Senin, 13 Februari 2017

Blended Learning



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat diperkirakan bakal terjadi berbagai perubahan di bidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut. Perubahan-perubahan yang akan dan sedang terjadi, terutama disebabkan oleh potensi dan kemampuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasi hampir tanpa batas.
Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai Teknologi Informasi dan Komunikasi mutakhir.
Dengan menggunakan satelit misalnya hampir tidak ada lagi batas, jarak, dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju di mana pun dan kapan pun. Begitu pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan, menyimpan, dan menelusuri kembali informasi yang dimiliki oleh perangkat teknologi informasi seperti komputer, videocassette, videodisc, maka hampir tidak ada lagi hambatan yang dialami untuk memenuhi segala kebutuhan dan keperluan yang berkenaan dengan kemampuan sasaran yang digunakan. Sehingga seorang pakar yaitu Mc Luhan (1965) berpendapat bahwa teknologi baru menjanjikan kepada umat manusia akan terbentuknya jendela dunia, dan teknologi informasi dan komunikasi  baru akan membentuk desa dunia. Dengan demikian teknologi informasi dan komunikasi baru membuat dunia semakin kecil.
Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan adanya pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka dan bermedia. Pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flxible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukannya tanpa memandang faktor jenis kelamin, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.  Pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian Blended Learning?
2.    Bagaimanakah metode pembelajaran tatap muka (face to face)?
3.    Bagaimanakah metode pembelajaran Online?
4.    Bagaimanakah metode pembelajaran Offline (Mandiri)?
5.    Apa perbedaan blended learning dan e-learning.?
6.    Apa kelebihan dan kekurangan blended learning?
7.    Bagaimana kunci merancang dan mengembangkan blended learning secara efektif
8.    Apa pengertian dari LMS (Learning Management System) ?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan  makalah ini adalah:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari blended learning.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran tatap muka (face to face).
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran Online.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran Offline (Mandiri).
5.      Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan blended learning dan e-learning.
6.      Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan blended learning.
7.      Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana merancang dan mengembangkan blended learning secara efektif
8.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian LMS (Learning Management System) dan aplikasi apa saja yang dapat digunakan untuk mendukung blended learning.




















BAB II
BLENDED LEARNING

A.    Pengertian Blanded Learning
Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning.  Kata blend berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik , atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya.
Driscoll  dan Carliner mengemukakan Blended learning is interrates-or blends-learning programs in different formats to achieve a common goal[1]. Yang dapat diartikan blended learning adalah mengintegrasikan atau menggabungkan program, belajar dalam format yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Sedangkan Howard  mengemukakan blended learning is a phrase introduced by the distance learning community in recognizing the value of synchronous learning activities, like face-to-face interactions with instructors and collaborative work with peers, as complements to activities performed asynchronously by individual learners[2]. Istilah blended learning biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada program pembelajaran, sementara pada saat yang sama tetap memperhatikan perlunya mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung siswa. Istilah ini juga digunakan saat media asynchronous seperti email, forums, blogs atau wikis digabungkan dengan teknologi, teks atau audio sinkronus.
Blended learning adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, email dan telefon conference, animasi teks online  dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya si pembelajar.
Selain Blended learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya hybrid learning. Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi pembelajaran. Mainnen (2008) menyebutkan Blended learning mempunyai beberapa alternatif nama yaitu mixed learning, hybrid learning, Blended Blended e-learning dan melted learning (bahasa Finlandia).
Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan Blended learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘Blended learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘Blended learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Terdapat 3 uraian blanded learning yang dikemukakan oleh graham,Allen dan Ure yaitu[3]:
1.      Kombinasi antara model pembelajaran
2.      Kombinasi antara metode pembelajaran
3.      Kombinasi antara online learning dengan pembelajaran tatap muka.
Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline).
Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.

B.     Metode Pembelajaran Tatap Muka
Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang esensial dalam program pendidikan. Dalam proses ini terjadi interaksi dan penyampaian pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai melalui tatap muka di kelas maupun praktek laboratorium serta di lahan praktek. Proses tersebut diarahkan untuk mewujudkan kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), tatap muka merupakan proses pembelajaran utama yang dilakukan di sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi yang ada di indonesia. Dalam proses ini, mahasiswa diberikan materi perkuliahan dan fungsi dosen disini memberikan gambaran umum dari materi kuliah yang ada.
Keaktifan siswa sangat diharapkan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan misalnya mencari bahan materi dari text book atau dari sumber lain seperti internet. Selain itu, pembelajaran di kelas juga menggunakan metode ISS IT (Interactice Soft Skill based Information Technology). Dalam menggunkan model pembelajaran tatap muka, dosen diperkenankan untuk membuat model pembelajaran yang dianggap mampu mengaktifkan atau memancing siswa sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik mata kuliah, karakteristik mahasiswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia agar dapat berinteraksi dengan baik dan maksimal.
Model ini sangat sesuai apabila diberikan pada metode awal atau untuk materi yang baru. Pada metode pembelajaran awal biasanya guru/dosen belum mengetahui penguasaan siswa/mahasiswa atas substansi pelajaran yang diberikan. Model pembelajaran ini dianggap efisien dari segi waktu pelaksanaannya, tetapi waktu interaksi antara siswa dengan siswa atau dengan guru menjadi terbatas atau sedikit.
Dengan menggunakan metode ini siswa didorong untuk mengumpulkan materi dan mempresentasikan di hadapan teman-temannya. Hal ini memupuk kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan kepercayaan diri siswa. Dengan adanya metode ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan pola pikir pada saat proses belajar mengajar, setelah mendapatkan materi dari guru pembimbing, siswa dituntut untuk dapat mengembangkan materi tersebut melalui berbagai sumber ilmu.

C.    Metode Pembelajaran Online
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi.
Metode pembelajaran online merupakan sebuah lingkungan pembelajaran terbuka didistribusikan yang menggunakan alat pedagogis, memungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis web, untuk memfasilitasi pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan yang berarti dan interaksi sebagaimana dikemukakan Dabbagh “Online learning is an open distributed learning environment that uses pedagogical tools, enable by internet and web-based technologies, to facilitate learning and knowledge building through meaningful action and interaction”[4].
Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi. Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia).
Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seluruh mahasiswa dapat memperoleh sumber belajar yang lebih banyak dan dapat di akses setiap saat dengan dukungan internet ( Online). Didalam dunia pendidikan pada saat ini, apabila seorang mahasiswa hanya mengandalkan seluruh materi yang disampaikan oleh pengajar atau dosen mereka tidak akan dapat mengembangkan pengetahuannya. Oleh karena itu, pada saat ini sebagian besar perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah tingkat atas mulai mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam metode pembelajarannya. Sistem pembelajaran ini dilakukan diluar proses belajar mengajar yang dilakukan secara formal dikelas oleh dosen pengajar. Mahasiswa dapat memperoleh jam belajar yang lebih banyak serta sumber belajar yang lebih banyak dari internet. Di dalam dunia pendidikan, metode ini biasa disebut dengan metode tutorial pembelajaran Online.
Metode pembelajaran Online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses di mana saja mahasiswa berada tanpa harus bertatap muka dengan tutor. Dalam model ini, tutor harus mempersiapkan naskah tutorial yang memungkinkan terjadinya interaksi antara tutor dan mahasiswa. Selain itu, partisipasi secara aktif dari mahasiswa juga sangat diperlukan karena mempengaruhi nilai akhir tutorial. Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life).
Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Dosen menyediakan materi yang dianggap sulit untuk dipahami dan memberikan tugas. Sementara itu, mahasiswa mempelajari serta menjawab tugas yang selanjutnya dikirim kembali ke dosen untuk diperiksa dan diberikan umpan balik.

D.    Metode Pembelajaran Offline (Mandiri)
Metode pembelajaran didalam dunia pendidikan mempunyai berbagai macam dan cara untuk dilaksanakan dan diterapkan kepada peserta didik. Salah satunya adalah metode pembelajaran offline atau belajar mandiri. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar. Sebagai mahasiswa yang mandiri, maka tidak harus mengetahui semua hal. Mahasiswa juga tidak diharapkan menjadi seorang yang jenius dan tidak membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah seorang pelajar atau mahsiswa mampu mengetahui kapan mahasiswa tersebut membutuhkan bantuan atau dukungan dari pihak atau orang lain. Pengertian tersebut termasuk mengetahui kapankah seorang mahasiwa perlu bertemu dengan mahasiswa lain, kelompok belajar,atau bahkan tetangga yang kuliah di universitas lain.
Bantuan atau dukungan dapat berupa kegiatan saling memotivasi untuk belajar, misalnya, mengobrol dengan tetangga yang kuliah di universitas lain, seringkali dapat memotivasi diri untuk lebih giat dalam belajar. Bantuan atau dukungan dapat juga berarti kamus, buku literatur pendukung, kasus dari surat kabar, berita dari radio atau televisi, perpustakaan, informasi tentang jadwal tutorial, dan hal lain yang tidak berhubungan dengan orang. Yang terpenting adalah seorang palajar atau mahasiswa diharapkan untuk mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi sumber informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar pada saat seorang mahasiswa membutuhkan bantuan atau dukungan dari orang lain.
Sampai saat ini, belajar mandiri dikenal sebagai salah satu sistem pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan terbuka atau jarak jauh. Belajar mandiri juga tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang diskrit, tapi merupakan suatu kontinum. Inti dari konsep belajar mandiri terletak pada otonomi belajar. Artinya, semakin besar derajat otonomi/kemandirian (peran kendali, inisiatif, atau pengambilan keputusan) diberikan oleh suatu lembaga pendidikan (guru/dosen) kepada pebelajar dalam menentukan keempat komponen diatas, maka semakin tinggi (murni) derajat sistem belajar mandiri yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan tersebut.
Konsep Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Garrison tahun 1997, Schillereff tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003 ternyata belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa[5]. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ahli.
Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Self-directed learning adalah kegiatan belajar mandiri, sedangkan orang yang melakukan kegiatan belajar mandiri sering disebut siswa mandiri (self-directed learners).
Puncak kegiatan SPM adalah terjadinya kegiatan belajar oleh peserta. Peserta diharapkan mampu belajar di tempat yang ditentukan sendiri, pada waktu yang ditentukan sendiri, dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatapmuka dari orang lain. Namun hal ini bergantung pada kondisi dan karakteristik peserta dan kualitas bahan pelajaran[6].

