Kamis, 16 Februari 2017

Pentingnya Supervisi untuk Memperbaiki dan Mengembangkan Mutu Pendidikan



BAB  I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah landasan hukum yang terbaru yang menegaskan keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu, Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan dengan keputusan nomor 091/2001)  dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan menetapan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini. Jika ditilik sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang ada, yang terkait dengan pendidikan, ternyata secara hukum pengawas sekolah tidak diragukan lagi keberadaannya. Dengan demikian, tidak ada alasan apapun dan oleh siapapun yang memarjinalkan dan mengecilkan  eksistensi pengawas sekolah.
Menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku, keberadaan pengawas sekolah jelas dan tegas. Dengan demikian bukan berarti pengawas sekolah terbebas dari berbagai masalah. Ternyata institusi pengawas sekolah semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi penangan pendidikan. Institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat pembuangan, tempat parkir, dan tempat menimbun sejumlah aparatur yang tidak terpakai lagi (kasarnya: pejabat rongsokan).
 Selain itu, pengawas sekolah belum difungsikan secara optimal oleh manajemen pendidikan di kabupaten dan kota. Hal yang paling mengenaskan adalah tidak tercantumnya anggaran untuk pengawas sekolah dalam anggaran belanja daerah (kabupaten/kota). Sekurang-kurangnya fenomena itu masih terlihat sampai sekarang.
Penodaan terhadap institusi pengawas sekolah dan belum difungsikannya para pengawas sekolah secara optimal bak lingkaran yang tidak berujung berpangkal. Lingkaran itu susah dicari awalnya dan sulit ditemukan akhirnya. Tidak ada ujung dan tidak ada pangkal. Akan tetapi, jika dimasuki lebih dalam, inti permasalahannya dapat ditemukan. Institusi pengawas sekolah adalah institusi yang sah. Keabsahannya itu diatur oleh ketentuan yang berlaku. Seyogyanya, aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar oleh manajemen atau birokrasi yang mengurus pengawas sekolah. Aturan itu ternyata sangat lengkap. Mulai dari aturan merekrut calon pengawas,  sampai kepada memberdayakan dan menfugsikan pengawas sekolah untuk operasional pendidikan, ternyata sudah ada aturannya. Pelecehan atau pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada itulah yang merupakan titik pangkal permasalahan pengawas sekolah sebagai institusi di dalam sistem pendidikan.
Selain tenaga penawas, peningkatan mutu pendidikan juga menuntut adanya tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada dan memerlukan pembinaan dan pengembangannya pada saat ini terdiri atas: (1) tenaga kepala sekolah, (2) tenaga pengawas, (3) tenaga laboran/teknisi, (4) tenaga perpustakaan dan (5) tenaga tata usaha. Tenaga ke¬pendidikan di atas terutama tenaga laboran, tenaga perpustakaan dan tata usaha kurang mendapat perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangannya dibandingkan dengan tenaga pendidik. Sedangkan tenaga kepala sekolah dan tenaga pengawas sudah ada dan sudah berfungsi di setiap jenis dan jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian supervisi  pendidikan?
2.    Bagaimana kedudukan supervisor pendidikan?
3.    Apa prinsip supervisi  pendidikan?
4.    Bagaimana strategi supervisi pendidikan?
5.    Bagaimana proses supervisi pendidikan?
6.    Bagaimana aplikasi supervisi klinis?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan  makalah ini adalah:
1.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui pengertian dari supervisi pendidikan.
2.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui bagaimana kedudukan suvervisor dalam pendidikan
3.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
4.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui strategi supervisi pendidikan
5.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui proses supervisi pendidikan
6.      Mahasiswa/pembaca dapat mengetahui aplikasi supervisi klinis.












BAB II
Pentingnya Supervisiuntuk Memperbaikidan Mengembangkan
Mutu Pendidikan

A.    Pengertian Supervisi Pendidikan
Menurut konsep tradisional, supervisi adalah Pekerjaan inspeksi dalam mengawasi dan menemukan kesalahan untuk diperbaiki (Snooper Vision). Sifat-sifat supervisi secara ilmiah adalah :
1.    Sistematis : dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu.
2.    Objektif : Data didapatkan berdasarkan observasi nyata dan tafsiran pribadi.
3.    Menggunakan alat pencatat untuk memberikan umpan balik dalam penilaian proses pembelajaran di kelas.[1]
Supervisi atau pengawasan pendidikan adalah Setiap gerak langkah pimpinan suatu lembaga pendidikan untuk mengkoordinasikan setiap kegiatan, situasi dan kondisi di segala bidang suatu lembaga pendidikan.
Beberapa definisi tentang supervisi adalah :
1.    Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey
Supervisi adalah suatu program berencana yang bertujuan untuk memperbaiki pengajaran (Supervision is a planned program for the improvement of instruction).
2.    Dalam Dictionary of Education, Good Carter
Supervisi adalah segala usaha petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan untuk memperbaiki pengajaran, perkembangan guru-guru, penyelesaian dan revisi tujuan pendidikan, bahan-bahan, metode dan penilaian pengajaran.
3.    Menurut Alexander dan Saylor
Supervisi adalah Program Inservise education dan usaha pengembangan kelompok/group secara bersama.
4.    Menurut Boardman
Supervisi adalah usaha menstimulus, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru sekolah secara individu dan kolektif supaya lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan segala fungsi pengajaran dan lebih cakap dalam berpartisipasi di masyarakat demokrasi modern.
5.    Menurut Mc. Nerney
Supervisi adalah Prosedur dalam memberikan arah dan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran
6.    Menurut H. Burto & Leo J. Bruckner
Supervisi adalah Suatu teknik pelayanan dengan tujuan utama mempelajari dan memperbaiki faktor-faktor dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.[2]
7.    Menurut Kimball Wiles
Keberhasilan supervisi pendidikan tergantung pada kecakapan pribadi supervisor yang mencakup lima keterampilan dasar, yaitu :
a.    Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
b.    Keterampilan dalam proses kelompok.
c.    Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
d.    Keterampilan dan mengatur personalia sekolah.
e.    Keterampilan dalam evaluasi.
    Menurut Swearingen dalam buku Supervision of Instructon – Foundation and Dimension, dikemukakan terdapat 8 fungsi supervisi, yaitu:
1.    Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
2.    Melengkapi kepemimpinan sekolah.
3.    Memperluas pengalaman guru-guru.
4.    Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
5.    Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.
6.    Menganalisis situasi belajar-mengajar.
7.    Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staff.
8.    Memberikan wawasan yang luas dan terintregasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.[3]
Tujuan supervise pendidikan adalah :
1.    Membantu menciptakan lulusan yang optimal dalam kualitas dan kuantitas.
2.    Membantu guru mengembangkan pribadi, kompetensi dan sosialnya.
3.    Membantu kepala sekolah mengembangkan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
4.    Ikut meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau komite sekolah.
5.    Mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[4]

B.   Kedudukan Suvervisor pendidikan
1.    Pengertian Supervisor
Supervisor adalah seseorang yang bertugas melakukan supervisi atau pengendalian.dengan melakukan tugas sebagai berikut :
a.    Pengawasan : Bagian dari administrasi (Mencatat kegiatan di lapangan untuk di evaluasi)
b.    Pengendalian : Bagian dari manajement (Kesalahan-kesalahan di lapangan langsung diperbaiki)
c.    Supervisi : Hasil observasi pada suatu proses supervisi dianalisis, dan diperbaiki kesalahannya.
2.        Syarat suvervisor
Adapun syarat-syarat seorang supervisor adalah :
a.    Mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat meneliti secara teliti dan dapat bergaul dengan baik.
b.    Dapat memelihara dan menghargai semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan dengannya.
c.    Berjiwa optimis, berusaha mencari yang baik, mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.
d.    Bersifat jujur dan adil, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh penyimpangan-penyimpangan masyarakat.
e.    Cukup tegas dan objektif (tidak memihak).
f.     Berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang baik.
g.    Tidak mudah berprasangka terhadap kesalahan seseorang.
h.    Jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.
i.      Cakap taktik dalam memberikan kritikan.
j.      Sifat simpatinya tidak menimbulkan depresi / stress pada staffnya.
k.    Sikapnya ramah, terbuka dan mudah dihubungi, sehingga siapapun yang memerlukannya tidak segan untuk menemuinya.
l.      Bekerja dengan tekun, rajin, teliti dan menjadi teladan anggota.
m.   Personel appearance terpelihara dengan baik, sehingga menimbulkan respect dari orang lain.
n.    Bersikap serius, berwibawa dan disegani bukan ditakuti.[5]


3.    Kedudukan supervisor
Dalam sebuah Lembaga Pendidikan / Sekolah, yang berkedudukan sebagai supervisor adalah kepala sekolah,[6] karena ia bertanggung jawab penuh terhadap sekolah, dan selaku supervisor pendidikan di sekolah ia mempunyai beberapa posisi penting, yaitu :
1.    Sebagai manajer : mengatur manajemen ketika terjadi kekacauan, kesulitan dan gejolak yang menimpa sekolah dengan tahapan :
a.    Perencanaan : Merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah.
b.    Pengorganisasian : Mengusahakan supaya hasil perencanaan dapat berjalan.
c.    Penggerakan : Memotivasi personil untuk bekerja dengan giat dan antusias.
d.    Pengendalian : Mengendalikan proses kerja dan hasil kerja agar tidak menyimpang dari rencana semula.
Kepala Sekolah selaku manajer hendaklah menguasai tiga keterampilan, yaitu :
a.    Keterampilan konsep.
b.    Keterampilan hubungan manusia.
c.    Keterampilan teknik.
2.    Kepala sekolah sebagai administrator, meliputi :
a.    Pendidikan dan pengajaran b. Kesiswaan.  c. Kepegawaian. d. Keuangan. e. Hubungan masyarakat. f. Sarana dan Prasarana.
3.    Kepala sekolah sebagai motor penghubung sekolah dengan masyarakat, hendaknya memperhatikan :
a) Budaya.  b) Ekonomi. c) Tingkat sosial. d) Religi.
4.    Kepala Sekolah sebagai pemimpin,  dengan menguasai faktor pendukung :
a) Komunikasi. b) Kepribadian. c) Keteladanan. d) Tindakan.           e) Memfasilitasi.
5.    Kepala Sekolah sebagai supervisor, membina profesionalitas guru dengan mengembangkan :
a)    Pribadi Guru    b) Peningkatan profesi     c) Proses pembelajaran  d) Kemampuan kerjasama guru dengan masyarakat. e) Keragaman kemampuan f) Keragaman daerah g) Penguasaan materi.[7]
Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan berfungsi sebagai manajer dan sebagai supervisor pendidikan, kedua fungsi tersebut ditujukan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang baik, yang diharapkan para guru dapat mengajar dan siswa yaitu melaksanakan manajemen sekolah sehingga terciptanya situasi belajar mengajar efektif dan efesien serta melaksakan supervise sehingga guru tambah baik dan sempurna dalam menjalankan tugas pembelajaran.
Konsep umum, seorang pimpinan atau manajer yang melakukan kegiatan supervisi dimulai dari aspek pengawasan strategik, pengawasan taktikal, dan pengawasan operasional.


            Berdasarkan gambar diatas, orang-orang yang duduk dalam posisi TOP Manajemen seperti: (1) Chief Executive Officer (CEO); (2) President,Chief Operating Officer (COO),Chief Financial Officer (CFO); (3) Senior Vice President; (4) General Manager; (5)Division, yang mempunyai tanggung jawab dalam perencanaan strategis (one to ten years plans), bidang keuangan dan pengambilan keputusan,personil-personil yang sangat luas dalam organisasi, pekerjaan utama dalam hubungan dengan masyarakat dan marketing serta faktor darurat dalam setiap krisis yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan organisasi.
Dalam Middle Manajemen,orang-orang yg duduk adalah: (1) functional manager; (2) product line manager; (3) department head; (4) store manager, dengan tanggung jawab perencanaan pada tingkat menengah (six month to two years), logistik dan pelaksanaan keputusan, keputusan anggaran, melaksanakan rencana, penempatan pegawai dan pengambilan keputusan, dan menangani krisis pada setiap kegiatan manajemen.
Untuk posisi lower manager diperlihatkan bahwa supervisor mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional organisasi untuk mencapai kesuksesan. Orang-orang yang duduk dalam lower manager adalah: (1) unit manager; (2) branch manager; (3) department supervisor; (4) first line supervisor; (5) shift manager or supervisor; (6) team leader and (7) project manager, yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan perencanaan (one week to one year), menentukan tujuan produksi, pelayanan pelanggan, koordinasi staff dan jadwal kerja, penugasan pegawai, mengorganisasi kegiatan latihan , orientasi dan kegiatan tim pengembang, perencanaan dan pengadaan atau pembelian fasilitas pada masing-masing unit, mengatur krisis manajemen dari hari ke hari, dan melaksanakan aturan-aturan keamanan kerja. [8]
Piramida organisasi menurut Rue Leslie dan Byars Lloyd (2010) jabatan Supervisor terdiri dari (1) assistent cafetaria managerial, yang berfungsi sebagai supervisor yang mencatat dan mendokumentasikan catatan; (2) assistent credit supervisor, yang berfungsi sebagai yang mencatat dan mendokumentasikan material; (3) creaw leader berfungsi sebagai regu supervisor; (4) employment supervisor, yang berfungsi sebagai supervisor yang memberikan layanan ketatausahaan; (5) head nurse berfungsi sebagai supervisor yang menganggarkan dan mengawasi biaya; (6) lead person, berfungsi sebagai supervisor dan orang yang memberikan nasihat dan arahan dalam bekerja; (7) meter routing supervisor, berfungsi sebagai supervisor yang memberikan keamanan dan pendidikan latihan; (8) office manajer, berfungsi sebagai supervisor pendidikan dan latihan; (9) powerhause mechanic foreman berfungsi sebagai mandor yang bermanfaat bagi pegawai dalam bekerja; (10) receiving and werehousing supervisor, berfungsi sebagai pengawas dalam pekerjaan pengelasan.[9]
Inti tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah menilai dan membina. Subjek yang dinilai adalah teknis pendidikan dan administrasi pendidikan. Penilaian menurut PP 19/2005, bab I, pasal 1, ayat (17) adalah seperti betikut ini, ”Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.”  Sedangkan Kepmenpan No. 118/1996, bab I, pasal 1, ayat (8) menyatakan, ”Penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.”
Terkait dengan tugas menilai, seorang pengawas sekolah melakukan pengumpulan informasi tentang subjek dan objek kerjanya (teknik pendidikan dan administrasi). Informasi  itu kemudian diolah sedemikian rupa. Hasil olahan informasi itu digunakan  untuk mengukur atau menentukan derajat kualitas subjek. Hasil penilaian tersebut akan menginformasikan kepada pengawas sekolah bahwa teknik pendidikan di satuan pendidikan tertentu telah memenuhi tolok ukur (standar) yang ditetapkan atau sebaliknya. Begitu pula halnya dengan teknik administrasi.
Kepemenpan Nomor 118/1996, Bab I, pasal 1, ayat:
1     Pembinaan adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan pendidikan sekolah.
2     Memberikan arahan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan  tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3     Memberikan bimbingan adalah upaya Pengawas Sekolah agara guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya
4     Memberikan contoh adalah upaya Pengawas Sekolah yang dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas/ruangan bimbingan dan kenseling dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktikkan model mengajar/membimbing yang baik.
5     Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti  pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.[10]
Berdasarkan hal di atas, ada sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas sekolah. Secara garis besar ada dua kompetensi yang harus dimliki, yakni kompetensi menilai dan kompetensi membina. Wawasan pengawas sekolah dalam bidang penilaian sangatlah dibutuhkan. Mulai dari memahami konsep penilaian, jenis penilaian, indikator penilaian, instrumen penilaian, mengolah hasil penlaian, sampai kepada  memanfaatkan hasil penilaian untuk pembinaan, merupakan hal wajib yang harus dikuasai pengawas sekolah. Selain itu, melaksanakan penilaian dengan kiat yang tepat juga merupakan bagian dari komeptensi yang tidak boleh dilupakan. Sehubungan dengan ini, ada empat kelompok tugas pengawas sekolah yaitu:
1)    merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan instrumennya
2)    melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah  penilaian
3)    mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah dan
4)    memanfaatkan hasil penilaian untuk berbagai keperluan.[11]
Kompetensi dalam membina juga demikian halnya. Pengawas sekolah haruslah memahami konsep pembinaan, jenis-jenis pembinaan, strategi pembinaan, komunikasi dalam membina, hubungan antarpersonal dalam membina, dan sebagainya. Sekaitan dengan pembinaan, pengawas sekolah juga harus piawai merencanakan pembinaan, melaksanakan pembinaan, menilai hasil pembinaan, dan menindaklanjuti hasil pembinaan. Dengan kompetensi-kompetensi itu tentu keberadaan pengawas di satuan pendidikan benar-benar diharapkan dan dirindukan.
Berdasarkan hal itu tugas pokok pengawas sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dirumuskan selaras dengan ayat 1, pasal 2, Kepmenpan Nomor 118/1996 sebagai beirkut, ”Pengawas Sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.”



C.   Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
Pengertian prinsip menurut kamus wikipedia adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau diprogramkan.
Sementara Supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, agar lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid. Oleh karena itu suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid. Seorang supervisor apakah dia Kepala Sekolah, Penilik Sekolah atau Pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip supervisi. Yang dimaksud prinsip-prinsip supervisi pendidikan adalah kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan supervisi. Berikut ini kami uraikan prinsip-prinsip supervisi menurut beberapa tokoh.
Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :
a.    Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
b.     Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
c.    Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
d.    Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
e.    Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
f.     Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
g.    Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah
Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :
a.    Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
b.    Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
c.    Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
d.    Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
e.    Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
f.     Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal – hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Sementara dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama (Ditjen Islam Depag, 2003), dijelaskan bahwa prinsip-prinsip supervisi pada dasarnya akan diarahkan pada 3 hal sebagai berikut:
1. Prinsip Fundamental
Yaitu prinsip yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama. Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2.  Prinsip Praktis
Yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam prinsip ini terdapat dua sisi, yaitu:
a.    Prinsip-Prinsip Negatif:
Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.
1)    Supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
2)    Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan.
3)    Supervisi tidak mencari kelemahan/kekurangan/ kesalahan.
4)    Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau perubahan.
5)    Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya.
6)    Supervisi tidak boleg egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahannya.[12][1]
b.    Prinsip-Prinsip Positif:
Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya.
1)    Supervisi bersifat konstruktif dan kreatif
2)    Supervisi didasarkan kepada sumber-sumber kolektif dari kelompok tidak hanya dari supervisor sendiri.
3)    Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan professional, bukan berdasarkan hubungan pribadi.
4)    Supervisi hendaknya progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
5)    Supervisi harus jujur, objektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.[13]
Selain itu , dalam buku  Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Piet A. Suhertian  dikemukakan prinsip supervisi sebagai berikut:
1. Prinsip ilmiah (scientific) memiliki ciri-ciri:
a.  Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan. Maksudnya kegiatan supervisi memiliki perencanaan yang pasti, teratur, pelaksanaannya secara berkelanjutan dan terus menerus. Walaupun setelah diadakan supervisi, seorang pendidik sudah benar-benar menjadi pendidik profesional sekalipun, supervisi masih harus dilaksanakan secara kontinue. Bertujuan untuk menjaga mutu atau kualitas seorang pendidik tersebut. Karena tidak mungkin seseorang tidak menemukan kesulitan dalam setiap kegiatan atau aktifitas yang sedang dihadapi. Untuk memecahkan problematika yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dapat diatasi dengan supervisi. Jadi berapa bulan sekali supervisi diadakan? Kapan pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaannya? Sudah ditentukan sebagai kegiatan yang terencana, sesuai prinsip tersebut.
b.  Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. Melainkan kegiatan nyata dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maksudnya seorang supervisi tidak boleh menyimpulkan sebuah permasalahan tanpa meninjau atau menindak lanjuti dari fakta-fakta yang ada. Hanya mengandalkan penafsiran diri sendiri.
c.   Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Misalnya untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
2.    Prinsip Demokratis
Prinsip yang menujunjung tinggi asas musyawarah. Layanan dan bantuan yang diberikan supervisor kepada guru berdasarkan jalinan hubungan kemanusiaan yang akrab dan suasana kehangatan, sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Perlu diingat seorang supervisor tidak boleh memiliki sifat terlalu menjaga image. Jadi dengan prinsip demokratis ini dapat tercipta kerukunan yang erat antara kedua belah pihak, hubungan kekeluargaan yang baik, kesatuan fikiran dan tujuan. Prinsip demokratis juga dapat diartikan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Meskipun di kantor guru berperan sebagai bawahan, tetapi tidak ada kesenjangan sosial antara guru dengan supervisor. Guru dapat memunculkan pendapat atas ide-ide atau gagasan terbaru yang dimilikinya. Keputusan-keputusan maupun pendapat dari supervisor juga dapat diterima dengan baik oleh guru. Sehingga tujuan supervisi pendidikan dapat tercapai.
3.   Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support atau mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah. Dengan adanya kerjasama tersebut, terciptalah situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4.  Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan. Misalkan sehari-hari menampilan raut muka yang tidak menyenangkan di depan guru-guru. Tidak memiliki perhatian lebih dengan guru-guru. Minimnya berkomunikasi dengan guru-guru. Terlalu mengedepankan sikap “jaga image” seakan muncul garis dinding yang kokoh sebagai pembatas kedudukan antara supervisor dan guru, atasan dan bawahan. Sang Supervisor lebih merasa berkuasa atas keputusan yang diambilnya, kemudian mengambil keputusan yang semena-mena tanpa memperhatikan hasil penelitian dan faktor-faktor lain. Dalam hal ini guru merasa dikucilkan karena selalu disalahkan.
Prinsip konstruktif dan kreatif ini bertujuan membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang akan merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Kalau ada Supervisor yang memaksakan kehendak, menakut-nakuti guru, yang justru akan melumpuhkan kreativitas anggota staf perlu diubah. Sikap korektif misalnya, suka mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu menumbuhkan serta mengembangkan kreativitasnya untuk perbaikan pengajaran.
Dari prinsip tersebut dapat meningkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dilingkungan pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif.
D.   Strategi Supervisi Pendidikan
Strategi supervisi pendidikan merupakan teknik dan cara yang digunakan supervisor atau kepala sekolah dalam rangka mengetahui kemampuan dan kesulitan guru-guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Sergiovani mengelompokkan strategi supervisi pendidikan ke dalam beberapa hal antara lain :
1)     Expect an inspect is the overarching rule
Sebagai usaha yang dilakukan supervisor untuk mengetahui dan memeriksa harapan terhadap aturan-aturan secara menyeluruh
2)     Rely out predetermined standards to which teachers must measure up
Mempercayai standar atau alat ukur yang telah ditentukan guru dalam mengukur kegiatan yang dilakukannya
3)     Identify teachers need and in service them
Mengidentifikasi kebutuhan guru dan melayani mereka
4)     Directly supervisi and closely monitor the work of teacher to ensure compliance
Supervisor secara langsung memonitor dengan teliti pekerjaan guru untuk memastikan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
5)     Figure out how to motivate teachers and get them to change
Memotivasi guru untuk menyesuaikan dengan perubahan
6)     Use research to identify one best practice
Menggunakan penelitian untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang paling baik
7)     Use personal authority in combination with bureaucratic and technical rational authority
Menggunakan otonomi yang dimiliki guru dan mengkombinasikannya dengan birokrasi dan dengan kewenangan yang dimiliki pimpinan
8)     Standardize the work of teaching to reflect the best way
Standarisasi kerja dalam mengajar menggambarkan cara-cara yang paling baik
9)     Promote collegiality as internally felt and morally driven interdependence
Mempromosikan teman sejawat sebagai yang dirasakan dan saling ketergantungan secara moril
Kegiatan supervisor dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan atau percakapan pribadi dengan guru melalui :
a.         Pengembangan segi positif dari kegiatan guru,
b.         Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam mengajar di kelas
c.         Mengurangi keraguan guru dalam menghadapi masalah-masalah pada waktu mengajar
Selain itu kegiatan supervisor dapat dilakukan melalui musyawarah, rapat, lokakarya dan karya wisata dengan guru-guru, brosur pengumuman, edaran dan memanfaatkan media masa, perpustakaan jabatan guru, menyediakan ruangan khusus yang merupakan sumber materi kurikulum.
1.    Kunjungan kelas
Strategi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai kegiatan pengawasan melalui monitoring evaluasi dan perhatian terhadap kinerja pegawai dalam bekerja.Strategi ini dapat digunakan untuk melihat secara langsung sampai dimana ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dilaksanakan oleh guru. Tujuan kunjungan kelas dalam supervisi pendidikan antara lain :
a.    Mengetahui tingkah laku guru dalam situasi belajar mengajar, bukan saja menerapkan prinsip belajar mengajar akan tetapi juga dalam rangka membandingkannya dengan guru-guru lain
b.    Untuk menemukan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki tiap guru
c.    Untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan guru sebagai orang yang disupervisi
d.    Mendorong guru untuk lebih giat berusaha meningkatkan dirinya dalam kemampuan mengajar
e.    Untuk memperoleh informasi atau data yang digunakan dalam penyusunan program supervise
f.     Untuk mengetahui sampai dimana guru-guru berusaha melaksanakan saran-saran dan anjuran-anjuran yang pernah diberikan
g.    Untuk menimbulkan pengertian dan kepercayaan guru terhadap program supervise
h.    Untuk menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan diantara guru-guru agar mereka tidak hanya bekerja untuk kepentingan kelasnya atau dirinya sendiri, tetapi lebih menyadari pentingnya tujuan sekolah yang harus dicapai secara bersama
Terdapat tipe-tipe kunjungan kelas yang dapat dilakukan antara lain :
a.    Kunjungan kelas yang direncanakan atau dipersiapkan terlebih dahulu, baik atas dasar inisiatif kepala sekolah dengan memberitahukannya kepada guru, maupun direncanakan oleh guru dengan jalan mengundang kepala sekolah
b.    Kunjungan kelas tanpa direncanakan atau dipersiapkan, dimana kepala sekolah melakukan kunjungan kelas tanpa memberitahukan kepada guru-guru karena kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka inspeksi.
Pelaksanaan kunjungan kelas yang baik hendaknya mengikuti langkah-langkah tertentu.Langkah-langkah proses kunjungan kelas terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Kunjungan kelas memerlukan persiapan baik oleh supervisor maupun oleg guru yang akan dikunjungi. Dengan mempersiapkan diri terlebih dahulu, supervisor akan lebih mudah mengarahkan perhatiannya pada masalah-masalah penting. Selain itu dengan persiapan yang baik dan matang, guru yang dikunjungi dapat memberikan penampilan yang maksimal sehingga dapat diketahui segi-segi kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat diusahakan tindak lanjut atau pertemuan lanjutan secara efektif.
2.    Pertemuan pribadi
Pertemuan pribadi adalah pertemuan secara pribadi antara supervisor dengan guru-guru setelah mengadakan kunjungan kelas. Tujuan umum pertemuan pribadi adalah untuk membantu guru-guru dalam usaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.
Salah satu tipe pertemuan pribadi adalah pertemuan untuk memperoleh informasi, dimana pertemuan ini bersifat interview dan wawancara dengan pendekatan “non direktif”.Ketika melaksanakan pertemuan ini kepala sekolah memberikan kesempatan dan kebebasan kepada guru untuk menjelaskan masalah dan kesulitan yang dihadapinya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran kepada supervisor.Supervisor memegang peranan penting dalam mengadakan pembicaraan empat mata dengan guru untuk memahami sampai dimana guru mengetahui kemampuan dan kekuatan yang ada untuk diperbaiki dan dikembangkan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tahapan yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pertemuan pribadi antara lain :
1)  Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru
2)  Menentukan tempat pertemuan yang memungkinkan guru dan supervisor bebas menyampaikan harapan mereka tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah
3)  Membuat catatan selama pertemuan dengan guru yang berhubungan dengan harapan dari seorang guru sebagai pelaksana pembelajaran di sekolah. Catatan tersebut sebagai informasi yang diberikan guru tentang apa yang dilakukan dan kebutuhan masing-masing guru
4)  Supervisor setelah bertemu dengan guru pada pertemuan awal perlu menentukan pertemuan selanjutnya untuk secara berkesinambungan terjadinya komunikasi antara guru dengan supervisor di sekolah
3.    Rapat sekolah
Rapat Sekolah atau lebih dikenal rapat staf merupakan pertemuan antara seluruh guru dengan kepala sekolah yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah atau guru yang telah ditunjuk untuk membicarakan perbaikan dan  pengembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dalam rapat sekolah akan diperoleh informasi yang bermacam-macam dari para guru tentang kebutuhan yang mereka hadapi dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah dan dapat diidentifikasi masalah-maslah sebagai kebutuhan yang tidak dapat diwujudkan oleh sekolah baik terhadap pelanggan internal seperti guru, pegawai dan kepala sekolah maupun pelanggan eksternal seperti siswa, orang tua, masyarakat, perusahaan dan industri serta pemerintah daerah dan pusat.Tujuan rapat sekolah antara lain :
a.    Untuk mengintegrasikan semua staf yang berbeda pendidikannya, pengalaman dan kemampuannya menjadi satu potensi untuk mencapai tujuan
b.    Untuk mendorong setiap guru agar bersedia menerima tanggung jawab masing-masing dan berusaha untuk meningkatkan efektifitas kerja
c.    Untuk bersama-sama mencari dan menemukan metoda dan prosedur dan menciptakan proses kerja yang efektif
d.    Memperoleh informasi yang bermacam-macam dari para guru tentang kebutuhan yang mereka hadapi dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah
Berdasarkan segi penyelenggaraanya, rapat sekolah dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
1)    Rapat regular teratur rutin yang diadakan pada waktu-waktu tertentu secara teratur
2)    Rapat sewaktu-waktu yang diadakan tidak menurut jadwal
3)    Rapat darurat merupakan rapat yang diadakan secara tiba-tiba bila ada permasalahan yang mendesak

E.   Proses Supervisi Pendidikan
Cogan menyatakan dalam pelaksanaanya supervisi pendidikan terdiri dari beberapa tahapan yang berbentuk siklus yang terdiri dari :
1.    Tahap membangun dan memantapkan hubungan antara guru dan supervisor
2.    Tahap perencanaan bersama guru baik melalui perencanaan strategi maupun pengambilan keputusan pada tingkat sekolah
3.    Tahap observasi pengajaran dengan melihat secara langsung kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan siswanya dalam kelas
4.    Tahap analisis proses belajar mengajar. Analisis bertujuan untuk memeriksa dan meguraikan tahap-tahap pembelajaran dalam kelas sesuai dengan kesepakatan antara kepala sekolah dengan guru.Kegiatan analisis tersebut dapat dilihat dari analisis visi, misi, fungsi dan tugas dari fungsi kepala sekolah dan guru di sekolah
5.    Tahap pertemuan sebagai kesepakatan antara guru dan supervisor. Pertemuan antara kedua belah pihak atas dasar kemauan dan kehendak serta kebutuhan masing-masing
6.    Tahap penajajakan rencana berikutnya sebagai tanggung jawab yang dilakukan kepala sekolah atau supervisor untuk membantu guru menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah
Sedangkan Mosher dan Purpel membagi tahap kegiatan supervisi pendidikan menjadi beberapa kegiatan yaitu : 1) Tahap pertemuan.         2) Tahap observasi  3) Tahap evaluasi dan analisis
1.  Tahap pertemuan awal
Tahap pertemuan awal atau dikenal pula dengan nama tahap pre observation conference merupakan tahap dimana guru dan supervisor membuat kesepakatan bersama dalam mengembangkan format-format kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah kesepakatan antara supervisor dan guru.Pelaksanaan pertemuan awal antara guru dan supervisor harus dilaksanakan secara terbuka, penuh kesadaran dan adanya sikap saling mempercayai antara guru dan supervisor.Secara teknis kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pertemuan awal adalah :
a.    Menciptakan suasana yang akrab dan terbuka
b.    Merencanakan rencana pengajaran yang telah dibuat oleh guru yakni berupa tujuan, bahan, kegiatan belajar mengajar dan alat evaluasi
c.    Mengidentifikasi komponen keterampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
d.    Memilih instrumen observasi yang akan digunakan atas dasar kesepakatan antara guru dengan supervisor
e.    Mendiskusikan bersama instrumen yang digunakan dan tatacara penggunaanya
f.     Menetapkan waktu untuk observasi
2.  Tahap Pelaksanaan dan Observasi Pengajaran
Tahap kedua supervisi pendidikan adalah melaksanakan observasi pengajaran yang dilakukan secara sistematis dan objektif yang ditunjukkan pada kegiatan guru terutama tindakan dan kegiatan kelas yang dilakukannya. Hal-hal yang perlu diketahui oleh supervisor sebelum dan sesudah melaksanakan observasi adalah :
a.    Menetapkan dan menentukan aspek-aspek yang akan diobservasi dalam kegiatan mengajar dan bagaimana melakukannya
b.    Mendapatkan persetujuan dan dan kesepakatan antara guru dan supervisor mengenai aspek yang akan diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya
Supervisor harus konsisten dengan instrumen yang telah dibuat sebelumnya atas kesepakatannya dengan guru, begitu pula dengan guru, ia harus mau dilihat dan dinilai oleh supervisor mengenai aspek-aspek yang akan disupervisi berdasarkan kesepakatannya dengan supervisor. Pada tahap ini diperlukan sikap saling terbuka dan saling menerima tugas dan tanggungjawab masing-masing antara guru dan supervisor, sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam tahap ini.Menurut Acheson dan Gall terdapat beberapa tekhnik yang dapat digunakan dalam mengobservasi kegiatan guru di kelas, antara lain :
a.    Seleksi verbatim
b.    Rekaman observasi
c.    Wide Lens Techniques
d.    Checklist and timeline coding
3.  Tahap Pertemuan Balikan
Tujuan utama dari tahap pertemuan balikan adalah menindaklanjuti dari apa yang diobservasi atau yang dilihat oleh supervisor terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Fokus pembicaraan pada petemuan balikan lebih menekankan pada identifikasi dan analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan murid yang aktual, pembuatan keputusan sehubungan dengan dengan perbedaan yang terjadi antara guru dan murid. Pertemuan yang dilakukan guru dan supervisor harus bersifat deskriptif, spesifik, konkrit, dapat memotivasi, aktual dan akurat. Manfaat pertemuan balikan bagi guru antara lain:
a.    Guru dapat diberikan penguatan dan kepuasan, sehingga dapat memotivasi guru
b.    Isu-isu dalam pengajarn dapat diidentifikasi bersama supervisor dan guru dengan tepat
c.    Supervisor berupaya untuk menerapkan atau memberikan saran-saran, memberikan bantuan dan bimbingan kepada guru
d.    Guru dapat dilatih dengan tekhnik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri
e.    Guru dapat diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis professional diri pada masa yang akan dating

F.    Supervisi Klinis
Menurut Sergiovani pada dasarnya terdapat beberapa asumsi dasar yang menyatakan pentingnya penggunaan atau praktek supervisi klinis di sekolah, pertama pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati.Kedua, seorang guru yang profesional menginginkan pengembangan karirnya melalui cara-cara yang kolegial yang bersifat autoritorian.
Supervisi klinis menurut Cogan pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis, rasional dan dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Menurut Cogan, supervisi klinis ditekankan pada beberapa hal, diantaranya :
a.    Proses supervisi klinis
b.    Interaksi antara guru dan murid
c.    Kinerja guru dalam mengajar
d.    Hubungan guru dan supervisor
e.    Analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas
Sergiovani (1987) menekankan ada dua sasaran supervisi klinis yaitu pengembangan professional dan pengembangan serta membangun motivasi kerja guru yang ditunjukkan dengan pengembangan kinerja guru. Menurut Acheson dan Call (1987), terdapat beberapa tujuan supervisi klinis antara lain :
a.    Menyediakan umpan balik yang lebih obyektif terhadap guru atas pengajaran yang dilaksanakannya
b.    Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran
c.    Membantu guru mengembangkan keterampilannya
d.    Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya
e.    Membantu guru mengembangkan professional yang berkesinambungan
Cogan menyatakan pelaksanaan supervisi klinis terdiri dari beberapa tahapan yang berupa siklus, antara lain :
a.    Tahap membangun dan memantapkan hubungan antara guru dan supervisor
b.    Tahap perencanaan bersama guru
c.    Tahap perencanaan strategi observasi
d.    Tahap observasi pengajaran
e.    Tahap analisis proses belajar mengajar
f.     Tahap perencanaan pertemuan
g.    Tahap pertemuan
h.    Tahap penjajakan rencana berikutnya
Sedangkan menurut Mosher dan Purpel, supervisi klinis terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :
a.    Tahap pertemuan
b.    Tahap observasi
c.    Tahap evaluasi dan analisis
Tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis dapat dimulai dari :
a.    Tahap pertemuan awal antara supervisor dengan guru. Pertemuan awal ini merupakan kebutuhan guru dalam memecahkan masalah keterampilan dan perilaku mengajar yang dihadapi guru. Dalam pertemuaan ini diharapkan adanya inisiatif atas permintaan masing-masing guru untuk memperbaiki perilaku dan keterampilan mengajar.
b.    Tahap pertemuan guru dengan supervisor dengan tujuan untuk mendiagnosa permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, dengan melakukan wawancara dan pengamatan secara mendalam dan terus menerus untuk melihat permasalahan utama yang dialami guru dalam mengajar.
c.    Tahap pertemuan guru dengan kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan untuk menyampaikan dan melaporkan hasil diagnosa terhadap masalah yang dihadapi guru. Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah atau supervisor secara kekeluargaan dengan pendekatan kolegial, yaitu tidak ada jarak antara supervisor dengan guru, atau lebih tepatnya supervisor menganggap guru sebagai teman sejawat.
d.    Tahap pertemuan selanjutnya antara kepala sekolah sebagia supervisor dengan guru yaitu dengan memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah dan jalan keluar dari kesalahan yang dihadapi guru dalam pengunaan keterampilan mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan yang harus dipenuhi seorang guru.
e.    Tahap pembuatan kesepakatan antara guru dengan supervisor tentang alternatif pemecahan yang digunakan untuk mengatasi masalah keterampilan mengajar yang dihadapi guru.
Berdasarkan buku “Supervison That Improves Teaching and Learning : Strategies and Techniques Third Edition” Karya Sullivan terdapat empat tahapan dari supervisi klinis yang berupa siklus, tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1.      Planning Conference
Pada Planning conference atau tahap perencanaan terdapat beberapa langkah yang terdiri dari :
a.    Memutuskan fokus dari observasi ( memilih pendekatan umum, menggali informasi secara langsung, kerja sama)
Pada tahap ini guru dan supervisor berperan untuk menentukan hal-hal yang akan diobservasi sehingga dapat dijadikan fokus observasi. Supervisor akan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan interpersonal untuk mengarahkan tahapan perencanaan ini, sehingga memungkinkan untuk memulai mencari pemecahan masalah atas fokus observasi serta mengembangkan profesionalisme dari guru.
b.    Menentukan metode dan format observasi.
Ketika fokus observasi telah ditentukan, maka supervisor bersama guru mendiskusikan perangkat-perangkat serta metode yang tepat untuk digunakan dalam mengobservasi fokus tersebut.
  1. Mengatur waktu observasi dan pertemuan balikan
Tahap ini memberikan kesempatan pada guru untuk menentukan waktu dan hari pelaksanaan observasi.
Tujuan dari tahap perencanaan adalah :
a.     Mengidentifikasi minat dan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan yang dialami guru saat proses belajar mengajar dan menawarkan solusi untuk mengembangkan profesionalisme guru tersebut.
b.     Menjelaskan bahwa tujuan utama dari tahap observasi adalah untuk meningkatkan proses belajar dan mengajar
c.      Mengurangi tekanan dan menjadikan guru meras nyaman untuk menjalani proses selanjutnya
d.     Memilih waktu pelaksanaan observasi, perangkat observasi yang akan digunakan dan waktu untuk pelaksanaan pertemuan balikan
2.    The Observation
The Observation atau tahap pelaksanaan observasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a.    Akhirnya memilih perangkat observasi. Supervisor akhirnya memilih perangkat observasi yang akan digunakannya saat melaksanakan observasi setelah melakukan diskusi bersama guru saat tahap perencanaan.
b.    Melaksanakan observasi. Waktu untuk pelaksanaan observasi ini telah disepakati antara guru dan supervisor.
c.    Memastikan waktu pelaksanaan pertemuan balikan dan menawarkan salinan dari perangkat observasi yang telah digunakan kepada guru. Supervisor mengingatkan guru kapan waktu pelaksanaan pertemuan balikan dan ia juga menawarkan guru salinan perangkat observasi yang telah digunakan, agar baik supervisor maupun guru dapat mengoreksi dirinya sebelum pertemuan selajutnya.
d.    Menganalisis fakta-fakta yang ditemukan saat observasi dan memulai untuk menginterpretasi hasil dari observasi yang telah dilakukan. Supervisor dengan segera memulai untuk menganalisis berbagai temuan saat observasi telah dilaksanaakan dan supervisor juga mulai menginterpretasi temuan-temuan tersebut, tetapi tidak menarik kesimpulan dari interpretasi tersebut sebelum supervisor bertemu dengan guru dan mendapatkan pandangan guru terkait pelaksanaan observasi.
e.    Memilih pendekatan interpersonal untuk melakukan pertemuan balikan. Setelah supervisor bersama guru melakukan perencanaan dan observasi di kelas, maka supervisor mulai menentukan pendekatan interpersonal yang tepat yang akan digunakan saat pertemuan balikan.
3.    The Feedback Conference
Tahap pertemuan balikan merupakan tahap pertemuan lanjutan yang dilakukan guru dan supervisor, dimana supervisor menggunkaan salah satu dari tiga pendekatan interpersonal. Pendekatan interpersonal yang dapat digunakan oleh supervisor antara lain :


a.    Directive informational approach
Pendekatan ini biasa digunakan kepada guru baru yang belum cukup memiliki pengetahuan untuk meyelesaikan permasalahannya sendiri.Guru tersebut membutuhkan arahan dan bimbingan dari seorang supervisor yang dapat membantunya memberikan informasi dan bimbingan berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.Supervisor menginginkan guru tersebut untuk mencari solusi dan mengenerealisasikan idenya sehingga guru merasa bahwa dialah pemilik akhir dari solusi tersebut.Supervisor hanya sebagai inisiator dan pemberi masukan serta pemberi alternatif, tetapi gurulah yang dituntut untuk dapat menambahkan ide pada solusi tersebut.Langkah-langkah pada tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
1)    Mengidentifikasi masalah atau tujuan dan memperjelas informasi. Supervisor bertanya kepada guru untuk memastikan temuan-temuan selama observasi, sehingga guru dan supersivor memiliki kesamaan persepsi dalam mengidentifikasi permasalahan atau tujuan.
2)    Menawarkan solusi. Supervisor bertugas mengarahkan dan merangsang guru-guru baru yang belum dapat menemukan solusi dengan caramenawarkan ide-ide yang akan menstimulus guru tersebut, sehingga guru dapat mulai mencari dan menemukan solusinya sendiri. Hal ini dapat membantu guru membentuk perspektifnya sendiri terkait dengan masalah yang dihadapinya.
3)    Menyamakan persepsi mengenai alternatif solusi yang dipilih. Guru dan supervisor bersama-sama menyamakan persepsi atas solusi yang dipilih untuk menghindari kesalahpahaman sebelum dilakukannya suatu tindakan atas solusi tersebut.
4)     Mengatur rencana dan pertemuan selanjutnya. Supervisor bersama-sama guru mengatur rencana untuk pertemuan lanjutan untuk lebih mensukseskan rencana-rencana dari solusi yang telah dirumuskan.
4.    Collaborative approach
Pada pendekatan ini, supervisor bersama dengan guru berusaha menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi. Supervisor membantu guru untuk mengembangkan idenya terlebih dahulu, kemudian memberitahu supervisor solusi yang ditemukannya sehingga dapat terjadi diskusi antara  supervisor dan guru mengenai tepat atau tidaknya solusi yang ditawarkan guru tersebut. Akhir pertemuan balikan dengan pendekatan ini yaitu berupa solusi yang telah disetujui dan pengaturan pertemuan lanjutan.Langkah-langkah pada tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
a.    Mengidentifikasi masalah dari perspektif guru, jika memingkinkan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Supervisor menginginkan guru untuk berinisiatif mengidentifikasi masalah dari perspektifnya ketika berdiskusi dengan supervisor. Ketika melakukan interaksi dengan guru, supervisor berusa menggali perspektif guru dengan berbagai cara antara lain kontak mata, pertanyaan-pertanyaan dan frasa-frasa, sehingga guru terpacu untuk menyampaikan perspektifnya.
b.     Merefleksikan kembali apa yang supervisor telah dengar agar diperoleh ketepatan. Supervisor merefleksikan kembalimengenai apa-apa yang telah dingengarnya dari guru saat guru menyampaikan perspektifnya. Hal ini bertujuan agar diperoleh suatu ketepatan makna dari yang disampaikan oleh guru dan yang dipahami oleh supervisor.
c.      Memulai untuk melakukan kolaborasi pemikiran antara guru dengan supervisor, dimana guru diminta untuk menyampaikan idenya terlebih dahulu. Supervisor meminta guru untuk mendapatkan solusi baru atau berbeda dari permasalahannya terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama supervisor. Hal ini dilakukan agar guru berinisiatif menemukan solusi, sehingga tidak hanya mengikuti solusi yang ditawarkan supervisor.
d.    Menyelesaikan permasalahan melalui diskusi antara supervisor dan guru. Tahap pertama yaitu, guru dimintai pendapat-pendapanya terlebih dahulu. Kemudian pada tahap kedua barulah dilakukan dialog terbuka antara guru dan supervisor.
e.     Merumuskan rencana dan pertemuan lanjutan
5.    Self Directed Approach
Pada pendekatan ini, guru dituntut untuk dapat menemukan sendiri solusi atas permasalahannya dan mengkonstruk alternatif-alternatif pilihannya. Supervisor hanya berperan sebagai fasilitator yang akan memberikan bantuan jika guru yang memintanya, supervisor tidak bersikap eksperesif dalam menyampaikan idenya. Pendekatan ini biasanya ditunjukkan kepada guru senior yang telah memiliki banyak pengalaman atau bahkan kepada guru baru yang memiliki sedikit pengalaman namun kreatif. Langkah-langkah pada tahap pertemuan balikan dengan menggunakan pendekatan ini yaitu :
a.  Mendengarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh guru
b.  Merefleksikan kembali apa yang supervisor telah dengar agar diperoleh ketepatan.
c.   Secara konstan mengklarifikasikan dan merefleksikan permasalahan-permasalahan yang ada agar diperoleh permasalahan yang sebenarnya terjadi.
d.  Rumuskan penyelesaian masalah dan konsekuensi yang ditimbulkan dari solusi tersebut. Supervisor mengarahkan guru melalui berbagai pertanyaan, sehingga guru dapat berfikir langkah-langkah, proses dan konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
e.  Komitmen guru untuk memutuskan dan melaksanakan rencananya sesuai solusi yang dirumuskan.
f.    Supervisor memastikan rencana yang akan dijalankan oleh guru dan mengatur pertemuan lanjutan.
4.    Collaborative Reflection
Tujuan dari collaborative reflection yaitu untuk mengetahui apakah tahapan-tahapan siklus supervisi telah selesai dilaksanakan.Biasanya refleksi ini dilaksanakan setelah tahapan petemuan balikan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan supervisor pada collaborative reflection cukup sederhana, antara lain:
a.  What was valuable in the process we (just) completed?
b.  What was a little value?
c.   What changes whould you suggest for the next cycle























Daftar Pustaka

Piet A.Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000)

Daryanto,  Administrasi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001)


Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010)

Daryanto,  Administrasi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001)

M. Mgalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010)

Rue Leslie W dan Lloyd L.Byars,Supervision:Key to Productivity (New York:Mc Graw-Hill, 2010)

Siahaan, Amiruddin, dkk. Manajemen Pengawas Pendidikan. Ciputat. Quantum Teaching.

Purwanto.M.Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remadja Rosdakarya.


Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002)



[1]  Piet A.Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), 16-17.
[2] Daryanto,  Administrasi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 169-171.
[3] Piet A.Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), 18-24.
[4] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 2-5.

[5]  Daryanto,  Administrasi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 183-184.
[6] M. Mgalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 101.
[7] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 12 -19.
[8]Mukhneri Mukhtar,Supervision:Improvement and Development Quality in Education.()p.73-76
[9] Rue Leslie W dan Lloyd L.Byars,Supervision:Key to Productivity (New York:Mc Graw-Hill, 2010)
[10] Siahaan, Amiruddin, dkk. Manajemen Pengawas Pendidikan. Ciputat. Quantum Teaching. Hal:87
[11] Purwanto.M.Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remadja Rosdakarya.hal:121

[12][1]http://akholik.wordpress.com/2011/05/06/prinsip-prinsip-supervisi-endidikan/
[13] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002), hal. 196-197.