi hendaknya progresif,
tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
5) Supervisi harus jujur, objektif dan
siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.[13]
Selain itu , dalam buku
Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Piet A. Suhertian dikemukakan prinsip supervisi sebagai
berikut:
1. Prinsip ilmiah (scientific) memiliki
ciri-ciri:
a. Sistematis, artinya dilaksanakan
secara teratur, berencana dan berkelanjutan. Maksudnya kegiatan supervisi
memiliki perencanaan yang pasti, teratur, pelaksanaannya secara berkelanjutan
dan terus menerus. Walaupun setelah diadakan supervisi, seorang pendidik sudah
benar-benar menjadi pendidik profesional sekalipun, supervisi masih harus
dilaksanakan secara kontinue. Bertujuan untuk menjaga mutu atau kualitas
seorang pendidik tersebut. Karena tidak mungkin seseorang tidak menemukan
kesulitan dalam setiap kegiatan atau aktifitas yang sedang dihadapi. Untuk
memecahkan problematika yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dapat diatasi
dengan supervisi. Jadi berapa bulan sekali supervisi diadakan? Kapan
pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaannya? Sudah ditentukan sebagai kegiatan
yang terencana, sesuai prinsip tersebut.
b. Objektif, artinya data yang didapat
berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau
pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau
kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. Melainkan
kegiatan nyata dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maksudnya seorang
supervisi tidak boleh menyimpulkan sebuah permasalahan tanpa meninjau atau
menindak lanjuti dari fakta-fakta yang ada. Hanya mengandalkan penafsiran diri
sendiri.
c. Menggunakan alat (instrumen) yang
dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap
proses belajar mengajar. Misalnya untuk memperoleh data diperlukan alat perekam
data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
2. Prinsip Demokratis
Prinsip yang menujunjung tinggi asas musyawarah. Layanan dan
bantuan yang diberikan supervisor kepada guru berdasarkan jalinan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan suasana kehangatan, sehingga guru-guru merasa aman
untuk mengembangkan tugasnya. Perlu diingat seorang supervisor tidak boleh
memiliki sifat terlalu menjaga image. Jadi dengan prinsip demokratis ini dapat
tercipta kerukunan yang erat antara kedua belah pihak, hubungan kekeluargaan
yang baik, kesatuan fikiran dan tujuan. Prinsip demokratis juga dapat diartikan
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Meskipun di kantor guru
berperan sebagai bawahan, tetapi tidak ada kesenjangan sosial antara guru
dengan supervisor. Guru dapat memunculkan pendapat atas ide-ide atau gagasan
terbaru yang dimilikinya. Keputusan-keputusan maupun pendapat dari supervisor
juga dapat diterima dengan baik oleh guru. Sehingga tujuan supervisi pendidikan
dapat tercapai.
3. Prinsip kerjasama
Mengembangkan
usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support atau
mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Maksudnya
kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan
perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan
cara kerjasama seluruh staf sekolah. Dengan adanya kerjasama tersebut,
terciptalah situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4.
Prinsip
konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan. Misalkan sehari-hari
menampilan raut muka yang tidak menyenangkan di depan guru-guru. Tidak memiliki
perhatian lebih dengan guru-guru. Minimnya berkomunikasi dengan guru-guru.
Terlalu mengedepankan sikap “jaga image” seakan muncul garis dinding yang kokoh
sebagai pembatas kedudukan antara supervisor dan guru, atasan dan bawahan. Sang
Supervisor lebih merasa berkuasa atas keputusan yang diambilnya, kemudian
mengambil keputusan yang semena-mena tanpa memperhatikan hasil penelitian dan
faktor-faktor lain. Dalam hal ini guru merasa dikucilkan karena selalu
disalahkan.
Prinsip konstruktif dan kreatif ini bertujuan membina
inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap
orang akan merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor
perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Kalau ada
Supervisor yang memaksakan kehendak, menakut-nakuti guru, yang justru akan
melumpuhkan kreativitas anggota staf perlu diubah. Sikap korektif misalnya,
suka mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap
orang mau dan mampu menumbuhkan serta mengembangkan kreativitasnya untuk
perbaikan pengajaran.
Dari prinsip tersebut dapat meningkat kinerja guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi
dilingkungan pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir yang bersifat
otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap
yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa
diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi
harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif.
D.
Strategi Supervisi
Pendidikan
Strategi supervisi pendidikan merupakan teknik dan cara yang digunakan
supervisor atau kepala sekolah dalam rangka mengetahui kemampuan dan kesulitan
guru-guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Sergiovani mengelompokkan
strategi supervisi pendidikan ke dalam beberapa hal antara lain :
1) Expect an inspect is
the overarching rule
Sebagai usaha yang dilakukan supervisor untuk mengetahui dan memeriksa
harapan terhadap aturan-aturan secara menyeluruh
2) Rely out predetermined
standards to which teachers must measure up
Mempercayai standar atau alat ukur yang telah ditentukan guru dalam
mengukur kegiatan yang dilakukannya
3) Identify teachers need
and in service them
Mengidentifikasi kebutuhan guru dan melayani mereka
4) Directly supervisi and
closely monitor the work of teacher to ensure compliance
Supervisor secara langsung memonitor dengan teliti pekerjaan guru untuk
memastikan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
5) Figure out how to
motivate teachers and get them to change
Memotivasi guru untuk menyesuaikan dengan perubahan
6) Use research to
identify one best practice
Menggunakan penelitian untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang paling
baik
7) Use personal authority
in combination with bureaucratic and technical rational authority
Menggunakan otonomi yang dimiliki guru dan mengkombinasikannya dengan
birokrasi dan dengan kewenangan yang dimiliki pimpinan
8) Standardize the work
of teaching to reflect the best way
Standarisasi kerja dalam mengajar menggambarkan cara-cara yang paling baik
9) Promote collegiality
as internally felt and morally driven interdependence
Mempromosikan teman sejawat sebagai yang dirasakan dan saling
ketergantungan secara moril
Kegiatan supervisor dapat dilakukan dengan mengadakan
pertemuan atau percakapan pribadi dengan guru melalui :
a.
Pengembangan segi positif dari kegiatan guru,
b.
Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam
mengajar di kelas
c.
Mengurangi keraguan guru dalam menghadapi masalah-masalah
pada waktu mengajar
Selain itu kegiatan
supervisor dapat dilakukan melalui musyawarah, rapat, lokakarya dan karya
wisata dengan guru-guru, brosur pengumuman, edaran dan memanfaatkan media masa,
perpustakaan jabatan guru, menyediakan ruangan khusus yang merupakan sumber
materi kurikulum.
1.
Kunjungan kelas
Strategi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
kegiatan pengawasan melalui monitoring evaluasi dan perhatian terhadap kinerja
pegawai dalam bekerja.Strategi ini dapat digunakan untuk melihat secara
langsung sampai dimana ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dilaksanakan
oleh guru. Tujuan kunjungan kelas dalam supervisi
pendidikan antara lain :
a. Mengetahui tingkah laku
guru dalam situasi belajar mengajar, bukan saja menerapkan prinsip belajar
mengajar akan tetapi juga dalam rangka membandingkannya dengan guru-guru lain
b. Untuk menemukan kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki tiap guru
c. Untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan guru
sebagai orang yang disupervisi
d. Mendorong guru untuk lebih giat berusaha
meningkatkan dirinya dalam kemampuan mengajar
e. Untuk memperoleh informasi atau data yang
digunakan dalam penyusunan program supervise
f. Untuk mengetahui sampai dimana guru-guru
berusaha melaksanakan saran-saran dan anjuran-anjuran yang pernah diberikan
g. Untuk menimbulkan pengertian dan kepercayaan guru
terhadap program supervise
h. Untuk menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan
diantara guru-guru agar mereka tidak hanya bekerja untuk kepentingan kelasnya
atau dirinya sendiri, tetapi lebih menyadari pentingnya tujuan sekolah yang
harus dicapai secara bersama
Terdapat tipe-tipe kunjungan kelas yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Kunjungan
kelas yang direncanakan atau dipersiapkan terlebih dahulu, baik atas dasar
inisiatif kepala sekolah dengan memberitahukannya kepada guru, maupun
direncanakan oleh guru dengan jalan mengundang kepala sekolah
b.
Kunjungan
kelas tanpa direncanakan atau dipersiapkan, dimana kepala sekolah melakukan
kunjungan kelas tanpa memberitahukan kepada guru-guru karena kunjungan tersebut
dilakukan dalam rangka inspeksi.
Pelaksanaan kunjungan kelas yang baik hendaknya mengikuti
langkah-langkah tertentu.Langkah-langkah proses kunjungan kelas terdiri dari
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Kunjungan kelas memerlukan persiapan
baik oleh supervisor maupun oleg guru yang akan dikunjungi. Dengan
mempersiapkan diri terlebih dahulu, supervisor akan lebih mudah mengarahkan
perhatiannya pada masalah-masalah penting. Selain itu dengan persiapan yang
baik dan matang, guru yang dikunjungi dapat memberikan penampilan yang maksimal
sehingga dapat diketahui segi-segi kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat
diusahakan tindak lanjut atau pertemuan lanjutan secara efektif.
2.
Pertemuan pribadi
Pertemuan pribadi adalah pertemuan secara pribadi
antara supervisor dengan guru-guru setelah mengadakan kunjungan kelas. Tujuan
umum pertemuan pribadi adalah untuk membantu guru-guru dalam usaha untuk
meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.
Salah satu tipe pertemuan pribadi adalah
pertemuan untuk memperoleh informasi, dimana pertemuan ini bersifat interview
dan wawancara dengan pendekatan “non direktif”.Ketika melaksanakan pertemuan
ini kepala sekolah memberikan kesempatan dan kebebasan kepada guru untuk
menjelaskan masalah dan kesulitan yang dihadapinya dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran kepada supervisor.Supervisor memegang peranan penting dalam
mengadakan pembicaraan empat mata dengan guru untuk memahami sampai dimana guru
mengetahui kemampuan dan kekuatan yang ada untuk diperbaiki dan dikembangkan
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tahapan yang dapat dilakukan untuk melaksanakan
pertemuan pribadi antara lain :
1) Merumuskan tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi guru
2) Menentukan tempat
pertemuan yang memungkinkan guru dan supervisor bebas menyampaikan harapan
mereka tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah
3) Membuat catatan selama
pertemuan dengan guru yang berhubungan dengan harapan dari seorang guru sebagai
pelaksana pembelajaran di sekolah. Catatan tersebut sebagai informasi yang
diberikan guru tentang apa yang dilakukan dan kebutuhan masing-masing guru
4) Supervisor setelah bertemu
dengan guru pada pertemuan awal perlu menentukan pertemuan selanjutnya untuk
secara berkesinambungan terjadinya komunikasi antara guru dengan supervisor di
sekolah
3.
Rapat
sekolah
Rapat Sekolah atau lebih dikenal rapat staf merupakan
pertemuan antara seluruh guru dengan kepala sekolah yang dipimpin langsung oleh
kepala sekolah atau guru yang telah ditunjuk untuk membicarakan perbaikan
dan pengembangan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Dalam rapat sekolah akan diperoleh informasi yang
bermacam-macam dari para guru tentang kebutuhan yang mereka hadapi dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah dan dapat diidentifikasi
masalah-maslah sebagai kebutuhan yang tidak dapat diwujudkan oleh sekolah baik
terhadap pelanggan internal seperti guru, pegawai dan kepala sekolah maupun
pelanggan eksternal seperti siswa, orang tua, masyarakat, perusahaan dan
industri serta pemerintah daerah dan pusat.Tujuan rapat sekolah antara lain :
a.
Untuk
mengintegrasikan semua staf yang berbeda pendidikannya, pengalaman dan
kemampuannya menjadi satu potensi untuk mencapai tujuan
b.
Untuk
mendorong setiap guru agar bersedia menerima tanggung jawab masing-masing dan
berusaha untuk meningkatkan efektifitas kerja
c.
Untuk bersama-sama mencari dan menemukan metoda dan
prosedur dan menciptakan proses kerja yang efektif
d.
Memperoleh informasi yang bermacam-macam dari para guru
tentang kebutuhan yang mereka hadapi dalam penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar di sekolah
Berdasarkan segi penyelenggaraanya, rapat sekolah
dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
1)
Rapat regular
teratur rutin yang diadakan pada waktu-waktu tertentu secara teratur
2)
Rapat
sewaktu-waktu yang diadakan tidak menurut jadwal
3)
Rapat darurat
merupakan rapat yang diadakan secara tiba-tiba bila ada permasalahan yang
mendesak
E.
Proses Supervisi
Pendidikan
Cogan menyatakan dalam pelaksanaanya supervisi
pendidikan terdiri dari beberapa tahapan yang berbentuk siklus yang terdiri
dari :
1.
Tahap membangun
dan memantapkan hubungan antara guru dan supervisor
2.
Tahap
perencanaan bersama guru baik melalui perencanaan strategi maupun pengambilan
keputusan pada tingkat sekolah
3.
Tahap
observasi pengajaran dengan melihat secara langsung kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan guru dengan siswanya dalam kelas
4.
Tahap
analisis proses belajar mengajar. Analisis bertujuan untuk memeriksa dan
meguraikan tahap-tahap pembelajaran dalam kelas sesuai dengan kesepakatan
antara kepala sekolah dengan guru.Kegiatan analisis tersebut dapat dilihat dari analisis
visi, misi, fungsi dan tugas dari fungsi kepala sekolah dan guru di sekolah
5.
Tahap
pertemuan sebagai kesepakatan antara guru dan supervisor. Pertemuan antara
kedua belah pihak atas dasar kemauan dan kehendak serta kebutuhan masing-masing
6.
Tahap
penajajakan rencana berikutnya sebagai tanggung jawab yang dilakukan kepala
sekolah atau supervisor untuk membantu guru menyelesaikan permasalahan dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah
Sedangkan Mosher dan Purpel membagi tahap kegiatan
supervisi pendidikan menjadi beberapa kegiatan yaitu : 1) Tahap pertemuan. 2) Tahap observasi 3) Tahap evaluasi dan analisis
1. Tahap
pertemuan awal
Tahap pertemuan awal atau dikenal pula dengan nama
tahap pre observation conference merupakan tahap dimana guru dan
supervisor membuat kesepakatan bersama dalam mengembangkan format-format
kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir dari kegiatan
ini adalah kesepakatan antara supervisor dan guru.Pelaksanaan pertemuan awal
antara guru dan supervisor harus dilaksanakan secara terbuka, penuh kesadaran
dan adanya sikap saling mempercayai antara guru dan supervisor.Secara teknis
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pertemuan awal adalah :
a. Menciptakan suasana yang
akrab dan terbuka
b. Merencanakan rencana
pengajaran yang telah dibuat oleh guru yakni berupa tujuan, bahan, kegiatan
belajar mengajar dan alat evaluasi
c. Mengidentifikasi komponen
keterampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
d. Memilih instrumen
observasi yang akan digunakan atas dasar kesepakatan antara guru dengan
supervisor
e. Mendiskusikan bersama
instrumen yang digunakan dan tatacara penggunaanya
f. Menetapkan waktu untuk observasi
2. Tahap
Pelaksanaan dan Observasi Pengajaran
Tahap kedua supervisi pendidikan adalah melaksanakan
observasi pengajaran yang dilakukan secara sistematis dan objektif yang
ditunjukkan pada kegiatan guru terutama tindakan dan kegiatan kelas yang
dilakukannya. Hal-hal yang perlu diketahui oleh supervisor sebelum dan sesudah
melaksanakan observasi adalah :
a.
Menetapkan
dan menentukan aspek-aspek yang akan diobservasi dalam kegiatan mengajar dan
bagaimana melakukannya
b.
Mendapatkan
persetujuan dan dan kesepakatan antara guru dan supervisor mengenai aspek yang
akan diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya
Supervisor harus konsisten dengan instrumen yang telah
dibuat sebelumnya atas kesepakatannya dengan guru, begitu pula dengan guru, ia
harus mau dilihat dan dinilai oleh supervisor mengenai aspek-aspek yang akan
disupervisi berdasarkan kesepakatannya dengan supervisor. Pada tahap ini
diperlukan sikap saling terbuka dan saling menerima tugas dan tanggungjawab
masing-masing antara guru dan supervisor, sehingga tercapai efisiensi dan
efektifitas dalam tahap ini.Menurut Acheson dan Gall terdapat beberapa tekhnik
yang dapat digunakan dalam mengobservasi kegiatan guru di kelas, antara lain :
a.
Seleksi verbatim
b.
Rekaman
observasi
c.
Wide
Lens Techniques
d.
Checklist
and timeline coding
3. Tahap Pertemuan Balikan
Tujuan utama dari tahap pertemuan balikan adalah
menindaklanjuti dari apa yang diobservasi atau yang dilihat oleh supervisor
terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Fokus pembicaraan pada
petemuan balikan lebih menekankan pada identifikasi dan analisis persamaan dan
perbedaan antara perilaku guru dan murid yang aktual, pembuatan keputusan
sehubungan dengan dengan perbedaan yang terjadi antara guru dan murid.
Pertemuan yang dilakukan guru dan supervisor harus bersifat deskriptif,
spesifik, konkrit, dapat memotivasi, aktual dan akurat. Manfaat pertemuan
balikan bagi guru antara lain:
a. Guru dapat diberikan
penguatan dan kepuasan, sehingga dapat memotivasi guru
b. Isu-isu dalam pengajarn dapat diidentifikasi
bersama supervisor dan guru dengan tepat
c. Supervisor berupaya untuk menerapkan atau
memberikan saran-saran, memberikan bantuan dan bimbingan kepada guru
d. Guru dapat dilatih dengan tekhnik ini untuk
melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri
e. Guru dapat diberi pengetahuan tambahan untuk
meningkatkan tingkat analisis professional diri pada masa yang akan dating
F.
Supervisi Klinis
Menurut Sergiovani pada dasarnya terdapat
beberapa asumsi dasar yang menyatakan pentingnya penggunaan atau praktek
supervisi klinis di sekolah, pertama pengajaran merupakan aktivitas yang sangat
kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati.Kedua,
seorang guru yang profesional menginginkan pengembangan karirnya melalui
cara-cara yang kolegial yang bersifat autoritorian.
Supervisi klinis menurut Cogan pada dasarnya merupakan
pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain
dengan praktis, rasional dan dilakukan atas dasar analisis data mengenai
kegiatan-kegiatan di kelas. Menurut Cogan, supervisi klinis ditekankan pada
beberapa hal, diantaranya :
a. Proses supervisi klinis
b. Interaksi antara guru dan murid
c. Kinerja guru dalam mengajar
d. Hubungan guru dan supervisor
e. Analisis data berdasarkan peristiwa aktual di
kelas
Sergiovani (1987) menekankan ada dua sasaran supervisi
klinis yaitu pengembangan professional dan pengembangan serta membangun
motivasi kerja guru yang ditunjukkan dengan pengembangan kinerja guru. Menurut
Acheson dan Call (1987), terdapat beberapa tujuan supervisi klinis antara lain
:
a.
Menyediakan
umpan balik yang lebih obyektif terhadap guru atas pengajaran yang
dilaksanakannya
b.
Mendiagnosis
dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran
c.
Membantu guru
mengembangkan keterampilannya
d.
Mengevaluasi
guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya
e.
Membantu guru mengembangkan professional yang
berkesinambungan
Cogan menyatakan pelaksanaan supervisi klinis
terdiri dari beberapa tahapan yang berupa siklus, antara lain :
a.
Tahap
membangun dan memantapkan hubungan antara guru dan supervisor
b.
Tahap
perencanaan bersama guru
c.
Tahap
perencanaan strategi observasi
d.
Tahap
observasi pengajaran
e.
Tahap
analisis proses belajar mengajar
f.
Tahap
perencanaan pertemuan
g.
Tahap
pertemuan
h.
Tahap
penjajakan rencana berikutnya
Sedangkan menurut Mosher dan Purpel, supervisi klinis terdiri dari
beberapa kegiatan antara lain :
a.
Tahap
pertemuan
b.
Tahap
observasi
c.
Tahap
evaluasi dan analisis
Tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis dapat dimulai
dari :
a.
Tahap
pertemuan awal antara supervisor dengan guru. Pertemuan awal ini merupakan
kebutuhan guru dalam memecahkan masalah keterampilan dan perilaku mengajar yang
dihadapi guru. Dalam pertemuaan ini diharapkan adanya inisiatif atas permintaan
masing-masing guru untuk memperbaiki perilaku dan keterampilan mengajar.
b.
Tahap
pertemuan guru dengan supervisor dengan tujuan untuk mendiagnosa
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, dengan melakukan wawancara dan
pengamatan secara mendalam dan terus menerus untuk melihat permasalahan utama
yang dialami guru dalam mengajar.
c.
Tahap
pertemuan guru dengan kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan untuk
menyampaikan dan melaporkan hasil diagnosa terhadap masalah yang dihadapi guru.
Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah atau supervisor secara kekeluargaan
dengan pendekatan kolegial, yaitu tidak ada jarak antara supervisor dengan
guru, atau lebih tepatnya supervisor menganggap guru sebagai teman sejawat.
d.
Tahap
pertemuan selanjutnya antara kepala sekolah sebagia supervisor dengan guru
yaitu dengan memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah dan jalan keluar
dari kesalahan yang dihadapi guru dalam pengunaan keterampilan mengajar yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan yang harus dipenuhi seorang guru.
e.
Tahap pembuatan
kesepakatan antara guru dengan supervisor tentang alternatif pemecahan yang
digunakan untuk mengatasi masalah keterampilan mengajar yang dihadapi guru.
Berdasarkan buku “Supervison That Improves Teaching
and Learning : Strategies and Techniques Third Edition” Karya Sullivan
terdapat empat tahapan dari supervisi klinis yang berupa siklus,
tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1. Planning Conference
Pada Planning
conference atau tahap perencanaan terdapat beberapa langkah yang terdiri
dari :
a. Memutuskan fokus dari
observasi ( memilih pendekatan umum, menggali informasi secara langsung, kerja
sama)
Pada tahap ini guru dan supervisor berperan untuk
menentukan hal-hal yang akan diobservasi sehingga dapat dijadikan fokus observasi.
Supervisor akan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan interpersonal untuk
mengarahkan tahapan perencanaan ini, sehingga memungkinkan untuk memulai
mencari pemecahan masalah atas fokus observasi serta mengembangkan
profesionalisme dari guru.
b. Menentukan metode dan
format observasi.
Ketika fokus observasi telah ditentukan, maka
supervisor bersama guru mendiskusikan perangkat-perangkat serta metode yang
tepat untuk digunakan dalam mengobservasi fokus tersebut.
- Mengatur waktu observasi dan pertemuan balikan
Tahap ini memberikan kesempatan pada guru untuk
menentukan waktu dan hari pelaksanaan observasi.
Tujuan dari tahap perencanaan adalah :
a. Mengidentifikasi minat dan hal-hal yang
menjadi pokok permasalahan yang dialami guru saat proses belajar mengajar dan
menawarkan solusi untuk mengembangkan profesionalisme guru tersebut.
b. Menjelaskan bahwa tujuan utama dari tahap
observasi adalah untuk meningkatkan proses belajar dan mengajar
c. Mengurangi tekanan dan
menjadikan guru meras nyaman untuk menjalani proses selanjutnya
d. Memilih waktu pelaksanaan
observasi, perangkat observasi yang akan digunakan dan waktu untuk pelaksanaan
pertemuan balikan
2.
The
Observation
The Observation atau tahap
pelaksanaan observasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Akhirnya memilih perangkat observasi.
Supervisor akhirnya memilih perangkat observasi yang akan digunakannya saat
melaksanakan observasi setelah melakukan diskusi bersama guru saat tahap
perencanaan.
b. Melaksanakan observasi. Waktu untuk
pelaksanaan observasi ini telah disepakati antara guru dan supervisor.
c. Memastikan waktu pelaksanaan pertemuan balikan
dan menawarkan salinan dari perangkat observasi yang telah digunakan kepada
guru. Supervisor mengingatkan guru kapan waktu pelaksanaan pertemuan balikan
dan ia juga menawarkan guru salinan perangkat observasi yang telah digunakan,
agar baik supervisor maupun guru dapat mengoreksi dirinya sebelum pertemuan
selajutnya.
d. Menganalisis fakta-fakta yang ditemukan saat
observasi dan memulai untuk menginterpretasi hasil dari observasi yang telah
dilakukan. Supervisor dengan segera memulai untuk menganalisis berbagai temuan
saat observasi telah dilaksanaakan dan supervisor juga mulai menginterpretasi
temuan-temuan tersebut, tetapi tidak menarik kesimpulan dari interpretasi
tersebut sebelum supervisor bertemu dengan guru dan mendapatkan pandangan guru
terkait pelaksanaan observasi.
e. Memilih pendekatan
interpersonal untuk melakukan pertemuan balikan. Setelah supervisor bersama
guru melakukan perencanaan dan observasi di kelas, maka supervisor mulai
menentukan pendekatan interpersonal yang tepat yang akan digunakan saat
pertemuan balikan.
3.
The
Feedback Conference
Tahap pertemuan
balikan merupakan tahap pertemuan lanjutan yang dilakukan guru dan supervisor,
dimana supervisor menggunkaan salah satu dari tiga pendekatan interpersonal.
Pendekatan interpersonal yang dapat digunakan oleh supervisor antara lain :
a. Directive informational approach
Pendekatan ini biasa
digunakan kepada guru baru yang belum cukup memiliki pengetahuan untuk
meyelesaikan permasalahannya sendiri.Guru tersebut membutuhkan arahan dan
bimbingan dari seorang supervisor yang dapat membantunya memberikan informasi
dan bimbingan berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.Supervisor
menginginkan guru tersebut untuk mencari solusi dan mengenerealisasikan idenya
sehingga guru merasa bahwa dialah pemilik akhir dari solusi tersebut.Supervisor
hanya sebagai inisiator dan pemberi masukan serta pemberi alternatif, tetapi
gurulah yang dituntut untuk dapat menambahkan ide pada solusi tersebut.Langkah-langkah pada
tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
1) Mengidentifikasi masalah
atau tujuan dan memperjelas informasi. Supervisor bertanya kepada guru untuk
memastikan temuan-temuan selama observasi, sehingga guru dan supersivor
memiliki kesamaan persepsi dalam mengidentifikasi permasalahan atau tujuan.
2) Menawarkan solusi.
Supervisor bertugas mengarahkan dan merangsang guru-guru baru yang belum dapat
menemukan solusi dengan caramenawarkan ide-ide yang akan menstimulus guru
tersebut, sehingga guru dapat mulai mencari dan menemukan solusinya sendiri.
Hal ini dapat membantu guru membentuk perspektifnya sendiri terkait dengan
masalah yang dihadapinya.
3) Menyamakan persepsi
mengenai alternatif solusi yang dipilih. Guru dan supervisor bersama-sama
menyamakan persepsi atas solusi yang dipilih untuk menghindari kesalahpahaman
sebelum dilakukannya suatu tindakan atas solusi tersebut.
4) Mengatur rencana dan
pertemuan selanjutnya. Supervisor bersama-sama guru mengatur rencana untuk
pertemuan lanjutan untuk lebih mensukseskan rencana-rencana dari solusi yang
telah dirumuskan.
4.
Collaborative approach
Pada pendekatan ini,
supervisor bersama dengan guru berusaha menemukan solusi atas permasalahan yang
terjadi. Supervisor membantu guru untuk mengembangkan idenya terlebih dahulu,
kemudian memberitahu supervisor solusi yang ditemukannya sehingga dapat terjadi
diskusi antara supervisor dan guru
mengenai tepat atau tidaknya solusi yang ditawarkan guru tersebut. Akhir
pertemuan balikan dengan pendekatan ini yaitu berupa solusi yang telah
disetujui dan pengaturan pertemuan lanjutan.Langkah-langkah pada
tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
a.
Mengidentifikasi masalah dari perspektif guru, jika
memingkinkan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Supervisor menginginkan
guru untuk berinisiatif mengidentifikasi masalah dari perspektifnya ketika
berdiskusi dengan supervisor. Ketika melakukan interaksi dengan guru,
supervisor berusa menggali perspektif guru dengan berbagai cara antara lain
kontak mata, pertanyaan-pertanyaan dan frasa-frasa, sehingga guru terpacu untuk
menyampaikan perspektifnya.
b. Merefleksikan kembali apa
yang supervisor telah dengar agar diperoleh ketepatan. Supervisor merefleksikan
kembalimengenai apa-apa yang telah dingengarnya dari guru saat guru
menyampaikan perspektifnya. Hal ini bertujuan agar diperoleh suatu ketepatan
makna dari yang disampaikan oleh guru dan yang dipahami oleh supervisor.
c. Memulai untuk melakukan
kolaborasi pemikiran antara guru dengan supervisor, dimana guru diminta untuk
menyampaikan idenya terlebih dahulu. Supervisor meminta guru untuk mendapatkan
solusi baru atau berbeda dari permasalahannya terlebih dahulu, baru kemudian
dilanjutkan dengan diskusi bersama supervisor. Hal ini dilakukan agar guru
berinisiatif menemukan solusi, sehingga tidak hanya mengikuti solusi yang
ditawarkan supervisor.
d. Menyelesaikan
permasalahan melalui diskusi antara supervisor dan guru. Tahap pertama yaitu,
guru dimintai pendapat-pendapanya terlebih dahulu. Kemudian pada tahap kedua
barulah dilakukan dialog terbuka antara guru dan supervisor.
e. Merumuskan rencana dan
pertemuan lanjutan
5. Self
Directed Approach
Pada pendekatan ini,
guru dituntut untuk dapat menemukan sendiri solusi atas permasalahannya dan
mengkonstruk alternatif-alternatif pilihannya. Supervisor hanya berperan
sebagai fasilitator yang akan memberikan bantuan jika guru yang memintanya,
supervisor tidak bersikap eksperesif dalam menyampaikan idenya. Pendekatan ini
biasanya ditunjukkan kepada guru senior yang telah memiliki banyak pengalaman
atau bahkan kepada guru baru yang memiliki sedikit pengalaman namun kreatif. Langkah-langkah pada
tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
a. Mendengarkan pernyataan-pernyataan yang
disampaikan oleh guru
b. Merefleksikan kembali apa yang supervisor
telah dengar agar diperoleh ketepatan.
c. Secara konstan mengklarifikasikan dan
merefleksikan permasalahan-permasalahan yang ada agar diperoleh permasalahan
yang sebenarnya terjadi.
d. Rumuskan penyelesaian
masalah dan konsekuensi yang ditimbulkan dari solusi tersebut. Supervisor
mengarahkan guru melalui berbagai pertanyaan, sehingga guru dapat berfikir
langkah-langkah, proses dan konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
e. Komitmen guru untuk
memutuskan dan melaksanakan rencananya sesuai solusi yang dirumuskan.
f. Supervisor memastikan rencana yang akan
dijalankan oleh guru dan mengatur pertemuan lanjutan.
4. Collaborative
Reflection
Tujuan dari collaborative
reflection yaitu untuk mengetahui apakah tahapan-tahapan siklus supervisi
telah selesai dilaksanakan.Biasanya refleksi ini dilaksanakan setelah tahapan
petemuan balikan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan supervisor pada collaborative
reflection cukup sederhana, antara lain:
a. What was valuable in the process we (just)
completed?
b. What was a little value?
c. What changes whould you suggest for the next
cycle
Daftar Pustaka
Piet A.Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2000)
Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta :
PT Rineka Cipta, 2001)
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010)
Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta :
PT Rineka Cipta, 2001)
M. Mgalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta
: PT Rineka Cipta, 2010)
Rue Leslie W
dan Lloyd L.Byars,Supervision:Key to
Productivity (New York:Mc Graw-Hill, 2010)
Siahaan,
Amiruddin, dkk. Manajemen Pengawas
Pendidikan. Ciputat. Quantum Teaching.
Purwanto.M.Ngalim.
Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remadja
Rosdakarya.
Ary H.
Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002)
[1] Piet A.Sahertian, Konsep Dasar & Teknik
Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta
: PT Rineka Cipta, 2000), 16-17.
[3] Piet A.Sahertian, Konsep Dasar
& Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), 18-24.
[6] M. Mgalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 101.
[8]Mukhneri
Mukhtar,Supervision:Improvement and Development Quality in Education.()p.73-76
[9] Rue Leslie W dan Lloyd
L.Byars,Supervision:Key to Productivity (New York:Mc Graw-Hill, 2010)