E.     Blended Learning dan e-Learning.
Blended learning merupakan suatu strategi belajar yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan dalam menyempurnakan sistem belajar e-learning. Dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari guru dan sebaliknya guru juga memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. secara sederhana dapat dikatakan seseorang butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran konvensional di ruang kelas.
Pembelajaran e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan kesadaran tinggi dari pebelajarnya. Berdasarkan pertimbangan permasalah tersebut, motode pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah blended learning, dimana siswa dapat belajar secara mandiri dan secara konvensional, keduanya menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi.

F.     Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
1.      Kelebihan blended learning :
a.       Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
b.      Pembelajaran lebih efektif dan efisien
c.       Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka peserta belajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
2.      Kekurangan blended learning :
a.       Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
b.      Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c.       Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
d.      Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet



G.    Kunci Merancang dan Mengembangkan Blended Learning Secara Efektif
Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/blended-learning[7]:
1.    Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
2.    Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar  kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
3.    Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar atau kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dll.
4.      Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
5.      Performance Support Materials
Performance Support Materials ini bagian yang juga jangan sampai terlupakan. Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya




H.    Learning Management System (LMS)
1. Pengertian Learning Management System (LMS)
Learning Management System (biasa disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan ‘’online’’, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan. Sebuah LMS yang kuat harus bisa melakukan hal berikut:
1.      menggunakan layanan self-service dan  self-guided
2.      mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat
3.      mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis web scalable
4.      mendukung portabilitas dan standar
5.      personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia.
Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan.[8]
LMS secara umum memiliki fitur-fitur standard pembelajaran elektronik antara lain[9]:
a.       Fitur Kelengkapan Belajar Mengajar: Daftar Mata Kuliah dan Kategorinya, Silabus Mata Kuliah, Materi Kuliah (Berbasis Text atau Multimedia), Daftar Referensi atau Bahan Bacaan
b.      Fitur Diskusi dan Komunikasi: Forum Diskusi atau Mailing List, Instant Messenger untuk Komunikasi Realtime, Papan Pengumuman, Porfil dan Kontak Instruktur, File and Directory Sharing
c.       Fitur Ujian dan Penugasan: Ujian Online (Exam), Tugas Mandiri (Assignment), Rapor dan Penilaian
Seperti juga aplikasi lainnya, LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open source seperti:
a.    Saba Software (http://www.saba.com)
b.    Apex Learning (http://www.apexlearning.com)
c.    Blackboard (http://www.blackboard.com)
d.   IntraLearn (http://intralearn.com)
e.    SAP Enterprise Learning (http://www.sap.com/solutions/business-suite/erp/hcm/learningsolution/index.epx)
Sedangkan LMS yang open source diantaranya adalah:
a.       ATutor (http://www.atutor.ca)
b.      Dokeos (http://www.dokeos.com)
c.      dotLRN (http://dotlrn.org)
d.     Freestyle Learning (http://www.freestyle-learning.de)
e.       ILIAS (http://www.ilias.uni-koeln.de)
f.        LON-CAPA (http://www.lon-capa.org)
g.      Moodle (http://moodle.org)
h.      OpenACS (http://openacs.org)
i.        OpenUSS (http://openuss.sourceforge.net/openuss)
j.        Sakai (http://www.sakaiproject.org)
k.      Spaghetti Learning (http://www.spaghettilearning.com/)
l.        Google Apps for Educatio

2. Penggunaan Google Apps Untuk Blended Learning
Google apps merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh google berbasis komputasi awan (cloud computing) yang memungkinkan kita untuk share dokumen dan bekerja secara kolaboratif kapan saja dan dimana saja tanpa terkendala ruang dan waktu. Serta memudahkan pengajar untuk membuat learning managemen system (lms)  utntuk media pembelajaran online, tanpa kesulitan dalam memanajemen lms karena kurang memahami programming.
Google apps memiliki banyak aplikasi, 5 diantaranya adalah aplikasi utama yang dapat membantu pengajar dan murid dalam proses belajar mengajar.
1.      Gmail untuk berkomunikasi dengan teks, audio atau video chat sehingga memudahkan pengajar dan murid dalam berdiskusi (Synchronous Communication)
2.      Google drive untuk penyimpanan bahan ajar dengan teknologi komputasi awan (cloud computing) sehingga mudah diakses melalui pc, browser, tablet atau smartphone.
3.      Google Docs merupakan aplikasi pengolah kata, angka dan presentasi sehingga memudahkan guru dan murid untuk membuat catatan, mengolah angka, dan membuat bahan presentasi. Google docs dapat memudahkan guru dan murid bekerja sama secara online, hanya dengan sharing dokumen dan berkolaborasi bersama dalam membuat tugas kelompok. Guru juga dapat mengawasi kinerja murid dengan mudah cukup menggunakan fitur 'revision history' yang ada didalam aplikasi google docs lalu guru dapat mengawasi murid - murid mana saja yang ikut bekerja kelompok.
4.      Google calendar berguna untuk memanajemen jadwal, seperti jadwal pengumpulan tugas, jadwal bimbingan skripsi bagi mahasiswa atau jadwal mata pelajaran.
5.      Google sites berguna bagi pengajar dalam membuat website untuk learning management system  dengan mudah tanpa programing cukup menempelkan media - media pembelajaran seperti video, presentasi, foto, teks atau soal-soal ujian dan survey.




















BAB III
SIMPULAN

Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam memberikan pembelajaran disekolah-sekolah maupun perguruan tinggi terdapat bermacam-macam metode dalam menyampaikan materi belajar. Seperti contohnya metode pembelajaran berbasis blended learning dimana didalamnya terdapat tiga unsur diantaranya yaitu pembelajaran dengan sistem tatap muka, pembelajaran online atau melalui situs-situs pendidikan di dunia internet dan juga metode pembelajaran dengan sistem offline atau juga dapat disebut dengan metode belajar mandiri.
Blended learning juga berguna untuk mengarahkan murid untuk mengkonstrukikan sendiri pengetahuannya, jadi murid bukanlah bejana kosong yang terus menerus diisi. Namun murid adalah manusia yang dapat membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu guru atau pengajar dituntun untuk lebih kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran.
Ada lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1.      Live Event (Pembelajaran langsung atau tatap muka)
2.      Self-Paced Learning (Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri)
3.      Collaboration (Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus.)
4.      Assessment (mengukur keberhasilan belaja)
5.      Performance Support Materials( Dukungan Sumber daya)




DAFTAR PUSTAKA

Bonk J. Curtis. Charles R. Graham. The handbook of blended learning. USA: Preiffer, 2006.

Dabbagh, Nada & Brenda Banna-Rithlan. Online Learning:Concept, Strategies, and Application, Upper saddle river,NY:Pearson Education ,2005

Driscoll, Margaret. Saul Carliner. Advanced web-based training strategies: unlocking instructionality sound online learning. San Fransisco: freiffer,2005

Howard, Larry. Z.Solt Remenyi, Gabor pap, Adaptive blended learning environments. 9th international conference on engineering education. Vanderbilt University, institute for software integrated systems, Neshaville, 2006)

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011





[1] Margaret driscoll, saul carliner. Advanced web-based training strategies:unlocking instructionality sound online learning (San Fransisco: freiffer,2005), h.89
[2] Larry howard,Z solt remenyi, Gabor pap, adaptive blended learning environments. 9th international conference on engineering education. Vanderbilt University, institute for software integrated systems,( Neshaville, 2006), h.25
[3] Curtis J.Bonk, Charles R. Graham. The handbook of blended learning. (USA: Preiffer, 2006), h.4
[4] Nada Dabbagh & Brenda Banna-Rithlan. Online Learning:Concept, Strategies, and Application, (Upper saddle river,NY:Pearson Education,2005), h.15
[6] .Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih teknologi Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2011), h.259
[8] Learning Management System - Wikipedia bahasa Indonesia ..." 2011.  <http://id. wikipedia. org/wiki/Learning_Management_System>(diakses 15 Juni 2013)
                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar