BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi
dan Komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesat, sehingga pantaslah para
ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut
masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat diperkirakan bakal
terjadi berbagai perubahan di bidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan
lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut.
Perubahan-perubahan yang akan dan sedang terjadi, terutama disebabkan oleh
potensi dan kemampuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memungkinkan
manusia untuk saling berhubungan (relationship)
dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasi hampir tanpa batas.
Beberapa keterbatasan yang dulu dialami
manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu,
jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan
dikembangkannya berbagai Teknologi Informasi dan Komunikasi mutakhir.
Dengan menggunakan satelit misalnya hampir
tidak ada lagi batas, jarak, dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju di
mana pun dan kapan pun. Begitu pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan,
menyimpan, dan menelusuri kembali informasi yang dimiliki oleh perangkat
teknologi informasi seperti komputer, videocassette, videodisc, maka hampir
tidak ada lagi hambatan yang dialami untuk memenuhi segala kebutuhan dan
keperluan yang berkenaan dengan kemampuan sasaran yang digunakan. Sehingga
seorang pakar yaitu Mc Luhan (1965) berpendapat bahwa teknologi baru
menjanjikan kepada umat manusia akan terbentuknya jendela dunia, dan teknologi
informasi dan komunikasi baru akan membentuk desa dunia. Dengan demikian
teknologi informasi dan komunikasi baru membuat dunia semakin kecil.
Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan adanya pergeseran pola
pembelajaran dari tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih
terbuka dan bermedia. Pendidikan masa
mendatang akan bersifat luwes (flxible), terbuka, dan dapat diakses oleh
siapapun juga yang memerlukannya tanpa memandang faktor jenis kelamin, usia,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Pendidikan mendatang
akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi
dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan
memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa pengertian
Blended Learning?
2. Bagaimanakah metode
pembelajaran tatap muka (face to face)?
3. Bagaimanakah metode
pembelajaran Online?
4. Bagaimanakah metode
pembelajaran Offline (Mandiri)?
5. Apa perbedaan
blended learning dan e-learning.?
6. Apa kelebihan dan
kekurangan blended learning?
7. Bagaimana kunci
merancang dan mengembangkan blended learning secara efektif
8. Apa pengertian dari
LMS (Learning Management System) ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
yang menjadi tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Mahasiswa dapat
mengetahui pengertian dari blended learning.
2. Mahasiswa dapat
mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran tatap muka (face to face).
3. Mahasiswa dapat
mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran Online.
4. Mahasiswa dapat
mengetahui dan mengerti mengenai metode dari pembelajaran Offline (Mandiri).
5. Mahasiswa dapat
mengetahui perbedaan blended learning dan e-learning.
6. Mahasiswa dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan blended learning.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana merancang dan mengembangkan
blended learning secara efektif
8. Mahasiswa dapat
mengetahui pengertian LMS (Learning Management System) dan aplikasi apa saja
yang dapat digunakan untuk mendukung blended learning.
BAB II
BLENDED LEARNING
A.
Pengertian Blanded
Learning
Secara etimologi istilah Blended Learning
terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata blend berarti
campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik , atau
formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan. Sedangkan learning
memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna
pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara
satu pola dengan pola yang lainnya.
Driscoll dan Carliner mengemukakan Blended learning is interrates-or
blends-learning programs in different formats to achieve a common goal[1]. Yang
dapat diartikan blended learning adalah mengintegrasikan atau menggabungkan
program, belajar dalam format yang berbeda dalam mencapai tujuan umum.
Sedangkan Howard mengemukakan blended learning is a phrase introduced by
the distance learning community in recognizing the value of synchronous
learning activities, like face-to-face interactions with instructors and
collaborative work with peers, as complements to activities performed
asynchronously by individual learners[2]. Istilah blended learning
biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada program pembelajaran,
sementara pada saat yang sama tetap memperhatikan perlunya mempertahankan
kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung siswa.
Istilah ini juga digunakan saat media asynchronous seperti email, forums, blogs
atau wikis digabungkan dengan teknologi, teks atau audio sinkronus.
Blended learning
adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual,
voicemail, email dan telefon conference, animasi teks online dan
video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pelatihan di
kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning menjadi solusi yang paling
tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan
pembelajaran akan tetapi juga gaya si pembelajar.
Selain Blended
learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya hybrid learning.
Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan,
percampuran atau kombinasi pembelajaran. Mainnen (2008) menyebutkan Blended learning mempunyai beberapa alternatif nama yaitu
mixed learning, hybrid learning, Blended Blended e-learning dan melted learning
(bahasa Finlandia).
Materi pengajaran
dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik
animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk
‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya. Perbedaan
pembelajaran tradisional dengan Blended learning yaitu kelas ‘tradisional’,
guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘Blended
learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu
dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘Blended
learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha,
dan inisiatif sendiri.
Terdapat 3 uraian
blanded learning yang dikemukakan oleh graham,Allen dan Ure yaitu[3]:
1. Kombinasi antara
model pembelajaran
2. Kombinasi antara
metode pembelajaran
3. Kombinasi antara
online learning dengan pembelajaran tatap muka.
Makna asli
sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang
mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face =
f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online
dan offline).
Tujuan utama
pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik
pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang
hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih
menarik.
B.
Metode Pembelajaran
Tatap Muka
Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang
esensial dalam program pendidikan. Dalam proses ini terjadi interaksi dan
penyampaian pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai melalui tatap muka
di kelas maupun praktek laboratorium serta di lahan praktek. Proses tersebut
diarahkan untuk mewujudkan kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), tatap muka merupakan proses
pembelajaran utama yang dilakukan di sebagian besar sekolah dan perguruan
tinggi yang ada di indonesia. Dalam proses ini, mahasiswa diberikan materi
perkuliahan dan fungsi dosen disini memberikan gambaran umum dari materi kuliah
yang ada.
Keaktifan siswa
sangat diharapkan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan misalnya mencari
bahan materi dari text book atau dari sumber lain seperti internet. Selain itu,
pembelajaran di kelas juga menggunakan metode ISS IT (Interactice Soft Skill based Information Technology). Dalam
menggunkan model pembelajaran tatap muka, dosen diperkenankan untuk membuat
model pembelajaran yang dianggap mampu mengaktifkan atau memancing siswa sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik mata kuliah, karakteristik
mahasiswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia agar dapat berinteraksi
dengan baik dan maksimal.
Model ini sangat
sesuai apabila diberikan pada metode awal atau untuk materi yang baru. Pada
metode pembelajaran awal biasanya guru/dosen belum mengetahui penguasaan
siswa/mahasiswa atas substansi pelajaran yang diberikan. Model pembelajaran ini
dianggap efisien dari segi waktu pelaksanaannya, tetapi waktu interaksi antara
siswa dengan siswa atau dengan guru menjadi terbatas atau sedikit.
Dengan menggunakan
metode ini siswa didorong untuk mengumpulkan materi dan mempresentasikan di
hadapan teman-temannya. Hal ini memupuk kemampuan berinteraksi dengan orang
lain dan kepercayaan diri siswa. Dengan adanya metode ini, siswa diharapkan
dapat mengembangkan pola pikir pada saat proses belajar mengajar, setelah
mendapatkan materi dari guru pembimbing, siswa dituntut untuk dapat
mengembangkan materi tersebut melalui berbagai sumber ilmu.
C.
Metode Pembelajaran
Online
Saat ini teknologi komputer tidak lagi
hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa
suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat
diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana
untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan
yang terintegrasi.
Metode pembelajaran online merupakan sebuah lingkungan pembelajaran terbuka didistribusikan
yang menggunakan alat pedagogis, memungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis web, untuk memfasilitasi pembelajaran dan membangun pengetahuan
melalui tindakan yang berarti dan interaksi sebagaimana dikemukakan Dabbagh “Online learning is an open
distributed learning environment that uses pedagogical tools, enable by internet
and web-based technologies, to facilitate learning and knowledge building
through meaningful action and interaction”[4].
Dengan tampilan
yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan,
komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif
untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya
rancangan grafis dan animasi. Perkembangan teknologi komputer saat ini telah
membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa
untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa
internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi
dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas
internet dan web di sekolah.
Penggunaan internet
dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan
akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan
bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran
yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan
selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini
tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses
website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Media dalam pembelajaran
memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan
guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media
sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia).
Dengan adanya
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seluruh mahasiswa dapat
memperoleh sumber belajar yang lebih banyak dan dapat di akses setiap saat
dengan dukungan internet ( Online). Didalam dunia pendidikan pada saat ini,
apabila seorang mahasiswa hanya mengandalkan seluruh materi yang disampaikan
oleh pengajar atau dosen mereka tidak akan dapat mengembangkan pengetahuannya.
Oleh karena itu, pada saat ini sebagian besar perguruan tinggi maupun
sekolah-sekolah tingkat atas mulai mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi
ke dalam metode pembelajarannya. Sistem pembelajaran ini dilakukan diluar
proses belajar mengajar yang dilakukan secara formal dikelas oleh dosen
pengajar. Mahasiswa dapat memperoleh jam belajar yang lebih banyak serta sumber
belajar yang lebih banyak dari internet. Di dalam dunia pendidikan, metode ini
biasa disebut dengan metode tutorial pembelajaran Online.
Metode pembelajaran
Online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi
diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses di mana saja
mahasiswa berada tanpa harus bertatap muka dengan tutor. Dalam model ini, tutor
harus mempersiapkan naskah tutorial yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara tutor dan mahasiswa. Selain itu, partisipasi secara aktif dari mahasiswa
juga sangat diperlukan karena mempengaruhi nilai akhir tutorial. Siswa dapat
berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen
informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran
dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life).
Siswa dan guru
tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom
meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan
tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer
yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama
(collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan
bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Dosen
menyediakan materi yang dianggap sulit untuk dipahami dan memberikan tugas.
Sementara itu, mahasiswa mempelajari serta menjawab tugas yang selanjutnya
dikirim kembali ke dosen untuk diperiksa dan diberikan umpan balik.
D.
Metode Pembelajaran
Offline (Mandiri)
Metode pembelajaran didalam dunia
pendidikan mempunyai berbagai macam dan cara untuk dilaksanakan dan diterapkan
kepada peserta didik. Salah satunya adalah metode pembelajaran offline atau
belajar mandiri. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali
orang menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Belajar mandiri
berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain,
dalam belajar. Sebagai mahasiswa yang mandiri, maka tidak harus mengetahui
semua hal. Mahasiswa juga tidak diharapkan menjadi seorang yang jenius dan
tidak membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah
seorang pelajar atau mahsiswa mampu mengetahui kapan mahasiswa tersebut
membutuhkan bantuan atau dukungan dari pihak atau orang lain. Pengertian
tersebut termasuk mengetahui kapankah seorang mahasiwa perlu bertemu dengan
mahasiswa lain, kelompok belajar,atau bahkan tetangga yang kuliah di
universitas lain.
Bantuan atau
dukungan dapat berupa kegiatan saling memotivasi untuk belajar, misalnya,
mengobrol dengan tetangga yang kuliah di universitas lain, seringkali dapat
memotivasi diri untuk lebih giat dalam belajar. Bantuan atau dukungan dapat
juga berarti kamus, buku literatur pendukung, kasus dari surat kabar, berita
dari radio atau televisi, perpustakaan, informasi tentang jadwal tutorial, dan
hal lain yang tidak berhubungan dengan orang. Yang terpenting adalah seorang
palajar atau mahasiswa diharapkan untuk mampu mengidentifikasi sumber-sumber
informasi. Identifikasi sumber informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar
proses belajar pada saat seorang mahasiswa membutuhkan bantuan atau dukungan
dari orang lain.
Sampai saat ini,
belajar mandiri dikenal sebagai salah satu sistem pembelajaran yang diterapkan
dalam pendidikan terbuka atau jarak jauh. Belajar mandiri juga tidak dapat
dipandang sebagai sesuatu yang diskrit, tapi merupakan suatu kontinum. Inti
dari konsep belajar mandiri terletak pada otonomi belajar. Artinya, semakin
besar derajat otonomi/kemandirian (peran kendali, inisiatif, atau pengambilan
keputusan) diberikan oleh suatu lembaga pendidikan (guru/dosen) kepada
pebelajar dalam menentukan keempat komponen diatas, maka semakin tinggi (murni)
derajat sistem belajar mandiri yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan
tersebut.
Konsep Belajar
Mandiri (Self-directed Learning)
sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian
berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Garrison
tahun 1997, Schillereff tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003 ternyata belajar
mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata lain, belajar
mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk sekolah menengah maupun
sekolah dasar dalam rangka meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa[5].
Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan dari
para ahli.
Belajar mandiri
dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara
sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri
untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat
digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Self-directed learning adalah kegiatan
belajar mandiri, sedangkan orang yang melakukan kegiatan belajar mandiri sering
disebut siswa mandiri (self-directed
learners).
Puncak kegiatan SPM adalah terjadinya
kegiatan belajar oleh peserta. Peserta diharapkan mampu belajar di tempat yang
ditentukan sendiri, pada waktu yang ditentukan sendiri, dan dengan cara belajar
sendiri tanpa bimbingan tatapmuka dari orang lain. Namun hal ini bergantung
pada kondisi dan karakteristik peserta dan kualitas bahan pelajaran[6].
E.
Blended Learning
dan e-Learning.
Blended learning merupakan suatu strategi
belajar yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan dalam menyempurnakan sistem
belajar e-learning. Dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah
proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar. Bagaimanapun
belajar merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari guru dan
sebaliknya guru juga memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan
didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.
Hal ini menjawab
mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali
materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan
saja dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap
saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah.
secara sederhana dapat dikatakan seseorang butuh teman dan butuh feedback
langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran konvensional di
ruang kelas.
Pembelajaran
e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan
lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu
termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak
bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif,
melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Belajar secara
mandiri dibutuhkan motivasi dan kesadaran tinggi dari pebelajarnya. Berdasarkan pertimbangan permasalah tersebut, motode
pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah blended learning, dimana siswa
dapat belajar secara mandiri dan secara konvensional, keduanya menawarkan
kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi.
F.
Kelebihan dan
Kekurangan Blended Learning
1. Kelebihan blended
learning :
a. Pembelajaran
terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang
dapat saling melengkapi.
b. Pembelajaran lebih
efektif dan efisien
c. Meningkatkan
aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka peserta belajar semakin mudah
dalam mengakses materi pembelajaran.
2. Kekurangan blended
learning :
a. Media yang
dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.
b. Tidak meratanya fasilitas
yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam
blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan
kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri
via online.
c. Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
d. Tidak meratanya
fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
G.
Kunci Merancang dan
Mengembangkan Blended Learning Secara Efektif
Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident
Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning.
Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/blended-learning[7]:
1. Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara
sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual
classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti
ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun
perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
2. Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran mandiri (self-paced
learning) yang memungkinkan peserta belajar
kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan
belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat
text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio,
atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini
dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk:
streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD,
cetak, dll).
3. Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik
kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya
bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus
meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar atau
kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi
yang memungkinkan seperti chatroom,
forum diskusi, email, website/webblog,
mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan
orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based
learning, dll.
4. Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran
jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment).
Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen
baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam
bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara
bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan
kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen
tersebut.
5. Performance Support
Materials
Performance Support Materials ini bagian
yang juga jangan sampai terlupakan. Jika kita ingin mengkombinasikan antara
pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya
untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar
disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses
oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll)
maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau, jika pembelajaran
online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan
juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan
lain sebagainya
H.
Learning Management
System (LMS)
1. Pengertian Learning Management
System (LMS)
Learning Management System (biasa
disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan ‘’online’’, program pembelajaran elektronik (e-learning
program), dan isi pelatihan. Sebuah LMS yang kuat harus bisa melakukan hal
berikut:
1. menggunakan layanan
self-service dan self-guided
2. mengumpulkan dan
menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat
3. mengkonsolidasikan
inisiatif pelatihan pada platform
berbasis web scalable
4. mendukung
portabilitas dan standar
5. personalisasi isi
dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
LMS merupakan sistem untuk mengelola
catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan
program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam
pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan
dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi
‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin
instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna,
persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran
‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami),
penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE),
pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan
manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga
digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk
pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan
dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi
yang lebih besar yaitu seluruh dunia.
Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem
manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi,
analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’
(misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran
berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi
seleksi pelatihan.[8]
a.
Fitur Kelengkapan
Belajar Mengajar: Daftar Mata Kuliah dan Kategorinya, Silabus Mata Kuliah,
Materi Kuliah (Berbasis Text atau Multimedia), Daftar Referensi atau Bahan
Bacaan
b.
Fitur Diskusi dan
Komunikasi: Forum Diskusi atau Mailing List, Instant Messenger untuk
Komunikasi Realtime, Papan Pengumuman, Porfil dan Kontak Instruktur, File and
Directory Sharing
c.
Fitur Ujian dan
Penugasan: Ujian Online (Exam), Tugas Mandiri (Assignment), Rapor dan
Penilaian
Seperti juga
aplikasi lainnya, LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open
source seperti:
e. SAP Enterprise
Learning (http://www.sap.com/solutions/business-suite/erp/hcm/learningsolution/index.epx)
l.
Google Apps for Educatio
Google apps
merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh google berbasis komputasi awan (cloud computing) yang memungkinkan kita
untuk share dokumen dan bekerja secara kolaboratif kapan saja dan dimana saja
tanpa terkendala ruang dan waktu. Serta memudahkan pengajar untuk membuat
learning managemen system (lms) utntuk
media pembelajaran online, tanpa kesulitan dalam memanajemen lms karena kurang
memahami programming.
Google apps memiliki banyak aplikasi, 5
diantaranya adalah aplikasi utama yang dapat membantu pengajar dan murid dalam
proses belajar mengajar.
1.
Gmail untuk
berkomunikasi dengan teks, audio atau video chat sehingga memudahkan pengajar
dan murid dalam berdiskusi (Synchronous
Communication)
2. Google drive untuk penyimpanan
bahan ajar dengan teknologi komputasi awan (cloud computing) sehingga mudah
diakses melalui pc, browser, tablet atau smartphone.
3. Google Docs merupakan aplikasi
pengolah kata, angka dan presentasi sehingga memudahkan guru dan murid untuk
membuat catatan, mengolah angka, dan membuat bahan presentasi. Google docs
dapat memudahkan guru dan murid bekerja sama secara online, hanya dengan
sharing dokumen dan berkolaborasi bersama dalam membuat tugas kelompok. Guru
juga dapat mengawasi kinerja murid dengan mudah cukup menggunakan fitur
'revision history' yang ada didalam aplikasi google docs lalu guru dapat mengawasi
murid - murid mana saja yang ikut bekerja kelompok.
4. Google calendar berguna untuk
memanajemen jadwal, seperti jadwal pengumpulan tugas, jadwal bimbingan skripsi
bagi mahasiswa atau jadwal mata pelajaran.
5.
Google sites berguna bagi
pengajar dalam membuat website untuk learning management system dengan mudah tanpa programing cukup
menempelkan media - media pembelajaran seperti video, presentasi, foto, teks
atau soal-soal ujian dan survey.
BAB III
SIMPULAN
Dari penjelasan
yang telah diuraikan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam
memberikan pembelajaran disekolah-sekolah maupun perguruan tinggi terdapat
bermacam-macam metode dalam menyampaikan materi belajar. Seperti contohnya
metode pembelajaran berbasis blended learning dimana didalamnya terdapat tiga
unsur diantaranya yaitu pembelajaran dengan sistem tatap muka, pembelajaran
online atau melalui situs-situs pendidikan di dunia internet dan juga metode
pembelajaran dengan sistem offline atau juga dapat disebut dengan metode
belajar mandiri.
Blended learning
juga berguna untuk mengarahkan murid untuk mengkonstrukikan sendiri
pengetahuannya, jadi murid bukanlah bejana kosong yang terus menerus diisi.
Namun murid adalah manusia yang dapat membangun pengetahuannya sendiri sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu guru atau pengajar dituntun untuk
lebih kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran.
Ada lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci
tersebut yaitu:
1.
Live Event (Pembelajaran langsung atau tatap muka)
2.
Self-Paced Learning (Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran mandiri)
3.
Collaboration (Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun
kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus.)
4.
Assessment (mengukur
keberhasilan belaja)
5.
Performance Support Materials( Dukungan Sumber daya)
DAFTAR PUSTAKA
Bonk J. Curtis.
Charles R. Graham. The handbook of
blended learning. USA: Preiffer, 2006.
Dabbagh, Nada
& Brenda Banna-Rithlan. Online
Learning:Concept, Strategies, and Application, Upper saddle river,NY:Pearson
Education ,2005
Driscoll, Margaret. Saul Carliner.
Advanced web-based training strategies: unlocking instructionality sound online
learning. San Fransisco: freiffer,2005
Howard, Larry. Z.Solt
Remenyi, Gabor pap, Adaptive blended
learning environments. 9th international conference on engineering
education. Vanderbilt University, institute for software integrated systems, Neshaville, 2006)
Miarso,
Yusufhadi. Menyemai Benih teknologi
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011
http://ikaumayasbm.blogspot.com/2013/teori-sistem-belajar-mandiri.html (diakses 15 Juni
2013)
Learning
Management System - Wikipedia bahasa Indonesia ..." 2011. <http://id.wikipedia.org/wiki/Learning_Management_System>( diakses 15 Juni 2013)
"RomiSatriaWahono.Net »
Memilih Sistem e-Learning Berbasis ..." 2008. <http://romisatriawahono.net/memilih-sistem-e-learning-berbasis-open-source/>(diakses 15 Juni 2013)
http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/blended-learning/ (diakses 15 Juli 2013)
[1]
Margaret driscoll, saul carliner. Advanced
web-based training strategies:unlocking instructionality sound online learning (San Fransisco: freiffer,2005), h.89
[2]
Larry howard,Z solt remenyi, Gabor pap,
adaptive blended learning environments. 9th international conference
on engineering education. Vanderbilt University, institute for software
integrated systems,( Neshaville,
2006), h.25
[4] Nada Dabbagh & Brenda Banna-Rithlan. Online Learning:Concept, Strategies, and Application, (Upper saddle
river,NY:Pearson Education,2005), h.15
[8] “Learning Management System - Wikipedia bahasa Indonesia ..."
2011. <http://id. wikipedia. org/wiki/Learning_Management_System>(diakses 15 Juni
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar